Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 24 September 2016

KESEHATAN: Mencegah Serangan Asma Berat (DR SAMSURIDJAL DJAUZI)

Sewaktu kecil, menurut ibu, saya menderita asma. Saya terpaksa tidak dapat ikut bermain bersama teman karena kalau saya kelelahan, saya menjadi sesak. Ibu membawa saya ke dokter dan biasanya dengan suntikan atau obat yang dihirup sesak menjadi berkurang. Untunglah sewaktu SMP asma saya membaik sendiri.

Saya tak pernah lagi menderita sesak meskipun saya ikut badminton. Saya rajin berenang sesuai anjuran dokter. Ketika saya mahasiswa semester empat, serangan asma saya kambuh kembali. Saya memang tinggal berpisah dengan orangtua, menyewa kamar di kota tempat kuliah saya. Kamar saya lembab dan banyak debu. Selain itu, pelajaran di fakultas semakin sulit. Saya harus belajar sampai malam dan sering kurang tidur. Hampir setiap minggu saya mendapat serangan asma, tetapi serangan tersebut masih dapat diatasi dengan obat hirup.

Saya berkonsultasi dengan dokter karena merasa serangan asma saya semakin sering. Dokter menganjurkan saya menggunakan obat asma hirupan secara terus-menerus. Beliau menjelaskan bahwa obat asma hirupan yang saya pakai juga berfungsi mencegah serangan. Saya merasakan lebih baik meski agak repot sebelum tidur harus menggunakan obat hirupan.

Bulan lalu saya terkena influenza yang berat. Demam tinggi, pegal-pegal, dan batuk pilek. Saya berkonsultasi lagi dengan dokter karena saya khawatir terkena demam berdarah. Untunglah hasil laboratorium menunjukkan bahwa saya tidak terkena demam berdarah. Influenza saya membaik, tetapi dahak saya menjadi hijau. Kata dokter, ada infeksi sehingga ditambah antibiotik. Meski saya minum antibiotik, batuk saya tak berkurang bahkan ditambah dengan sesak. Napas saya menjadi pendek dan berbunyi. Saya menduga saya mengalami serangan asma kembali.

Saya berencana ke dokter pagi hari karena waktu itu masih malam hari. Akibatnya, saya tak bisa tidur, sesak bertambah sehingga saya harus duduk agar tak sesak. Dengan bantuan teman, akhirnya saya berobat ke unit gawat darurat rumah sakit terdekat. Saya mendapat oksigen, juga diinfus. Saya diberi berbagai obat suntikan serta hirupan. Sesak saya tak berkurang sehingga pihak rumah sakit menghubungi orangtua saya.

Pagi-pagi ayah saya terbang ke kota saya untuk mendampingi saya. Dokter menjelaskan, saya harus menjalani pemeriksaan laboratorium untuk menilai kemajuan hasil pengobatan asma. Jika semakin memburuk, kemungkinan saya harus dirawat di unit perawatan intensif. Untunglah keadaan saya membaik. Mungkin, sebagai anak perempuan, kedatangan ayah menambah semangat saya untuk sembuh.

Saya merasa lebih baik. Saya harus tetap dirawat, tetapi cukup di ruang biasa. Setelah tiga hari dirawat, saya diperbolehkan pulang. Kenapa sudah lama tak mengalami serangan asma, serangan asma sekarang menjadi berat? Apakah ada hubungan asma dengan influenza? Perlukah penderita asma mendapat imunisasi influenza? Adakah obat terbaru untuk asma? Terima kasih atas penjelasan dokter.

N di J

Serangan asma berat dewasa ini sudah lebih jarang dibandingkan dengan lima tahun yang lalu. Mungkin pemahaman pasien tentang asma bertambah baik dan obat asma yang berupa obat hirupan dapat dibawa ke mana-mana dan jika digunakan manfaatnya cepat terasa. Meski demikian, masih dapat terjadi penderita asma harus dirawat bahkan masih ada yang harus masuk ruang perawatan intensif dan harus menggunakan alat bantu napas. Untunglah keadaan ini sudah jarang, begitu pula kematian karena asma juga sudah jarang ditemukan.

Penderita asma perlu memahami apa yang terjadi pada pipa saluran napasnya ketika terjadi serangan asma. Pipa saluran napas tersebut menyempit serta dipenuhi lendir sehingga menyulitkan udara yang keluar atau masuk ke paru-paru. Acap kali napas penderita asma berbunyi karena penyempitan tersebut. Sudah tentu pada keadaan ini penderita merasa cemas karena dia mengalami sesak napas. Obat hirupan atau obat suntikan untuk melebarkan pipa saluran napas akan menghilangkan rasa sesak dan penderita dapat bernapas lega kembali.

Jadi, penyakit asma merupakan penyakit yang reversible, artinya pipa saluran napas yang menyempit dan penuh lendir tersebut dapat kembali normal. Pipa saluran napas akan melebar kembali seperti sedia kala dan lendir pun menghilang. Pada keadaan ini, sering penderita asma menghentikan sendiri penggunaan obat hirupnya karena merasa sudah sembuh. Namun, pipa saluran napas yang baru mengalami serangan asma peka untuk terangsang debu rumah, infeksi virus, atau kelelahan sehingga pipa saluran napas Anda akan menyempit kembali.

Karena itulah, pada asma kronik diperlukan obat anti-inflamasi (anti-radang) selain obat pelebar pipa saluran napas (bronkodilator). Kedua jenis obat ini biasanya menjadi satu dalam obat hirupan. Untuk mendapat manfaat terbaik obat hirupan, Anda harus menggunakan obat tersebut dengan benar. Pada prinsipnya, sebelum menghirup kosongkan saluran napas dari udara dengan cara mengembuskan napas sebanyak-banyaknya sehingga volume udara yang terisap ke arah paru bersamaan obat dapat masuk secara dalam ke sistem pernapasan. Biasanya dokter atau apoteker dapat melatih Anda menggunakan obat hirupan dengan benar.

Serangan asma dapat dicegah jika faktor pencetus dapat dihindari. Cobalah usahakan kamar Anda bersih dan pertukaran udaranya baik. Kurangi debu, hindari asap rokok. Jangan terlalu lelah dan jangan terlalu banyak pikiran. Hiduplah dengan gembira, bersih, dan makan yang bergizi. Influenza memang dapat mencetuskan serangan asma karena pada influenza selaput lendir pipa saluran napas dapat terkelupas sehingga pipa saluran napas menjadi mudah terangsang. Memang, penderita asma sebaiknya menjalani imunisasi influenza sekali setahun. Penderita asma dapat berolahraga, olahraga renang memang dianjurkan karena baik pengaruhnya bagi pipa saluran napas.

Obat asma dapat berbentuk tablet, suntikan, infus, ataupun hirupan. Obat yang populer dewasa ini adalah yang berbentuk hirupan karena mudah dibawa dan cepat terasa manfaatnya. Masa kerjanya lama sehingga dapat digunakan sekali sehari. Obat baru asma terus diteliti. Salah satu obat baru asma adalah zafirlukast, golongan obat anti leukotrien. Namun, obat ini hanya digunakan jika pengobatan yang biasa kurang memberi manfaat.

Kerja sama dokter dan pasien penting dalam mengendalikan asma. Anda perlu memahami dengan baik perubahan yang terjadi pada pipa saluran napas Anda ketika terjadi serangan asma. Anda juga harus memahami faktor pencetus serangan asma dan berupaya menghindarinya. Pasien harus memahami gejala serangan asma dan cepat memakai obat.

Jika menggunakan obat sendiri tak berhasil, harus cepat ke dokter. Jika terlambat datang ke dokter, dapat mengakibatkan serangan semakin berat. Jadi, jangan menunda berobat jika serangan tak membaik dengan obat yang biasa dipakai. Dulu dapat terjadi penderita asma meninggal sebelum sampai di rumah sakit. Untunglah kejadian tersebut sudah tak pernah lagi terjadi.

Sekarang tersedia kartu pemantauan asma yang dapat Anda minta dari dokter Anda. Melalui kartu tersebut, Anda akan memahami apakah asma Anda sudah terkendali dengan baik atau belum. Jadi, meski Anda penderita asma, Anda dapat hidup normal asalkan menghindari faktor pencetus dan menggunakan obat asma Anda secara teratur.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 September 2016, di halaman 25 dengan judul "Mencegah Serangan Asma Berat".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger