Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 24 September 2016

PSIKOLOGI: Mengasihani Diri (AGUSTINE DWIPUTRI)

Kita semua mempunyai berbagai kebiasaan, bisa sesuatu yang baik maupun yang buruk. Kebiasaan untuk hidup sehat merupakan kebiasaan yang perlu terus dipertahankan, tetapi bagaimana menghentikan kebiasaan emosional yang merugikan diri sendiri ataupun orang lain?

Joice Meyer (2013) menyebutkan beberapa kebiasaan emosional yang berbahaya, di antaranya mengasihani diri sendiri, depresi, dan putus asa atau kesedihan yang berlebihan.

Contoh kasus

Seorang wanita, 70 tahun, cukup berada secara ekonomi, tetapi memilih tinggal di sebuah panti werda kelas menengah atas biaya dan keinginan sendiri karena merasa tidak ada lagi pasangan hidup maupun anggota keluarga yang dapat tinggal di rumah bersamanya. Fasilitas di panti sebenarnya cukup bagus, ada banyak sesama lansia yang dapat menjadi teman bicaranya. Namun, sehari-hari ia selalu menggerutu dan menemukan kesalahan mengenai segala hal. Dia sering mengatakan bahwa orang-orang tidak mengerti bagaimana sulitnya untuk menyerahkan semua barang-barangnya. Ia juga selalu mengeluh tentang kebersihan ruangan, tentang makanan yang kurang berselera. Masalahnya menjadi begitu parah sehingga semua orang takut mengunjungi dia, dan para pengurus meringis/bersikap kurang mau membantu setiap kali ia menekan tombol bel yang menandakan bahwa dia menginginkan atau membutuhkan sesuatu.

Berpikir mengenai hal-hal yang negatif dalam hidup akhirnya membuat dia marah dan depresi, dan dengan terpaksa dokter harus memberinya lebih banyak obat anti cemas dan penenang untuk menjaga agar dia cukup tenang bagi orang-orang yang menanganinya. Dia begitu mementingkan diri sendiri, ia menolak untuk keluar dari kamarnya untuk bersilaturahim dengan lansia lain atau untuk pergi ke ruang makan, ataupun ke kapel untuk berdoa bersama di panti tersebut. Akhirnya tak ada teman yang mau mengunjunginya, dan ia makin terpuruk dalam kesendirian.

Wanita lain, 40 tahun, ibu dari dua anak remaja, bercerita sebagai berikut: "Saya telah mengalami masa kecil yang kasar dengan cara mengasuh orangtua saya, kemudian suami pertama tidak setia dan entah bagaimana saya jatuh ke dalam perangkap berpikir bahwa saya memiliki hak untuk mengasihani diri sendiri. Saya berpikir bahwa setelah apa yang saya alami, sudah waktunya bagi saya untuk memiliki kehidupan yang mudah sesuai cara saya. Saya menikah lagi dengan suami kedua yang penuh kasih, tetapi masalah lain muncul yaitu anak bawaannya dari almarhum istrinya tinggal bersama kami. Saya terus-menerus marah-marah, menyalahkan suami dan anak-anak, juga lingkungan sekitar yang telah membuat saya hidup susah."

Kebiasaan emosional

Joice Meyer (2013) mengatakan bahwa kasus seperti di atas merupakan contoh mengenai bagaimana kebiasaan menampilkan emosi secara salah benar-benar dapat merusak kehidupan dan hubungan kita dengan orang lain. Mengasihani diri sendiri membuat Anda terjebak hanya berorientasi pada diri sendiri, dan diri Anda tidak bahagia. Kedua wanita tersebut memang memiliki pilihan tentang bagaimana dia akan bereaksi terhadap hidupnya, tetapi mereka membuat pilihan yang salah dan menyebabkan tahun-tahun yang menyedihkan baginya, yang sesungguhnya bisa dengan mudah dihindari. Padahal, jika mereka bersedia berpikir lebih positif dan bersyukur, pengalamannya bisa menjadi suatu kegembiraan.

Menurut Deepak Chopra (2010), mengasihani diri sendiri adalah kebalikan dari harga diri. Hal ini muncul karena Anda merasa tidak ada yang akan mengangkat Anda keluar dari kesulitan. Dengan tidak adanya seseorang atau sesuatu yang lebih kuat, lebih tua, lebih bijaksana, dan baik hati untuk membantu Anda, ada rasa kekurangan yang luar biasa. Anda tidak dapat membayangkan atau menemukan kekuatan yang dapat menjadi penyelamat, dan kesakitan dari tidak merasa berkecukupan ini dirasakan sebagai mengasihani diri sendiri atau "malangnya saya".

Cara mengatasi

Menurut Joice Meyer, mengatasi kebiasaan mengasihani diri sendiri adalah dengan mengenali dan menyadari bahwa semua perasaan itu menyakiti Anda. Belajarlah untuk mengenali tanda-tandanya dan berkata, "Tidak, saya tidak akan ke tempat gelap lagi. Mengasihani diri sendiri adalah membuang waktu secara total, dan itu membuat kita merasa buruk."

Jika Anda mulai tenggelam dalam mengasihani diri sendiri, pikirkanlah tentang berbagai berkah yang telah Anda peroleh. Tuliskan semua keberuntungan Anda dan ulangi latihan ini terus-menerus. Pergi mengunjungi atau menelepon seseorang yang kondisinya lebih buruk dari Anda. Keluarlah dari rumah dan bantulah seseorang. Apa pun yang Anda lakukan, jangan hanya tenggelam lebih dalam untuk mengasihani diri sendiri. Jika Anda memiliki tempat tinggal, makanan untuk dimakan, dan pakaian untuk dipakai, Anda sebenarnya berada dalam kondisi yang lebih baik daripada lebih dari setengah populasi manusia di dunia.

Deepak Chopra secara hampir sama menjelaskan bahwa jawaban untuk mengatasi perasaan mengasihani diri ini adalah dengan mengumpulkan beberapa kekayaan. Coba mulai mengingat kembali masa lalu Anda, apakah Anda selalu mempertahankan keinginan sebagai anak kecil untuk menjadi tergantung kepada seseorang, sehingga terus menjaga Anda dari rasa kehilangan? Dalam hal seperti ini, Anda mungkin tidak merasa memiliki berbagai kekayaan batin, tetapi Anda dapat mulai mengumpulkan hal itu. Tuliskan masing- masing kualitas dan pertimbangkan bagaimana untuk mendapatkannya. Daftar tersebut dapat berupa: rasa berkecukupan, percaya pada berbagai pilihan saya, mengambil tanggung jawab, merasa percaya diri, menangani suatu situasi yang sulit, menemukan cara untuk berhasil, merasa dipahami dan dihargai, serta dapat bertahan sendiri.

Seseorang yang dalam dirinya kaya akan merasa seolah-olah dia sudah cukup. Dia cukup kuat dan cukup baik. Dia bisa memercayai nalurinya dan merasa aman dengan pilihannya. Dia mengambil tanggung jawab untuk setiap kemenangan maupun setiap kegagalan yang dialaminya.

Lain kali Anda merasa terjerumus ke dalam rasa mengasihani diri sendiri, ambillah daftar Anda tersebut. Perasaan tersebut timbul dari situasi tertentu. Cobalah melihat situasi Anda dan menganalisis dari mana asalnya perasaan itu. Apakah dari rasa tidak cukup, tidak percaya pilihan Anda, merasa disalahpahami atau tidak dihargai?

Setelah Anda menganalisis berbagai kekurangan, tuliskan cara untuk mengisinya. Diharapkan Anda akan menemukan suatu cara untuk segera bertindak. Anda harus bersikap aktif dan berpikir positif dalam hal apa pun. Dengan demikian, diharapkan Anda bisa memperoleh yang diperlukan. Musuh Anda yang terbiasa mengasihani diri adalah apatis dan bergantung, Anda berharap seseorang akan terus menggendong Anda dan membawa Anda seperti "bayi kucing" ke tempat yang aman. Namun, bahkan jika keinginan menjadi kenyataan, Anda masih akan merasa "miskin" dan berkekurangan. Hanya tindakan Anda yang dapat mengisi rasa kekurangan, dan tindakan tersebut harus didasarkan pada siapa diri Anda dan apa yang Anda perjuangkan. Hidup adalah suatu perjuangan, bukan?

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 September 2016, di halaman 25 dengan judul "Mengasihani Diri".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger