Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 18 Juli 2016

Macet ”Brexit”‎//Informasi Tol//Pulsa Hilang (Surat Pembaca Kompas)

Macet "Brexit"

Mudik 2016 ini menjadi catatan hitam sepanjang sejarah mudik. Kemacetan panjang memaksa pemudik menginap di jalan tol puluhan jam. Konon ada yang menginap 30 jam. Mengapa semua pemudik masuk jalan tol sementara jalan pantai utara justru lengang?

Promosi besar-besaran jalan tol memperlancar arus mudik tidak diantisipasi dengan rekayasa lalu lintas di pintu keluar Tol Brebes Timur dan jalan pantura. Pengoperasian hanya 3 dari 7 gerbang tol, yakni Cikarang Utara, Palimanan, dan Brebes Timur, semakin memperburuk keadaan karena kendaraan yang mestinya terdistribusi di gerbang-gerbang itu meluncur deras ke Brebes Timur. Jika 7 gerbang tol tetap dioperasikan niscaya kemacetan parah itu tidak terjadi.

Mengapa tidak ada tindakan aparat yang bersifat darurat ketika kemacetan parah terjadi? Mengapa kemacetan yang setiap tahun terjadi tidak diantisipasi dengan fasilitas, seperti rumah makan, tempat istirahat, dan toilet?

Pemerintah memang bukan satu-satunya yang harus dipersalahkan dalam kasus ini, tetapi mengapa di era modern dengan sarana komunikasi dan transportasi yang maju, tidak ada helikopter untuk menjemput pemudik yang kritis dan membutuhkan pertolongan segera?

Ke depan pemerintah harus lebih sigap dan kejadian serupa tidak boleh terulang. Menunggu jalan tol Trans-Jawa selesai dibangun agar tidak terjadi kemacetan, jelas mengada-ada karena masih ada kendala pembebasan lahan yang menjadi masalah krusial di Pulau Jawa.

Belajar dari hal ini, tahun depan bisa saja kendaraan pemudik diatur. Misalnya H-6 dan H-5 untuk kendaraan berpelat nomor polisi ganjil, dan H-4 dan H-3 untuk kendaraan berpelat nomor polisi genap. Selain itu cuti bersama dan libur Lebaran bisa diperpanjang agar pemudik tidak bersamaan pulang ke kampung halaman.

Pemerintah memang sudah minta maaf, tetapi itu tidak cukup tanpa antisipasi menyeluruh ke depan.

PAULUS MUJIRAN, JL BORBUT, MANYARAN, SEMARANG

Informasi Tol

Pada 7 Juli 2016 pukul 21.00 kami sekeluarga pulang dari Bandung ke Bogor menggunakan jalur Tol Purbaleunyi. Sekitar pukul 22.30 kami sampai di Gerbang Tol Cikarang Utama, Km 27, Tol Jakarta-Cikampek.

Kami selaku pengguna kartu-e (e-toll card) pun mencari-cari letak gerbang tol otomatis (GTO). Dari kejauhan kami membaca running text yang menginformasikan bahwa "Bagi pengguna e-toll card disediakan jalur khusus". Maka, kami pun bersusah payah untuk mendapatkan jalur GTO tersebut.

Antrean berjalan lama bukan hanya karena banyaknya pengguna GTO, melainkan juga terpotong oleh kendaraan-kendaraan lain non-GTO yang salah masuk jalur. Di sisi lain, jalur-jalur non-GTO tampak bergerak simultan dan durasi transaksi berjalan normal.

Setelah mengantre dengan waktu antrean yang jauh lebih lama dari non-GTO, alangkah kagetnya kami karena saat mendekati gerbang untuk menempel kartu (tapping), ada pengumuman bahwa pembayaran secara tapping juga bisa dilakukan di semua gerbang tol.

Di gerbang itu saya sempat menegur petugas yang kebetulan berjaga dan ternyata bisa melayani pengendara non-GTO.

Seharusnya operator jalan tol tidak mengumumkan "disediakan jalur khusus pengguna e-toll card" dalam running text. Hal tersebut memengaruhi cara bertindak kami selaku pengguna kartu-e. Kami jadi banyak berselisih dengan pengendara lain karena berebut jalur gara-gara khawatir tidak bisa tapping di luar jalur GTO.

Seharusnya, dalam running text ditulis "Tapping e-tol card bisa di semua gerbang tol".

Kami selaku pengguna jalan tol meminta pengelola jalan tol agar mengkaji setiap kebijakan.

OKI TRI FNA, KEBUN RAYA RESIDENCE, BOGOR D.A JL WANAJAYA, PASIR JAYA

Pulsa Hilang

Pada 24 Juni 2016 saya mengecek sisa pulsa di HP. Tercatat masih Rp 58.000 lebih. Pada 26 Juni pagi saya cek lagi, ternyata pulsa sudah kosong. Lho, kok, bisa? Dalam dua hari itu, meskipun saya memakai, pasti tidak lebih dari Rp 10.000.

Saya pun mengontak 188. Saya diminta menekan angka 1 atau 2, tetapi tidak juga tersambung.

Nomor saya 0812882150xx. Saya memang konsumen biasa dengan jumlah pulsa secukupnya. Akan tetapi, saya berhak atas pulsa yang saya miliki.

KADIR, JL CUMI-CUMI, TELUK BETUNG, BANDAR LAMPUNG

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Juli 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger