Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 13 Oktober 2016

Terima Kasih Pak Polisi//Tanggapan BCA Finance//Sampah Menumpuk//Tanpa Empati (Surat Pembaca Kompas)

Terima Kasih Pak Polisi

Hari Sabtu, 1 Oktober 2016, aliran air di tempat kami, ruko Mitra Bahari 2 di Penjaringan, mati total. Maka, pada hari itu, sejak pagi hingga malam hari, 20 anak jalanan yang kami tampung tidak bisa membersihkan diri.

Kami telah berkeliling mencari penjual air, tetapi ternyata semuanya habis. Kami juga berupaya meminta air ke beberapa tempat sampai akhirnya, saat rasanya semua harapan untuk mendapatkan air sirna, kami memberanikan diri singgah ke kantor Polsek Penjaringan dan diterima polisi yang bertugas, Bapak Parikesit.

Sungguh di luar dugaan, dengan ramah kami diantar ke bagian belakang kantor dan dipersilakan menampung air di galon-galon yang kami bawa. Saat kami berpamitan pulang, ia berpesan, jika butuh air, silakan datang kembali.

Melalui surat ini, saya mewakili Yayasan Bina Matahari Bangsa mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak polisi yang baik, khususnya Bapak Parikesit, yang telah membantu kami.

ZIDARINI AGUSTIANTI

Jalan Pulau Bidadari, Taman Permata Buana, Jakarta Barat

Tanggapan BCA Finance

Sehubungan dengan surat pembaca Ibu Effrina Maidami Siska ST di Kompas(30/8) berjudul "Biaya Pembatalan", kami informasikan bahwa pada 2 September 2016 kami telah bertemu Ibu Effrina untuk menyampaikan permintaan maaf atas ketidaknyamanan yang dialami dan menjelaskan kondisi yang menimbulkan biaya itu.

Ibu Effrina mengerti dengan penjelasan tersebut. Dengan ini permasalahan telah diselesaikan dengan baik.

Selanjutnya, untuk memudahkan, kami dapat dihubungi di nomor Halo BCA 1500888, e-mailcustomer_care@bcafinance.co. id, dan situs web: www.bcafinance.co.id atau SMS di nomor 9123 dengan format: BCAF (spasi) no kontrak (spasi) isi berita.

NINIK LIDYA ARLINI

Department Head Customer Service, BCA Finance

Sampah Menumpuk

Saya sebagai warga perumahan model kluster di Pamulang, Tangerang Selatan, mengeluhkan rendahnya kepedulian pihak pengembang PT Modernland Realty Tbk dalam mengelola kebersihan lingkungan.

Sudah sejak tahun lalu, warga mengeluhkan proses pengambilan sampah yang sering terlambat atau tertunda-tunda. Pihak pengembang selalu berdalih dengan sejumlah alasan, mulai dari kondisi mobil pengangkut sampah yang rusak sampai sopir truk sampah yang sakit.

Dari pengamatan, hanya ada satu truk sampah buatan tahun 1980 yang kondisinya memprihatinkan untuk suatu kompleks perumahan seluas 60 hektar.

Dalam sebulan terakhir, pihak pengembang bahkan sudah dua kali terlambat mengangkut sampah warga sehingga sampah bertumpuk di depan rumah warga, menebarkan bau tak sedap, dan dihinggapi lalat. Tentu saja ini mengganggu keseharian warga.

Padahal, di sisi lain, kami tak pernah terlambat membayar iuran pengelolaan kebersihan lingkungan (IPKL) yang ditarik pihak pengembang setiap bulan. Jika ada keterlambatan dalam pembayaran, kami sebagai penghuni akan mendapatkan surat pemberitahuan mengenai kekurangan pembayaran IPKL.

Kami menuntut tanggung jawab pihak pengembang agar memberikan pelayanan kebersihan yang layak dan sesuai dengan nama besar PT Modernland Realty Tbk.

PRAMADI B PRAJA

Jalan Bukit Selatan, Modernhill, Pondok Cabe, Tangerang Selatan

Tanpa Empati

Saya beserta keluarga adalah pelanggan tetap Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI). Pada Rabu (21/9), saya ke RSPI menemui dokter spesialis bedah, dr RR, berhubung jempol kaki sebelah kanan tergencet dan kuku harus dilepas. Ini merupakan kali kedua, sebelumnya pada Oktober 2014 saya ditangani dr Umar.

Di ruang periksa, dr RR sama sekali tidak memeriksa kaki saya. Ia sibuk mengetik di komputer, dan menyuruh saya keluar, menunggu dipanggil ke ruang tindakan di sebelah.

Setelah menunggu lama, saya dipanggil masuk. Tanpa menanyakan apa pun dokter langsung menyemprot dengan cairan yang sangat dingin dan langsung mencabut kuku jempol kanan saya. Saya berteriak dan menangis menahan sakit yang tak terkira. Dengan santai, ia mengatakan, "Ah, ini tidak apa-apa kok."

Dokter RR yang terhormat, bagaimana kalau kita bertukar tempat? Anda akan merasakan sakit yang sama. Mudah-mudahan pengalaman saya ini tak terjadi lagi pada pasien lain.

ANDI DEWANTIKA

Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 Oktober 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger