Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 17 November 2015

TAJUK RENCANA: Teror Paris dan Isu Imigran (Kompas)

Apakah negara-negara Eropa akan semakin menutup diri dari gelombang migran setelah serangan teror di Paris, akhir pekan lalu?

Pertanyaan itulah yang segera muncul setelah serangan teror di Paris yang menewaskan 129 orang, melukai 352 orang—99 orang di antaranya—dalam kondisi kritis hari Jumat lalu. Sangat wajar kalau muncul pertanyaan tersebut karena diperkirakan ada terduga teroris yang masuk Eropa sebagai migran, lewat Yunani.

Eropa, bulan-bulan belakangan ini, tengah disibukkan oleh gelombang masuknya migran dari sejumlah negara Timur Tengah dan Afrika, serta Asia Selatan, dan yang paling banyak berasal dari Suriah.

Sejak semula, ketika gelombang migran menyerbu Eropa, sudah muncul kekhawatiran bahwa di antara para migran ada orang-orang yang berkehendak tidak baik. Uni Eropa memperkirakan sekitar 6.000 orang Eropa telah bergabung dengan kelompok militan di Timur Tengah, dan banyak dari mereka memiliki paspor yang memungkinkan masuk ke Eropa. Ketika serangan teror itu terjadi, seakan kekhawatiran tersebut memperoleh pembenaran.

Meskipun Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de Maizier meminta agar jangan mengaitkan situasi terakhir, serangan teror di Paris dengan para migran, sulitlah rasanya, terutama bagi Perancis, untuk tidak mengaitkan serangan teror itu dengan migran.

Benar yang dikatakan De Maizier bahwa para migran adalah orang-orang yang mencari perlindungan dan suaka. Karena itu, alasan kemanusiaanlah yang mendasari—tentu juga alasan ekonomi—Jerman dan sejumlah negara lain membuka pintu mereka bagi para migran. Jerman, misalnya, tahun ini akan menerima satu juta orang, meskipun menuai reaksi dari rakyat Jerman.

Negara-negara Eropa lainnya tentu tidak bisa bersikap atau mengambil kebijakan seperti Jerman. Polandia, misalnya, menolak menerima migran kalau tidak ada jaminan keamanan. Bahkan, Swedia, yang selama ini dipandang sebagai negara paling bermurah hati, pun segera memperketat perbatasannya. Langkah serupa sudah dilakukan Hongaria yang menjadi jalur masuk dari Asia. Perancis, jelas, langsung menutup perbatasannya.

Selama ini migran—dari Suriah, Pakistan, dan Afganistan—masuk ke Eropa lewat Yunani dan Turki. Sementara migran dari Afrika Utara dan Afrika sub-Sahara masuk lewat Libya.

Keputusan pasti dari Uni Eropa, kecuali dari pernyataan negara masing-masing, belum muncul. Namun, bisa diperkirakan bahwa serangan teror di Paris akan mengubah kebijakan dan sikap mereka terhadap migran, serta bukan tidak mungkin akan melahirkan sentimen menentang migran. Ini berarti program kemanusiaan itu telah dihancurkan oleh tindakan tak manusiawi para teroris di Paris.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 November 2015, di halaman 6 dengan judul "Teror Paris dan Isu Imigran".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger