Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 23 April 2016

TAJUK RENCANA: ”Perang Dingin” NATO dan Rusia (Kompas)

Usaha NATO dan Rusia untuk mencari terobosan guna mencairkan hubungan di antara mereka yang penuh curiga tidak berhasil.

Pertemuan Dewan NATO dan Rusia di Brussels beberapa hari lalu sebenarnya dirancang untuk mengendurkan ketegangan hubungan di antara keduanya. Dewan NATO-Rusia dibentuk tahun 2002 sebagai forum pertemuan antara NATO dan Rusia. Pertemuan tingkat pejabat tinggi Dewan NATO-Rusia terakhir kali dilakukan tahun 2014. Karena itu, ini pertemuan pertama bagi mereka.

Hubungan antara NATO dan Rusia sejak tahun 2014 memburuk. Hal itu, antara lain, dipicu aneksasi Rusia atas Krimea, dukungan Rusia terhadap pasukan pemberontak di Ukraina Timur yang mengangkat senjata melawan Pemerintah Ukraina. Perang itu menewaskan tak kurang dari 9.000 orang dan menyebabkan 1,4 juta orang mengungsi.

Karena itu, pertemuan selama 90 menit difokuskan pada krisis Ukraina, aktivitas militer, pengurangan risiko konflik senjata di antara keduanya, dan situasi keamanan di Afganistan. Pertemuan dilakukan pada saat hubungan antara NATO, terutama AS, dan Rusia buruk. Hal itu disebabkan peningkatan kehadiran militer AS di Eropa Tengah dan Timur. Tindakan AS itu telah pula mendorong peningkatan militer Rusia di kawasan yang sama.

Sebenarnya, ketegangan hubungan antara NATO dan Rusia sudah dimulai sejak NATO memperluas keanggotaannya dengan menerima negara-negara bekas anggota Pakta Warsawa. Misalnya, Ceko, Hongaria, dan Polandia (1999), lalu Bulgaria, Estonia, Latvia, Lituania, Romania, Slowakia, dan Slovenia (2004).

Sangat wajar kalau kemudian merasakan bahwa NATO merupakan ancaman bagi Rusia. Apalagi, dengan munculnya krisis Ukraina, yang secara terang-terangan NATO mendukung Pemerintah Ukraina. Sejak saat itu, ketegangan antara NATO dan Rusia begitu jelas. Apalagi, NATO melihat bahwa Rusia terus meningkatkan kemampuan militernya. Itulah yang antara lain mendorong anggota NATO meninjau kembali komitmennya untuk membelanjakan 2 persen dari PDB-nya untuk pertahanan. Ada kemungkinan, anggaran itu akan dinaikkan.

Tentu, memburuknya hubungan antara NATO dan Rusia akan berdampak pula terhadap situasi keamanan global. Imbas ketegangan itu terlihat di Suriah, misalnya. Peranan Rusia dan AS, misalnya, sangat besar dalam usaha untuk mencari perdamaian di Suriah. Namun, selama kedua negara itu—dan juga NATO—tidak terbangun hubungan baik, sulit pula untuk mengusahakan perdamaian di Suriah. Karena itu, sebenarnya pertemuan Brussels diharapkan dapat mencari terobosan bagi pengenduran ketegangan hubungan NATO-Rusia. Namun, usaha tersebut tidak membawa hasil.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 April 2016, di halaman 6 dengan judul ""Perang Dingin" NATO dan Rusia".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger