Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 24 September 2016

TAJUK RENCANA: MU PBB Tempat Negara Berdialog (Kompas)

Sidang Majelis Umum Perseri-katan Bangsa-Bangsa diwarnai pidato pemimpin negara yang berisi keluhan, lontaran kemarahan, dan tudingan.

Pada hari kedua pelaksanaan Sidang Majelis Umum PBB, Rabu (21/9), Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang dan PM Jepang Shinzo Abe mengeluhkan program nuklir Korea Utara. Wakil Presiden Afganistan Sarwar Danesh mengeluhkan serangan terhadap warga sipil yang dilakukan kelompok teroris yang bersembunyi di Pakistan. Keluhan itu dijawab PM Pakistan Nawaz Sharif dengan mengatakan, Pakistan menderita akibat konflik internal Afganistan.

PM Pakistan juga "menyerang" India dan meminta PBB menyelidiki tindakan brutal pasukan India kepada warga yang tidak bersalah di Kashmir. Presiden Ukraina Petro Poroshenko "menyerang" Rusia karena peran negara itu dalam konflik di Ukraina timur.

Keluhan, lontaran kemarahan, dan tudingan setiap kali muncul dalam Sidang Majelis Umum PBB dari tahun ke tahun. Organisasi internasional yang dibangun 71 tahun yang lalu, tepatnya 24 Oktober 1945, itu dimaksudkan untuk memelihara perdamaian dunia. Oleh karena itu, setiap negara diberikan kesempatan untuk muncul dan menyuarakan aspirasinya di Majelis Umum PBB. Di Majelis Umum PBB, setiap negara, baik kecil maupun besar, sama pentingnya karena setiap negara mempunyai satu suara.

Prinsip utama yang digunakan dalam Majelis Umum PBB adalah dialog. Dalam arti negara yang tengah berkonflik atau berperang memiliki forum untuk menyampaikan aspirasinya, melontarkan kemarahan, tudingan, atau bahkan juga melaporkan perdamaian yang telah dicapainya. Dengan berdialog, negara yang bertikai, berperang, ataupun negara yang bersahabat dengan negara yang bertikai berpeluang untuk mengupayakan perdamaian.

Harus kita akui bahwa PBB telah memberikan sumbangan yang besar bagi perdamaian dunia. Dengan kehadiran PBB, perang besar, seperti Perang Dunia I dan II, dapat dihindari. Perang yang terjadi pada saat ini lebih bersifat lokal meskipun itu tidak berarti mudah untuk didamaikan. Yang bisa dipastikan, dengan masih adanya forum untuk berdialog, peluang untuk mencapai perdamaian tetap terbuka.

Memelihara PBB yang beranggotakan 193 negara itu tentunya tidak murah. Diperlukan anggaran yang sangat besar. Amerika Serikat masih merupakan donatur terbesar dalam anggaran belanja PBB (22 persen), diikuti Jepang (12,5 persen), Jerman (8 persen), Inggris (6,6 persen), dan Perancis (6,1 persen). Itu sebabnya, tidak mengherankan jika AS sangat mendominasi organisasi internasional itu.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 September 2016, di halaman 6 dengan judul "MU PBB Tempat Negara Berdialog".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger