Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 10 November 2016

TAJUK RENCANA: Trump Presiden Seluruh Rakyat AS (Kompas)

Secara mengejutkan, Donald Trump meraih kemenangan dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat, Selasa, 8 November 2016.

Donald Trump dari Partai Republik menang telak mengungguli Hillary R Clinton dari Partai Demokrat. Hasil itu berbeda 180 derajat dengan sebagian besar survei dan jajak pendapat, yang memperkirakan Hillary Clinton yang lebih berpeluang menang. Sejak awal penghitungan suara, posisi Trump terus-menerus berada di depan Hillary Clinton.

Pukul 02.38 waktu AS Timur (pukul 14.38 WIB) saat Trump meraih 268 dari 270 suara perwakilan pemilih yang diperlukannya untuk menguasai Gedung Putih, Hillary Clinton menelepon Donald Trump untuk mengakui kekalahannya. Pukul 02.48, Trump muncul untuk merayakan kemenangannya.

Yang mengejutkan, Trump muncul sebagai orang yang berbeda. Gaya arogan, agresif, dan garang yang selama kampanye melekat erat pada dirinya tidak tampak lagi. Dengan gaya simpatik, Trump mengungkapkan, beberapa saat lalu, Hillary Clinton meneleponnya untuk mengakui kekalahannya. Trump memuji Hillary Clinton yang telah menjalankan perannya dengan baik sebagai menteri luar negeri dalam 10 tahun terakhir, dan juga menyerukan kepada rakyat AS untuk bersatu kembali. Trump sadar kini ia adalah presiden bagi seluruh rakyat AS, bukan hanya bagi rakyat yang memilihnya.

Pertanyaan besar langsung menyeruak ke permukaan, mengapa Trump yang menang, bukan Hillary Clinton seperti yang diperkirakan media massa besar AS? Kesimpulan yang muncul adalah media massa besar AS tidak memahami dalamnya kemarahan di negerinya sendiri. Pemilih kulit putih yang tinggal di pedalaman yang membuat kemenangan Trump terjadi. Mereka merasa Trump mengangkat kemarahan mereka melalui pernyataan kerasnya, yang oleh beberapa kalangan dianggap agak rasis.

Penentangan keras terhadap penerimaan imigran dari Timur Tengah tidak hanya disuarakan oleh Trump yang langsung mendapatkan simpati dari pemilih AS di pedalaman. Sikap yang sama ditunjukkan beberapa negara Eropa, termasuk rakyat di pedalaman Inggris lewat Brexit, Britain Exit. Mereka memilih meninggalkan Uni Eropa, terutama karena menolak menerima imigran dari Timur Tengah.

Kemenangan Trump tentu menimbulkan kekhawatiran pada banyak negara. Oleh karena, di masa kampanye, Trump memperlihatkan sikap yang tidak kenal kompromi. Namun, sejarah memperlihatkan, walaupun presiden dari Partai Republik cenderung melihat ke dalam (inward looking), dalam menjalankan politik luar negeri tetap bersikap terbuka. Jangan lupa, perdamaian AS dengan Rusia (dahulu Uni Soviet) dicapai Ronald Reagan, Presiden AS dari Partai Republik.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 November 2016, di halaman 6 dengan judul "Trump Presiden Seluruh Rakyat AS".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger