Kepastian itu disampaikan PM Theresa May, Minggu (2/10), menyusul desakan Presiden Dewan Eropa Donald Tusk bulan lalu. Sejumlah pemimpin Eropa sebelumnya mengeluhkan kegamangan Inggris terkait langkah ke depan mereka setelah referendum 23 Juni 2016 memutuskan pemisahan Inggris dari Uni Eropa.
Sebagai tanda dimulainya proses pemisahan, Inggris akan mengaktifkan Pasal 50 Traktat Lisabon, Maret 2017. Setelah itu, Inggris punya waktu dua tahun untuk menegosiasikan bentuk hubungan masa depan dengan 27 negara UE lainnya sebelum akhirnya pemisahan diri dari UE menjadi final.
Prosesnya diprediksi akan panjang karena, selain isunya yang kompleks, agar bisa efektif, proses rumit harus dilalui. Kesepakatan yang dicapai harus mendapat persetujuan parlemen masing-masing. Di UE sendiri, kesepakatan harus dibawa ke Dewan Eropa dan disetujui sedikitnya oleh 20 negara (mewakili 65 persen penduduk) sebelum akhirnya diratifikasi parlemen Eropa.
Selain kepastian menyangkut timetable, poin krusial yang disampaikan May adalah posisi Inggris yang bertekad untuk sepenuhnya menjadi negara independen yang berdaulat dari UE serta mengendalikan sepenuhnya semua urusan, mulai dari ekonomi hingga kontrol pintu perbatasan.
Nasib akses Inggris ke pasar tunggal dan regulasi relasi bisnis timbal balik pasca Brexit, salah satu isu alot untuk dinegosiasikan. Dengan bersikeras mempertahankan kedaulatan atas perbatasannya, berarti Inggris menolak syarat UE untuk adanya mobilitas bebas barang, jasa, modal, dan orang (termasuk warga UE dan pekerja migran) sebagai pertukaran jika ia ingin tetap dapat akses ke pasar tunggal.
Menolak mobilitas bebas pekerja migran bisa berimplikasi Inggris kehilangan akses ke pasar UE sebagai mitra dagang utama 40 tahun terakhir. Bukan itu saja, banyak investor besar dunia juga mengaitkan realisasi dan kelanjutan komitmen investasi mereka di Inggris dengan kepastian soal akses Inggris ke pasar tunggal pasca Brexit.
Sementara bagi Inggris sendiri, isu migran merupakan isu sensitif yang sulit dikompromikan karena pembatasan pekerja migran salah satu topik utama kampanye kubu pro Brexit. May sendiri sudah membentuk suatu departemen untuk menangani semua proses pemisahan diri, termasuk bernegosiasi dengan UE dan mengupayakan kesepakatan internasional baru. Targetnya, dicapai kesepakatan paling menguntungkan bagi Inggris.
Semua ini bukan pekerjaan mudah bagi May, 2,5 tahun merupakan waktu singkat untuk mempersiapkan dan melakukan rangkaian perundingan dengan UE. Hasil dari semua proses ini akan mengubah lanskap geopolitik dan geoekonomi Eropa, bahkan juga global secara keseluruhan, serta memaksa dunia internasional menyesuaikan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar