Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 11 Oktober 2016

TAJUK RENCANA: Bencana Alam di Haiti dan Kita (Kompas)

Di depan kekuatan alam yang dahsyat, manusia praktis tidak berdaya. Manusia adalah makh- luk kecil tak berdaya mengha- dapi alam raya mahadaya ini.

Kita menyaksikan betapa dahsyatnya badai Matthew yang menyapu Haiti dan Amerika Serikat. Badai Matthew menyapu semenanjung barat Haiti, pekan lalu, dengan angin kencang berkecepatan 2.403 kilometer per jam disertai hujan lebat. Akibat sapuan badai dan hujan lebat itu, hingga kemarin diberitakan 877 orang tewas dan ratusan orang lainnya terluka. Begitu banyak infrastruktur, bangunan, termasuk rumah, rusak dan roboh.

Badai Matthew tidak hanya menyapu Haiti, tetapi juga Amerika Serikat, Bahama, Jamaika, dan Kuba. Hanya saja, akibat terparah dari sapuan badai adalah Haiti. Yang terjadi di Amerika Serikat pun tidak kalah dahsyatnya. Memang, korban jiwa tidak sebanyak yang terjadi di Haiti, tetapi tetap ada, 10 orang. Meskipun sedikit, nyawa tetaplah nyawa, tidak dapat digantikan, beda dengan bangunan atau infrastruktur yang dapat dibangun kembali. Namun, korban jiwa adalah selamanya.

Sangat tragis, bencana alam dapat dikatakan begitu familiar dengan Haiti. Pada tahun 2010, Haiti diguncang gempa bumi. Pada waktu itu, jutaan orang menderita. Jumlah korban tewas berkisar 100.000 orang hingga 160.000 orang; data lain menyebut 220.000 orang hingga 316.000 orang. Selain itu, 250.000 bangunan rusak dan masih banyak yang lain. Pendek kata, Haiti salah satu negara termiskin di dunia dengan penduduk sekitar 10 juta jiwa itu benar-benar dirundung malang.

Kini, setelah disapu badai Matthew pun tidak jauh berbeda dengan ketika diguncang gempa. Haiti harus berjuang untuk bangun lagi, membangun lagi, di tengah kekurangan segala hal. Karena itu, uluran tangan dari masyarakat dunia sangat dibutuhkan. Kita, bangsa Indonesia, yang pernah mengalami hal serupa karena tsunami dan gempa bumi, bisa merasakan betapa beratnya beban yang harus ditanggung pemerintah dan rakyat Haiti.

Satu hal yang perlu kita catat, meskipun kedatangan badai itu sudah diperkirakan, korban tetap banyak. Hal itu terjadi karena kurangnya persiapan yang dilakukan Pemerintah Haiti, beda dengan Amerika Serikat. Di sinilah arti pentingnya mitigasi.

Hal tersebut menjadi catatan penting bagi kita yang hidup di wilayah cincin api, di wilayah rentan dilanda bencana alam, seperti sekarang ini banyak tanah longsor karena hujan. Pemerintah dan masyarakat perlu bersama- sama sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dan harus siap hidup di negeri yang rawan bencana.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Oktober 2016, di halaman 6 dengan judul "Bencana Alam di Haiti dan Kita".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger