Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 12 Januari 2016

TAJUK RENCANA: B-52 dan Ketegangan di Korea (Kompas)

Ketegangan di Semenanjung Korea sudah menjadi hal biasa. Kali ini, ketegangan muncul menyusul uji coba senjata nuklir oleh Korea Utara.

Menyusul klaim Korut bahwa pihaknya berhasil menguji coba bom hidrogen, Rabu pekan silam, Amerika Serikat pun menjawabnya dengan "gelar otot" yang diwujudkan dengan menerbangkan pesawat pengebom "gaek", tetapi tetap menggentarkan, yakni B-52 Stratofortress, ke Korea Selatan, Minggu (10/1).

Sebelum ini, yakni tahun 2013, AS juga mengirim pengebom B-52. Bahkan, saat itu, pesawat yang berpangkalan di Guam ini juga didampingi oleh pengebom siluman B-2 Spirit yang jauh lebih canggih.

Melalui penerbangan B-52, AS ingin memperlihatkan kepada Korut bahwa pihaknya tetap berkomitmen terhadap keamanan sekutunya, dalam hal ini Korsel. Meski pengebom gaek (karena sudah mulai digunakan sejak 1955), B-52 tak bisa dipandang main-main. Jet bermesin delapan ini bisa mengangkut persenjataan seberat 31.500 kilogram, bisa berwujud bom, ranjau, ataupun rudal jelajah berhulu ledak nuklir.

Ancaman serangan nuklir melahirkan bayangan paling gelap dari sebuah konflik. Maklum, senjata nuklir yang tergolong dalam senjata pemusnah massal bisa menghasilkan kehancuran yang sangat mengerikan. Banyak yang meyakini bahwa perang nuklir tidak bisa dimenangi. Pihak-pihak yang terlibat akan sama-sama hancur. Itu sebabnya, salah satu doktrin Perang Dingin yang terkenal adalah MAD (mutual assured destruction).

Tentu arsenal nuklir Korut masih kalah jauh dibandingkan dengan arsenal AS yang sudah dipersiapkan untuk menghadapi ancaman musuh di era Perang Dingin. Namun, tetaplah sulit dibayangkan akibatnya jika Korut benar-benar melancarkan serangan nuklir ke wilayah AS dan AS membalasnya. Lebih absurd lagi jika Korut melancarkan serangan nuklir ke Korsel.

Dunia mengecam keras uji nuklir Korut karena melanggar ketentuan internasional yang sudah dicanangkan melalui Traktat CTBT (Comprehensive Nuclear Test Ban Treaty). Karena itu pula, Korut dikecam beramai-ramai oleh berbagai kalangan dari berbagai penjuru dunia.

Di sisi lain, sebagaimana ditegaskan oleh pemimpin Korut Kim Jong Un, uji nuklir adalah hak yang sah dan adil dari negara berdaulat dan tidak ada yang bisa mengkritik. Pandangan Kim didukung oleh negara yang punya aspirasi senjata nuklir.

Masih adanya sejumlah negara yang boleh memiliki senjata nuklir dan melarang negara lain untuk memilikinya membuat konflik fundamental ini sulit diselesaikan. Artinya, Korut mungkin masih akan melanjutkan aktivitas nuklirnya dan AS masih akan terus mengirim pengebom untuk membela sekutunya.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Januari 2016, di halaman 6 dengan judul "B-52 dan Ketegangan di Korea".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger