Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 24 September 2016

TAJUK RENCANA: Babak Baru Pilkada Jakarta (Kompas)

Koalisi Kekeluargaan yang dibangun untuk menantang petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat akhirnya pecah.

Sejumlah tokoh PDI-P yang sempat bersama Koalisi Kekeluargaan meninggalkan koalisi dan mendukung pasangan Basuki-Djarot. Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri berperan sentral menentukan garis politik PDI-P. Selain didukung PDI-P, Basuki-Djarot juga didukung Partai Golkar, Partai Nasdem, dan Partai Hanura.

Menyusul koalisi Partai Demokrat, PKB, PAN, dan PPP dengan tokoh sentral Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengusung calon baru. "Poros Yudhoyono" mengusung putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Sylviana Murni sebagai calon gubernur dan calon wakil gubernur. Kemunculan Agus, berpangkat mayor, memberi warna baru karena selama ini Jakarta dipimpin pensiunan TNI berpangkat mayjen atau letjen.

Partai Gerindra-PKS dengan tokoh sentral Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto mengusung Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Niat awal Koalisi Kekeluargaan menjadikan Pilkada Jakarta hanya dua calon gagal karena perbedaan kepentingan dari elite partai. Pecahnya Koalisi Kekeluargaan hanya memperteguh adagium, dalam politik tidak ada kawan dan lawan abadi selain kepentingan.

Munculnya ketiga pasangan calon membuat warga DKI Jakarta punya lebih banyak pilihan. Yang tidak suka terhadap model kepemimpinan Basuki dan hasil yang dicapai bisa saja menjatuhkan pilihan pada calon lain yang mungkin dipandangnya lebih baik.

Mereka yang berkontestasi, yakni Basuki (50), Agus (38), dan Anies (47), menampilkan kesan muda, modern, dan bukan orang partai. Karier politik mereka juga zig-zag. Anies pernah ikut konvensi calon presiden dari Partai Demokrat, Tim Sukses Joko Widodo, dan menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, lalu menjadi calon gubernur. Basuki meninggalkan Partai Gerindra dan maju melalui PDI-P dan tiga parpol lainnya. Agus berkarier di militer dan kini terjun ke politik dan meninggalkan dinas kemiliteran. Ini kesempatan bagi warga untuk memilih dan mempertimbangkan calon yang akan memimpin Jakarta 2017-2022.

Kita mendorong kandidat mengikuti aturan main dan selalu berpikir dalam pola pikir demokrasi. Sebagai komandan batalyon, Agus harus mundur sebagai anggota TNI, begitu juga Sylviana yang masih menjabat deputi gubernur. Pasangan Basuki-Djarot harus mengajukan cuti untuk kampanye jika putusan Mahkamah Konstitusi tidak mengoreksi aturan soal cuti.

Jakarta memasuki bulan politik hingga saat pencoblosan pilkada pada 15 Februari 2017. Sebagai barometer politik, kita berharap Pilkada Jakarta akan menjadi kontestasi gagasan dan program serta model kepemimpinan. Jakarta memang sarat dengan kompleksitas persoalan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 September 2016, di halaman 6 dengan judul "Babak Baru Pilkada Jakarta".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger