Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 19 September 2015

TAJUK RENCANA: Antiklimaks Suku Bunga AS (Kompas)

Seperti diperkirakan, Komite Pasar Terbuka Federal bank sentral AS, The Fed, kembali memutuskan menunda menaikkan suku bunga.

Kombinasi situasi ekonomi domestik dan prospek ekonomi global menjadi pertimbangan Fed untuk mempertahankan suku bunga. Dari sisi domestik AS, kendati pertumbuhan ekonomi dan pengangguran mengalami perbaikan, inflasi yang terlalu rendah belum memungkinkan untuk dinaikkannya suku bunga.

Dari sisi eksternal, gejolak pasar finansial global yang dipicu kemelut ekonomi Tiongkok dan prospek perlambatan ekonomi dunia juga ikut menjadi pertimbangan.

Sebelumnya, Bank Dunia dan IMF mengingatkan, terlalu prematur menaikkan suku bunga saat ini. Mereka mengingatkan risiko dampak destruktif kenaikan suku bunga AS terhadap ekonomi negara-negara berkembang. Sejumlah ekonom juga mengingatkan, jika dipaksakan, bukan tidak mungkin kenaikan bunga AS justru mengancam pemulihan ekonomi AS sendiri, bahkan menyeret AS ke resesi baru.

Di luar itu, dari pernyataan Fed, kita juga menangkap Fed tampaknya tidak menginginkan dollar AS terus menguat karena pada akhirnya itu akan memukul balik perekonomian AS sendiri. Tidak ada kepastian kapan AS akhirnya akan menaikkan suku bunga. Pernyataan Fed menyinyalkan mereka masih akan menunggu kenaikan inflasi dan perbaikan lebih jauh angka pengangguran.

Dari 17 anggota Komite Pasar Terbuka Federal The Fed, 13 anggota menghendaki suku bunga naik tahun ini, empat lainnya menghendaki setelah tahun 2015. Namun, dengan prospek suram ekonomi global, bukan tak mungkin Fed akan menunda kembali kenaikan pada Desember mendatang.

Artinya, ini akan kian menambah panjang ketidakpastian global terkait arah kebijakan moneter perekonomian terbesar dunia itu. Penundaan kenaikan suku bunga AS tak lantas membuat posisi negara berkembang aman karena pasar mengantisipasi kenaikan suku bunga AS yang akan terjadi pada akhir 2015 atau tahun depan.

Penundaan kenaikan tak akan menghentikan aksi konversi aset dan arus dana global kembali ke AS karena lambat atau cepat kenaikan suku bunga AS akan terjadi.

Kebijakan AS mempertahankan bunga mendekati nol persen menunjukkan pemulihan AS masih jauh dari solid dan prospek ekonomi global masih akan berat, terutama dengan perlambatan ekonomi Tiongkok. Ada kekhawatiran perlambatan Tiongkok lebih serius dari perkiraan, mengarah ke hard landing. Jika itu terjadi, bukan tak mungkin Tiongkok bakal menempuh kebijakan lebih drastis untuk menggerakkan ekonominya, yang bisa berdampak global.

Mengantisipasi ini, kita belum boleh berlega hati. Tekanan nilai tukar, volatilitas pasar finansial, dan arus keluar modal masih dimungkinkan terjadi. Dalam situasi tak pasti seperti ini, semua negara berkepentingan mempersenjatai diri, termasuk lewat stimulus untuk menggerakkan ekonominya. Situasi ini sekaligus ujian bagi keseriusan pemerintahan kita saat ini dalam membenahi perekonomian dalam negeri, khususnya lewat serangkaian paket kebijakan ekonomi yang telah diluncurkan atau menyusul akan diluncurkan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 September 2015, di halaman 6 dengan judul "Antiklimaks Suku Bunga AS".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger