Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 17 November 2016

TAJUK RENCANA: Persaingan antara Arab dan Iran (Kompas)

Pernyataan 11 negara Arab dan Afrika Utara terhadap Iran sebenarnya merupakan cerminan persaingan antara Arab Saudi dan Iran.

Negara-negara tersebut—Arab Saudi, Mesir, Kuwait, Uni Emirat Arab, Oman, Jordania, Bahrain, Qatar, Yaman, Sudan, dan Maroko—menyatakan bahwa Iran menjadi pendukung kelompok-kelompok teroris. Iran juga dituding mencampuri urusan dalam negeri negara-negara itu.

Sebenarnya, tidaklah aneh dan mengagetkan kalau negara-negara tersebut menuding Iran sebagai "penyebab" ketidakamanan kawasan. Sejak terjadi yang disebut sebagai Revolusi Musim Semi di kawasan Arab dan Afrika Utara, telah banyak dibicarakan tentang munculnya lingkungan strategik baru di Dunia Arab dan dampaknya baik terhadap peranan Iran dalam politik regional dan hubungan serta sikap Arab terhadap Iran.

Revolusi Musim Semi memberikan keuntungan sekaligus kerugian bagi Iran. Di satu sisi, Iran kehilangan pesaing utamanya, yakni dengan tersingkirnya Hosni Mubarak (Mesir) dan menguatnya komunitas Syiah di negara-negara Arab, terutama Bahrain. Namun, di sisi lain, sekutu utama Iran di Damaskus harus menghadapi persoalan berat, demikian pula tekanan kuat terhadap Hezbollah di Lebanon selatan.

Kalau Iran memperoleh keuntungan dari Revolusi Musim Semi karena menguatnya komunitas Syiah di negara-negara Arab, sebaliknya Bahrain dan Arab Saudi merasakan keterancaman. Karena itu, Arab Saudi melibatkan dirinya dalam konflik di Yaman, yang diyakininya ada keterlibatan Iran dengan mendukung Houthi.

Krisis di Suriah yang pecah sejak lima tahun silam dan masih bergejolak hingga kini juga memperlihatkan persaingan kekuatan dan pengaruh antara Arab Saudi dan Iran. Pada gilirannya persaingan itu menular ke negara- negara lain yang ada "di bawah pengaruh" Arab Saudi sehingga memunculkan pernyataan tersebut di atas.

Sebenarnyalah, persaingan antara Arab Saudi dan Iran adalah masalah lama. Bisa dikatakan, hubungan di antara keduanya memasuki tahap saling bersaing setelah pecahnya Revolusi Iran pada tahun 1979 (meskipun sejarah menjelaskan bahwa persaingan keduanya bisa dilacak jauh ke belakang). Sejak revolusi, terjadi kompetisi ideologis di antara keduanya. Perbedaan sektarian telah pula menimbulkan saling curiga di antara mereka. Dan, akhirnya persaingan geopolitik untuk memperebutkan pengaruh di kawasan Dunia Arab (termasuk Afrika Utara) dan Teluk.

Tentu, persaingan itu—ditambah dengan pernyataan 11 negara—telah menambah keruh kawasan Timur Tengah, sementara banyak persoalan yang belum bisa diatasi selama ini. Keruh, panas, dan bergelegaknya kawasan Timur Tengah akan memengaruhi bagian dunia lainnya, termasuk Indonesia.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 November 2016, di halaman 6 dengan judul "Persaingan antara Arab dan Iran".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger