Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 12 Agustus 2016

Tata Kota Jayapura//Luas Tanah//Pengambilan KTP//Iklan Tak Sehat (Surat Pembaca Kompas)

Tata Kota Jayapura

Jayapura adalah sebuah kota perbukitan di sisi Teluk Humbolt yang sangat indah, apalagi beberapa tahun terakhir dipoles oleh sosok Wali Kota dan jajarannya yang kreatif dan inovatif. Jadilah Kota Jayapura semakin beriman: bersih, indah, dan amanah.

Namun, agar kota tercinta ini semakin nyaman dan layak huni, sekaligus dapat mempertahankan Piala Adipura, perkenankan kami menyampaikan dua hal berikut kepada para pemangku jabatan, pemangku adat, dan pejabat berwenang.

Pertama di Kali Hanyaan. Di Jalan Raya Kelapa Dua Entrop, sejak lima bulan lalu dibangun rumah kayu berukuran 5 meter x 6 meter. Bulan ini saja, telah dibangun lebih kurang 15 petak kandang babi berukuran 4 meter x 30 meter. Kali yang semula selebar 6 meter kini tinggal 1 meter di beberapa bagian. Mohon kepada dinas tata kota dan lingkungan hidup untuk mengatasinya.

Kedua, di Ruko Pacific Permai. Pemandangan teluk yang begitu indah, beberapa tahun ini telah tertutup kafe dan sampah terapung, mohon penataan.

Selanjutnya, kami mohon kepada para pejabat tetap tegas dan konsisten menata kota, jangan kenal kompromi. Bayangkan betapa indah dan membanggakannya kalau Jayapura dalam waktu dekat sudah siap menyongsong PON XX dengan suasana kota taman, jalan lingkar Jayapura yang kokoh dan mulus, kereta api baru, pasar mama yang modern dan bersih, serta bebas banjir dan minuman keras.

A YUDHA, JAYAPURA SELATAN, JAYAPURA

Luas Tanah

Tahun 2011, saya membeli rumah di Citra Garden 7 dengan luas tanah 8 x 14 meter atau 112 meter persegi. Tahun 2014, kami menerima tagihan PBB dari manajemen Citra Garden City. Ternyata luas tanah tidak sesuai perjanjian pembelian, ukuran di PBB menjadi 122 meter persegi sehingga kami merasa dirugikan.

Kami sudah melayangkan surat untuk perbaikan data tanah dalam PBB ini kepada Bapak Ide M selaku bagian legal Citra Garden City pada 8 April 2015 dan sudah menyerahkan berkas yang diperlukan. Namun, sampai saat ini tidak kunjung selesai.

EDI SURATNO, CITRA GARDEN 7 D1 CLUSTER EDELWES, JAKARTA BARAT

Pengambilan KTP

Meski bertempat tinggal di Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat, saya memegang kartu tanda penduduk (KTP) Kota Solo. Saya pun masih memiliki sepeda motor dan rumah di Solo.

Saya memilih memiliki KTP hanya dari Solo dan telah mengikuti proses KTP elektronik tahun 2014, di Solo. Namun, karena proses foto dan sidik jari memakan waktu, saya disuruh foto di luar (foto studio) dan mendapatkan KTP sementara.

Setelah dua tahunan, saya bermaksud mengambil KTP asli. Pada 14 Juli 2016, saya mendatangi kecamatan tempat KTP saya dikeluarkan.

Namun, saya diminta membuat surat keterangan dari RT, RW, dan lurah setempat dengan alasan untuk verifikasi data. Saya menjelaskan kepada petugas, saat mengajukan permohonan sudah membawa surat pengantar dari RT RW. Petugas berdalih, KTP elektronik sudah selesai dan data dibawa ke Jakarta, lalu diserahkan ke daerah masing-masing.

Apakah birokrasi macam ini masih terus berlangsung? Bukankah dengan memasukkan nomor induk kependudukan (NIK) dengan mudah akan diketahui benar atau tidaknya?

Buat saya, ini memberatkan karena mondar-mandir Solo-Jakarta membutuhkan waktu, biaya, dan tenaga.

YULIARTO JOKO MARTANTO, JALAN MANYAR, MANAHAN, SOLO

Iklan Tak Sehat

Kompetisi bisnis sering memicu persaingan tidak sehat. Perilaku tersebut juga saya tengarai dilakukan PT Asuransi Astra Buana, perusahaan asuransi yang 95,7 persen dimiliki Astra International dengan produk yang dikenal sebagai Garda Oto.

Dalam iklan di media cetak, digital, hingga leaflet di SPBU Shell, tampak wanita ber-selfie ria di depan mobilnya yang mogok dan mobil derek Garda Oto telah datang ke tempat kejadian. Meski sedikit dimodifikasi di bagian grill, tampak jelas bahwa mobil itu adalah Ford Fiesta.

Saya sebagai pemilik mobil Ford Fiesta merasa pemasangan foto mobil di iklan tersebut bisa menimbulkan gambaran negatif. Orang bisa beranggapan bahwa mobil merek itu merupakan produk yang tidak berkualitas.

TRI ADHYAKSA, KOMPLEKS DELATINOS, BSD, TANGERANG SELATAN, BANTEN

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Agustus 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepad Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger