Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 12 Agustus 2016

TAJUK RENCANA: Guru, Orangtua Mari Berintrospeksi (Kompas)

Pemukulan terhadap guru Muhammad Dasrul di SMK 2 Makassar, Sulawesi Selatan, mengundang keprihatinan. Peristiwa itu tidak seharusnya terjadi.

Seperti kita baca di harian ini Kamis (11/8) kemarin, Dasrul dianiaya orangtua MA yang tidak terima setelah dilapori anaknya bahwa ia dimarahi dan ditampar oleh Dasrul. Pertama kita perlu tahu, apa persisnya yang dilakukan Dasrul, apakah benar ia hanya menegur atau menampar MA.

Kalau hanya menegur dan MA melaporkan kepada ayahnya bahwa ia ditampar, MA pelajar yang tidak terpuji. Tidak terpuji pula orangtua MA yang main hakim di lingkungan sekolah. Sebaliknya, jika Dasrul selain menegur juga menampar, Dasrul guru yang tidak terpuji.

Sekolah kita idealkan menjadi tempat belajar, tidak saja untuk menimba pengetahuan, tetapi juga mengembangkan akhlak luhur. Untuk itu, kita sepakat bahwa para guru yang dipercaya oleh orangtua murid untuk mendidik putra- putrinya memiliki kualifikasi komplet, tidak hanya kompeten dalam urusan akademik, tetapi juga mumpuni dalam aspek pedagogis dan sosial, khususnya dalam komunikasi interpersonal.

Menanggapi kejadian di SMK 2 Makassar, pakar pendidikan dan pelatih guru Itje Chodidjah menyatakan, ada kekeliruan mendasar dalam sistem pendidikan, termasuk sistem pendidikan guru, dan juga penghargaan orangtua terhadap guru atau sekolah.

Kita sepandangan dengan Itje Chodidjah untuk membenahi sistem pendidikan, termasuk pola perekrutan dan sistem pendidikan guru. Perlu dipikirkan bagaimana tata cara orangtua menyikapi hal yang dirasa menyimpang di sekolah. Jangan sampai orangtua beraksi hanya berdasarkan laporan anak, apalagi dengan tindak kekerasan.

Kita semua menyadari bahwa pendidikan, baik menurut keyakinan para ahli yang berbicara dalam Simposia Akademik Universitas Harvard yang dikumpulkan dalam buku Culture Matters (2000) ataupun dalam program PBB, baik Millennium Development Goals (MDGs) dan Sustainable Development Goals (SDGs), memberi fokus pada pendidikan karakter. Pada SDGs, Sasaran 4 menyerukan pendidikan berkualitas yang bersifat inklusif dan setara serta memajukan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.

Tantangan semakin berat mengingat ilmu pengetahuan maju pesat sehingga apa yang diajarkan kepada murid membutuhkan aktualisasi kontinu. Secara akademik pun, guru harus terus belajar. Di sisi lain, pendidikan dan pengajaran menghadapi anak didik yang lebih menuntut suasana egaliter, tetapi pemahaman perilaku Generasi Y berbeda dengan generasi sebelumnya.

Ketika tuntutan semakin menantang, dan rumit, sungguh anatematik jika kita berkutat pada kekerasan di sekolah. Kita khawatir, jika atmosfer kondusif tak kunjung terwujud, pendidikan bisa stagnan atau malah mundur.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Agustus 2016, di halaman 6 dengan judul "Guru, Orangtua Mari Berintrospeksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger