Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 18 Mei 2016

TAJUK RENCANA: Tugas Berat Novanto (Kompas(

Mantan Ketua DPR Setya Novanto akhirnya mampu mengambil alih komando Partai Golkar. Ia terpilih menjadi Ketua Umum Partai Golkar 2016-2019.

Mundur dari posisinya sebagai Ketua DPR pada 16 Desember 2015, dan dinyatakan melanggar kode etik dengan sanksi sedang oleh Majelis Kehormatan Dewan (MKD), 14 Januari 2016, politisi ini mampu bangkit. Anggota DPR dari daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur ini meraih dukungan 277 suara, menyisihkan Ketua DPR Ade Komarudin yang meraih 173 suara. Pemilihan ketua umum Partai Golkar itu berlangsung satu putaran karena Ade mundur meski ada peluang untuk pemilihan putaran kedua.

Novanto terjerat kasus percakapan soal permintaan saham PT Freeport yang melibatkan dirinya, Presiden Direktur Freeport Maroef Sjamsoeddin, dan pengusaha minyak Muhammad Riza Chalid. Presiden Joko Widodo mengungkapkan kemarahannya ketika mendengar namanya disebut-sebut dalam percakapan Novanto, Maroef, dan Riza Chalid.

Kejaksaan Agung menyelidiki kasus dugaan pemufakatan jahat itu, tetapi sampai sekarang tak jelas kelanjutannya. Faktanya, Kejaksaan Agung ataupun Majelis Kehormatan Dewan tak bisa menghadirkan Riza Chalid.

Rumor soal politik uang memang terdengar di arena munas. Namun, Komisi Etik yang dibentuk Partai Golkar yang mengaku menerima banyak laporan soal dugaan politik uang tidak bisa berbuat banyak karena minimnya bukti.

Terpilihnya Novanto sudah diperkirakan meski bagi sementara pihak merupakan pertaruhan politik bagi Golkar. Mengembalikan citra politik dan mendongkrak suara Partai Golkar pada Pemilu 2019 dan citra Novanto sendiri merupakan pekerjaan rumah berat yang dipikul Novanto.

Munaslub Golkar juga memutuskan Aburizal Bakrie sebagai Ketua Dewan Pembina serta memutuskan untuk keluar dari Koalisi Merah Putih dan menyatakan mendukung pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla. Terpilihnya Novanto sekaligus menandakan keberhasilan konsolidasi politik pemerintahan Presiden Jokowi. Sebelumnya, Partai Amanat Nasional menyatakan bergabung dengan pemerintah, Partai Persatuan Pembangunan, dan kemudian Partai Golkar.

Terlepas dari segala kontroversinya, kita bersyukur Golkar telah mengakhiri sengketa kepengurusan yang menguras energi. Menjadi tugas berat Novanto, bersama Sekjen Idrus Marham, Nurdin Halid sebagai Ketua Harian, untuk mengonsolidasikan partai secara internal dan membenahi persepsi publik terhadap dirinya sendiri dan terhadap Partai Golkar sendiri.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Mei 2016, di halaman 6 dengan judul "Tugas Berat Novanto".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger