Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 22 Juli 2016

TAJUK RENCANA: Konvensi untuk Trump (Kompas)

Hampir di mana pun kandidat presiden AS Donald Trump naik panggung, muncul drama atau kontroversi, termasuk dalam konvensi Partai Republik.

Pada konvensi nasional Partai Republik, 18-21 Juli, di Cleveland, Ohio, pidato sang istri, Melania Trump, ternyata sebagian mencontek pidato Michelle Obama dalam Konvensi Demokrat tahun 2008. Isu mencontek ini jadi topik ramai di media sosial sampai "menutupi" gaung konvensi yang seharusnya menjadi momentum partai untuk bergerak bersama dan menjembatani perpecahan internal.

Bisa dikatakan konvensi Republik kali ini tidak sepenuh hati didukung elite-nya. Tokoh penting, seperti Gubernur Ohio John Kasich, mantan nomine capres Mitt Romney, mantan capres John McCain, dan mantan presiden Bush senior dan yunior, tidak hadir. Mereka tidak mendukung Trump. Mantan nomine Ted Cruz, yang hadir dan berpidato di konvensi, sampai akhir pidatonya menolak menyatakan mendukung Trump. Media AS menyebut konvensi seperti "kehilangan energi dan kegembiraan".

Peristiwa penting, seperti penunjukan Mike Pence menjadi kandidat wapres kubu Trump, juga nyaris tak bergaung. Padahal, penunjukan Pence dinilai "strategis" karena ia bukan saja merupakan tokoh Republik yang menonjol, melainkan juga dekat dengan donor besar.

Pence sebetulnya bisa menjadi jawaban atas krisis yang dihadapi Trump saat ini: mempersatukan perpecahan di internal partai dan minimnya dana kampanye. Namun, Trump sepertinya tidak sungguh-sungguh memanfaatkan momentum itu. Trump lebih sibuk dan fokus untuk mencaci Hillary Clinton, rivalnya dari kubu Demokrat. Ia tahu apa yang diinginkan pendukungnya. Semua retorika yang mengecam Hillary pasti akan disambut teriakan riuh dan tepukan pendukung. Trump menyukai itu.

Alhasil, Konvensi Republik yang sudah berlangsung tiga hari tak memberi pencerahan. Masih belum ada gagasan bernas tentang kontribusi AS dalam konteks global. Yang kita ingat, isu keprihatinan dunia akan aksi terorisme ditanggapi Trump dengan retorika akan memeriksa semua warga Muslim AS dan melarang warga Muslim berkunjung ke AS, problem pengungsi dijawab dengan "akan membangun tembok".

Kampanye capres AS berlangsung sampai pertengahan Oktober, sementara pemilu 8 November. Pekan depan, giliran kubu Demokrat melaksanakan konvensi nasional di Philadelphia. Ini kesempatan penting bagi Hillary dan Partai Demokrat, bukan saja untuk menghadapi Trump, melainkan juga meyakinkan rakyat Amerika bahwa dirinya lebih pantas menjadi presiden AS.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Juli 2016, di halaman 6 dengan judul "Konvensi untuk Trump".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger