Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 21 September 2016

Belajar Kelola Obat dari Brasil//Tanggapan BPJS//Kiriman Hilang (Surat Pembaca Kompas)

Belajar Kelola Obat dari Brasil

Dalam dua bulan terakhir, terdapat dua berita heboh nasional di media massa: vaksin palsu, obat palsu, ataupun obat kedaluwarsa. Semua kasus sarat pelanggaran hukum berat. Modus itu merebak karena pengawasan kurang memadai. Bisa jadi aturannya kabur, tidak konsekuen, atau jajaran aparat tidak bertanggung jawab.

Saya pernah bertugas di KBRI Brasilia, Brasil (2008), dan sangat terkesan dengan cara mereka mengawasi peredaran obat-obatan. Yang akan dilayani apotek hanya obat dengan resep dokter. Apotek di seantero Brasil terkenal taat asas dan aturan. Setiap pembelian obat antibiotik hanya diladeni sebanyak perintah dokter seperti yang tertulis dalam resep. Data pembeli ataupun pengguna dicatat dan disebar secara daring ke semua apotek di Brasil. Mustahil membeli antibiotik melebihi jumlah yang diresepkan dokter.

Hal yang sama berlaku pada pembelian obat bagi penderita darah tinggi dan diabetes. Setiap penderita yang positif menderita salah satu dari dua penyakit tersebut akan mendapat kartu diskon 70 persen daring. Mereka hanya diperbolehkan membeli maksimal untuk konsumsi 30 hari per transaksi dan boleh diulang pada bulan berikutnya.

Selain itu, di Brasil semua anak balita menerima suntikan gratis hepatitis A, B dan C. Hal baik ini perlu dipelajari jajaran Kementerian Kesehatan serta Badan Pengawas Obat dan Makanan agar tragedi palsu-memalsu obat tidak terulang mengingat dampaknya yang sangat fatal bagi nyawa dan kesehatan manusia.

SAHAT SITORUS, JALAN BAMBU DURI, PONDOK BAMBU, JAKARTA TIMUR

Tanggapan BPJS

Sehubungan dengan dimuatnya surat pembaca di Kompas (Kamis, 15/9) berjudul "BPJS Nasional", bersama ini kami sampaikan penjelasan berikut.

BPJS Kesehatan berlaku nasional. Artinya, peserta dapat menggunakan BPJS Kesehatan di seluruh Indonesia. Apabila peserta BPJS Kesehatan sedang di luar domisili peserta dan ingin menggunakan pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) di luar domisili, peserta dapat mengurus surat pengantar pelayanan FKTP di Kantor Cabang BPJS Kesehatan terdekat. Dalam keadaan gawat darurat, peserta dapat langsung menggunakan BPJS Kesehatan di rumah sakit.

Dalam kasus ini, peserta sebenarnya sudah dilayani ketika dalam keadaan gawat darurat. Namun, untuk kontrol peserta membutuhkan rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat pertama. Untuk dapat dilayani di FKTP di luar domisili (Yogyakarta), peserta harus mengurus surat pengantar di KC Jaktim.

Apabila peserta pindah ke Banjarbaru, ia bisa ganti FKTP di Banjarbaru yang dekat dengan RSUD agar dapat kontrol di RSUD setempat.

IKHSAN, KEPALA GRUP KOMUNIKASI PUBLIK DAN HAL

Kiriman Hilang

Ibu saya mengirimi saya paket dengan alamat pengirim: Taranggono, Jalan Dinoyo Surabaya 60265, Indonesia. Alamat tujuan Ellen Shinta, 32 Talbot street, Toronto, Ontario, Kanada M6N1G4. Ditulis juga telepon pengirim dan yang dikirimi.

Dikirim dua minggu sebelum Lebaran, hingga kini saya belum menerima kiriman tersebut.

Sayang, resi ibu saya hilang. Saat kehilangan, kakak saya langsung mendatangi kantor pos untuk memintacopy resi. Namun, petugas yang bersangkutan enggan memberi. Sudah tiga kali kami meminta, hasilnya nihil.

Menurut kakak saya, petugas sempat membongkar kiriman karena ibu saya juga kirim obat flu dalam kemasan. Namun, setelah kemasan diperbaiki, katanya pos langsung dikirim.

Sekarang saya tidak ada bukti dan tidak tahu keberadaan kiriman tersebut. Buat saya, sungguh mengherankan kalau paket tidak bisa dilacak. Berapa banyak paket ke Kanada via Express Mail Service (EMS) Surabaya?

Mengapa kantor pos tidak memiliki basis data? Kantor pos sekarang harusnya sudah mulai berbenah karena perusahaan jasa pengiriman banyak bermunculan dan menjadi pesaing berat. Namun, mengapa kinerja kantor pos ataupun petugasnya masih belum memuaskan?

Saya membayar mahal untuk kiriman tersebut. Akan tetapi, sudah hampir tiga bulan ini kiriman tersebut tidak diketahui keberadaannya. Setiap kali ditanyakan ke kantor pos, petugas menjawab, "Masih dicari." Saya juga sudah komplain ke Facebook Pos Indonesia.

Ini bukan kali pertama ibu saya kirim barang, tetapi sebelumnya tidak ada masalah.

ELLEN, 32 TALBOT STREET, TORONTO ONTARIO, KANADA M6M1G4

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 September 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger