Perubahan sistem telepon oleh PT Telkom berdampak buruk pada saluran telepon saya dan para warga lain di Perumahan Griya Lestari, RW 012, Kelurahan Sukapura, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.
Masalah berawal pada minggu ketiga Desember 2014. Ketika itu, PT Telkom mengubah sistem telepon yang memakai kabel biasa menjadi serat optik di gardu telepon. Setelah berubah, ID caller di pesawat telepon, yang sebelumnya berfungsi, malah tidak bekerja.
Kami warga RW 012, terdiri atas 11 RT dengan lebih dari 50 keluarga, juga tidak dapat berkomunikasi melalui PSTN. Padahal, sebelumnya hal ini biasa kami lakukan.
Pada 27 Agustus 2015, untuk kesekian kalinya saya menghubungi 147, Bagian Gangguan Telkom. Meski sudah membuat pengaduan resmi—dilayani Saudara Ria dan mendapat nomor laporan pengaduan 1005238825—telepon tetap rusak meski petugas Telkom sudah datang ke rumah.
Pada 1 September 2015, saya kembali menghubungi 147, dijawab Saudara Oki. Namun, tetap tidak ada solusi. Menurut anggota tim teknisi grup MSN, telah terjadi kekeliruan teknis koneksi darioptical distribution cabinet (ODC) keoptical distribution panel (ODP).
Kerusakan ini sudah berlangsung hampir satu tahun.
GUSJONO LILIGANDAPRIATNA
Gading Griya Lestari, RT 009 RW 012, Kelurahan Sukapura, Cilincing, Jakarta Utara
Layanan Vespa
Tahun 2011, saya membeli Vespa Piaggio tipe Vespa LX150 IE AT 150CC warna merah. Pembelian lewat penyalur (dealer) di Kota Salatiga.
Saat membeli, penyalur memiliki pusat pelayanan perawatan purnajual resmi di Salatiga. Tidak sampai setahun, penyalur dan pusat perawatan tutup.
Maka, secara berkala saya memeriksakan Vespa saya di pusat perawatan resmi Vespa di Kota Semarang. Namun, pusat perawatan resmi di Semarang juga tutup. Vespa saya memiliki komponen-komponen serba elektrik sehingga saya tidak berani menaruh di sembarang bengkel.
Melalui e-mail ke PT Piaggio Indonesia, saya menanyakan apakah ada pusat perawatan resmi Vespa di kota terdekat. Dijawab bahwa gerai penyalur terdekat ada di Yogyakarta.
Kalau Vespa saya sedang sehat mungkin tidak masalah ke Yogyakarta, tetapi kalau sedang mogok, tentu akan sulit sekali. Mengapa PT Piaggio tidak menyediakan unit pelayanan perawatan resmi keliling?
S MUDJIRNO
Salatiga
Kiriman Barang Terlambat
Tanggal 15 Agustus 2015, saya mengirim 170 kemeja seragam dan 102 buah cendera mata berupa tas lipat. Barang-barang akan digunakan dalam acara peluncuran produk otomotif di mal Mandau City, Duri, Riau, pada malam harinya.
Karena keterbatasan waktu, saya mengirim paket dari Jakarta menggunakan GO Speed, layanan kargo kilat dari maskapai penerbangan Garuda Indonesia. Barang kiriman akan diterbangkan ke Pekanbaru dengan GA 170.
Barang saya antar sejak dini hari, pukul 01.30. Di Pekanbaru, pihak pemesan sudah siap dengan mobil dan sopir di bandara agar paket kiriman dapat langsung diangkut ke Duri, empat jam perjalanan darat.
Pukul 08.00-10.00, pihak pemesan di Pekanbaru mengecek, ternyata paket belum sampai. Tidak ada penjelasan apakah barang tersebut masih di Jakarta atau di tempat lain.
Saya pun menelepon call centre(08041909090). Saya diberi nomor petugas bernama Nandang (08161438961). Saya hubungi, tetapi tidak diangkat.
Saya kembali menelepon call centre,diberi nomor telepon gudang (021-5507357, 5504686). Saya minta tolong pihak call centre, tetapi katanya mereka cuma bisa menanyakan via telegram.
Berkali-kali saya berusaha menghubungi petugas gudang, tetapi tidak kunjung diangkat. Setelah lewat pukul 13.00, petugas bernama Hatta menjawab dan mengatakan, belum ada kepastian apakah kiriman saya sudah berangkat atau belum. Akhirnya saya mendapat konfirmasi dari Pekanbaru bahwa barang baru sampai pukul 15.30.
Tanggal 17 Agustus 2015, pukul 14.00, saya ke bandara dan bertemu manager on duty, YY Handy. Ia mengatakan hanya bisa mengubah tarif menjadi layanan reguler yang tidak sepadan dengan kerugian saya.
Karena pihak pemesan hanya bersedia membayar 50 persen, saya meminta pertanggungjawaban pihak kargo Garuda Indonesia untuk ikut menanggung kerugian saya yang mencapai lebih dari Rp 25 juta.
AHLAN
Rama & Rafie Shop, Thamrin City, Jakarta Pusat
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Oktober 2015, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar