Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 21 Juni 2016

TAJUK RENCANA: Banjir, Longsor, dan PR Kita (Kompas)

Di luar kebiasaan, di bulan Juni ada hujan lebat berkepanjangan hingga menyebabkan longsor di Jawa Tengah dengan korban 35 orang meninggal dan 25 hilang.

Keprihatinan kita yang mendalam atas musibah ini dan semoga kepada korban diberikan perhatian yang sebaik- baiknya. Kita berharap kejadian di sejumlah kota di Jateng ini, seperti Purworejo dan Banjarnegara, tidak lewat begitu saja dari perhatian kita. Dalam arti, kita cermati kejadiannya agar lebih memahami situasinya, dan makin sigap menyikapinya.

Yang terjadi Sabtu dan Minggu pekan lalu di satu sisi memang di luar kondisi normal. Oleh sebab fenomena La Nina, bulan Juni yang mestinya masuk musim kering masih diwarnai adanya hujan, bahkan hujan yang berintensitas tinggi. Sebagian sudah menyebut-nyebut musim kering tahun ini adalah musim kering yang basah.

Di luar anomali cuaca, sejak awal abad ini kita mendengar dan mengamati adanya fenomena perubahan iklim dan pemanasan global. Gejala umum yang sering disebut adalah cuaca ekstrem. Ekstremitas mewujud dalam cuaca panas, atau hujan bercurah tinggi, dan puting beliung.

Sekali lagi, The Inconvenient Truth seperti dinyatakan mantan Wapres AS Al Gore ini semakin riil, dan harus kita hadapi. Bagaimana kita mengambil langkah untuk menghadapinya? Efek pemanasan global berlingkup luas, mulai dari tudung es kutub yang mencair, terancamnya pantai di negeri kepulauan, yang diikuti dengan hancurnya infrastruktur ekonomi dan guncangnya pranata sosial.

Mungkin saja hujan lebat di sejumlah wilayah di Jateng, dan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan beberapa daerah lain merupakan kejadian lokal. Dalam menanganinya, mungkin cukup dikerjakan otoritas lokal, tetapi kita perlu juga menempatkan bencana di atas dalam konteks lebih luas.

Setidaknya dua hal perlu menjadi pelajaran. Pertama, kita harus merawat lingkungan yang sudah kita kenali rawan banjir dan longsor. Pemeliharaan hutan di kawasan hulu menjadi langkah yang mutlak harus dilakukan.

Hal lain yang bisa dilakukan adalah menjauhkan penduduk dari daerah rawan longsor. Dengan semakin meningkatnya ekstremitas cuaca, dan di sisi lain menyusutnya daya tahan lingkungan, daerah yang semula bisa bertahan kini sudah rapuh dan tak bisa bertahan dari longsor.

Dalam skala lebih besar, pengurangan emisi karbon yang selama ini diduga sebagai biang keladi pemanasan global dan perubahan iklim harus kita laksanakan secara konsisten, bahkan dengan lebih kuat lagi.

Curah hujan tinggi di bulan Juni harus meneguhkan kembali komitmen kita untuk menjaga lingkungan. Yang juga tak kalah penting meningkatkan kesigapan dalam penanganan bencana, seperti banjir dan longsor yang tampaknya akan semakin banyak dan semakin ekstrem.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 Juni 2016, di halaman 6 dengan judul "Banjir, Longsor, dan PR Kita".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger