Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 17 September 2016

TAJUK RENCANA: Masih Relevankah GNB Saat Ini (Kompas)

Setiap kali digelar Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non- Blok, setiap kali pula muncul pertanyaan: masih relevankah GNB pada masa sekarang ini?

Kali ini pun, saat KTT GNB diselenggarakan di Pulau Margarita, Venezuela, pertanyaan serupa mengemuka kembali. Pertanyaan itu lebih merupakan sebuah gugatan ketimbang mengecilkan arti dari gerakan yang didirikan pada tahun 1961 di Beograd, Yugoslavia, itu. Lebih jauh lagi, pertanyaan seperti tertulis di atas menjadi penting artinya kalau kita kaitkan dengan kondisi dunia sekarang ini.

Dunia sudah berubah. Kondisi dunia sangat berbeda dengan kondisi ketika GNB didirikan—lima pendiri adalah Jawaharlal Nehru (India), Josef Broz Tito (Yugoslavia), Soekarno (Indonesia), Gamal Abdul Nasser (Mesir), dan Nkrumah (Ghana). Ketika GNB didirikan, dunia terpecah menjadi dua kubu besar: Blok Barat yang dipimpin AS dan Blok Timur dengan Uni Soviet sebagai pemimpinnya. GNB didirikan sebagai reaksi terhadap terpecahnya dunia menjadi dua blok itu, dan GNB muncul sebagai pilihan ketiga: bukan Barat dan bukan Timur.

Kini, blok tersebut sudah tiada setelah Uni Soviet runtuh pada tahun 1991. Akan tetapi, tiadanya Blok Barat dan Blok Timur bukan berarti bahwa dunia tanpa blok lagi. Dunia masih terkelompok-kelompok dalam berbagai macam kelompok. Ada kelompok berdasarkan kawasan, sebut saja ASEAN, Uni Eropa, Liga Arab, SAARC, GCC, OAS, OECS, dan OAU. Ada lagi kelompok berdasarkan ekonomi, misalnya G-20, APEC, Mercosur, ECOWAS, dan BRICS. Masih banyak lagi organisasi yang mengelompokkan negara, termasuk pakta pertahanan seperti NATO.

Aktor dunia pun, terutama berkait dengan kekuatan ekonomi, bertambah banyak. Sekarang ada Tiongkok, India, Jepang, Korea Selatan, selain AS, Rusia, dan negara-negara Eropa Barat. Sementara itu, banyak di antara negara anggota GNB (jumlah anggota 120 negara, 17 negara peninjau, dan 10 organisasi peninjau) yang hingga kini masih dibelit krisis karena peperangan atau persoalan lain, termasuk kemiskinan.

Dalam kondisi seperti itu—termasuk di dalamnya negara anggota GNB berada—GNB sekarang harus eksis. Tentu, untuk bisa tetap, tidak hanya eksis, tetapi memiliki peran yang signifikan dan diperhitungkan, GNB harus senantiasa mampu mengikuti perkembangan zaman, mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman yang terus berlari begitu kencang. Kalau tidak bisa, GNB tak mustahil hanya akan menjadi tempat berkumpulnya pemimpin negara dan pemerintahan untuk bernostalgia atau membuat pernyataan yang sebenarnya tidak bergigi.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 September 2016, di halaman 6 dengan judul "Masih Relevankah GNB Saat Ini".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger