Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 15 Maret 2016

TAJUK RENCANA: Langkah Nyata Mendukung Palestina (Kompas)

Pelantikan Konsul Kehormatan RI untuk Palestina di Amman, Jordania, membuktikan bahwa Indonesia serius dalam mendukung kemerdekaan Palestina.

Semula pelantikan Maha Abu-Shusheh sebagai Konsul Kehormatan RI akan dilakukan di Ramallah, pusat pemerintahan Otoritas Palestina. Namun, Israel tidak memberikan izin bagi pesawat yang membawa Menteri Luar Negeri Retno Marsudi terbang dari Amman melintasi kawasan udara Tepi Barat.

Ketiadaan izin tersebut tidak mengendurkan keputusan Indonesia untuk melantik konsul kehormatan pertama Indonesia untuk Palestina. Kita apresiasi keteguhan dan ketegasan pemerintah tetap melantik Maha Abu-Shusheh. Ibarat kata, layar sudah terkembang, pantang perahu kembali ke pelabuhan. Seperti pernah dikatakan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, "Tidak ada kata menyerah dalam mencari perdamaian."

Itulah yang dilakukan Menlu Retno. Meski rencana pelantikan di Ramallah dihalang-halangi Israel, Israel tetap tidak bisa berbuat apa-apa ketika Indonesia memilih Kedutaan Besar RI di Amman menjadi tempat pelantikan. Israel pun tidak bisa mencegah kepergian Menlu Palestina Riyad al-Maliki dari Ramallah untuk menghadiri pelantikan di Amman.

Ramallah sekarang masuk ke dalam "Area A"-sesuai Kesepakatan Oslo-atau sepenuhnya di bawah yurisdiksi Palestina. Hanya saja, Ramallah ada di Tepi Barat yang sebagian wilayahnya masih diduduki Israel. Karena itu, keputusan Israel tidak memberikanoverflight clearance, izin terbang melintas, tidak semata-mata berkaitan dengan izin penerbangan, tetapi lebih bernuansa politik atau bahkan berurusan dengan masalah politik.

Tentu, pelantikan Konsul Kehormatan RI merupakan sebuah tamparan bagi wajah Israel. Karena dengan melantik konsul kehormatan, langkah Indonesia semakin tegas dan mantap dalam mengakui dan mendukung negara Palestina merdeka, seperti banyak negara lainnya.

Pelantikan konsul kehormatan di Ramallah akan tidak menjadi masalah kalau Menlu Retno bersedia mengunjungi atau bertemu dengan pejabat Israel, seperti tuntutan Tel Aviv. Namun, hal itu tidak dilakukan karena Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Meski ada yang berpendapat bahwa bagaimana mungkin Indonesia menjadi penengah kalau tidak berhubungan dengan Israel. Harus diakui, masih banyak hambatan, antara lain psikologi-politik dan Indonesia menentang segala bentuk penjajahan seperti yang dilakukan Israel di Palestina, bagi Indonesia untuk mewujudkan hal itu. Itu masalah prinsip bagi Indonesia.

Sekali lagi, pelantikan Konsul Kehormatan RI untuk Palestina adalah sebuah bukti nyata bahwa Indonesia benar-benar mendukung kemerdekaan Palestina.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Maret 2016, di halaman 6 dengan judul "Langkah Nyata Mendukung Palestina".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger