Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 13 Oktober 2015

TAJUK RENCANA: Ledakan Bom Tak Bisa Dibenarkan (Kompas)

Ledakan bom ganda mengguncang ibu kota Turki, Ankara, Sabtu (10/10) pekan lalu. Setidaknya 97 orang tewas dan 245 orang cedera.

Ledakan itu terjadi di dekat stasiun kereta api pusat Ankara, pukul 10.00, pada saat kelompok kiri mengadakan aksi unjuk rasa damai untuk menuntut diakhirinya tindak kekerasan yang terus terjadi antara kelompok militan separatis Kurdi (PKK) dan Pemerintah Turki. Berbeda dengan angka pemerintah, kelompok pendukung Partai Demokratik Rakyat Kurdi (HDP) menyebut, korban tewas sedikitnya 128 orang.

Seorang saksi mata mengisahkan, "Ledakan pertama terjadi, selang beberapa detik, ledakan kedua terjadi. Korban berjatuhan di sekitar kami. Teman-teman kami ada di tempat kejadian. Kami semua terkejut. Ini pemandangan terburuk yang pernah saya saksikan."

Hingga kini belum ada satu kelompok pun yang mengklaim bertanggung jawab atas ledakan bom ganda itu. Namun, Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu, Minggu, menyebut kemungkinan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) adalah pihak yang paling bertanggung jawab di balik ledakan bom bunuh diri ganda itu. Sejumlah pakar terorisme juga menyebutkan adanya kemiripan antara ledakan bom di Ankara dan di Suruc, Turki selatan, Juli lalu.

PM Davutoglu menetapkan masa berkabung nasional selama tiga hari untuk menghormati korban ledakan bom ganda di Ankara itu, dan ribuan orang berkumpul di Ankara untuk memberikan penghormatan kepada para korban.

Tidak seperti PM Davutoglu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tidak menyebut kelompok tertentu berada di balik ledakan bom ganda itu. Ia hanya mengatakan, "Ledakan bom itu 'menjijikkan' dan ingin mengganggu kesatuan dan kebersamaan kami."

Atas nama kemanusiaan, ledakan bom ganda di Ankara itu tidak bisa dibenarkan atas alasan apa pun. Tidak mengherankan jika Pemerintah Indonesia langsung mengecam ledakan bom ganda di Ankara, dan menyampaikan rasa belasungkawa mendalam terhadap para korban beserta keluarga mereka.

Kita prihatin atas terjadinya ledakan bom ganda di Ankara, Sabtu pekan lalu. Oleh karena, itu merupakan ledakan bom ketiga yang dialami Turki dalam tahun ini. Dua ledakan lainnya terjadi di Suruc, Juli lalu, yang dipastikan dilakukan oleh NIIS, dan di kota Diyarbakir, Juni lalu.

Kita berharap ledakan bom tidak terulang kembali di Turki. Kekerasan bukan jalan untuk menyelesaikan persoalan. Itu sebabnya, kita juga prihatin karena pada saat masa berkabung nasional selama tiga hari itu diumumkan, pesawat-pesawat tempur Turki tengah menyerang posisi PKK di Irak dan Turki selatan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 Oktober 2015, di halaman 6 dengan judul "Ledakan Bom Tak Bisa Dibenarkan".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger