Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 13 Desember 2016

Mencetak Tiket//Info Tidak Lengkap (Surat Pembaca Kompas)

Mencetak Tiket

Saya memesan tiket kereta api untuk tanggal 22 Desember 2016 dari Pasar Senen, Jakarta, ke Malang, Jawa Timur, dan tanggal 3 Januari 2017 dari Malang ke Pasar Senen, Jakarta. Setelah transfer, saya menerima struk yang antara lain mencantumkan kode pembayaran.

Untuk menghemat waktu, Minggu, 27 November 2016, saya ke stasiun Pasar Senen untuk mencetak tiket secara mandiri. Saya menghampiri petugas dan menanyakan bagaimana prosedur mencetak tiket. Petugas itu menjawab, sekarang tidak bisa lagi mencetak tiket jauh sebelum tanggal keberangkatan.

Kemudian saya melihat spanduk yang terpasang di atas mesin cetak tiket. Isinya kurang lebih "Cetak tiket dapat dilakukan minimal 12 jam sampai 10 menit menjelang keberangkatan pada hari H".

Saya berpikir, banyak orang yang suka datang detik-detik terakhir menjelang keberangkatan. Bukankah antrean membutuhkan waktu? Bagaimana kalau antreannya ternyata panjang? Sebaliknya, mencetak tiket mandiri misalnya tiga jam sebelum keberangkatan juga merepotkan, sebab menunggu di area Stasiun Pasar Senen di luar peron amat tidak nyaman karena tidak ada ruang tunggu.

Apa alasan PT Kereta Api mengubah kebijakan cetak tiket mandiri menjadi minimal 12 jam sebelum keberangkatan? Bukankah cetak tiket mandiri jauh sebelum tanggal keberangkatan justru bisa mengurangi antrean?

VITA PRIYAMBADA

Kompleks Perhubungan Jatiwaringin, Jakarta 13620

Info Tidak Lengkap

Pada 4 Juli 2016, saya ke Best Denki Pacific Place hendak membeli mesin cuci dan mesin pengering. Alat akan saya gunakan sendiri sekaligus merintis usahalaundry.

Petugas berinisial H yang melayani saya terus mengarahkan ke merek Bosch. Saya tanya apakah dia petugas Bosch, jawabnya bukan. Ia dari Best Denki.

Saya kemudian menjelaskan spek produk yang saya butuhkan, tujuan penggunaan, dan daya listrik di rumah saya 1.300 watt. Meski saya sudah bertanya dan menjelaskan cukup detail, H tetap mengarahkan saya agar membeli mesin cuci dan pengering Bosch tipe terbaru. Katanya, konsumsi listrik 400-1.600 watt.

Akhirnya saya membeli kedua produk, total Rp18,8 juta. Pada 13 Juli barang dikirim. Petugas instalasi Bosch berinisial A datang menyusul. Sungguh mengejutkan, A menyatakan tidak dapat memasang dan demo produk karena butuh daya listrik 2.000 watt. Pengering sama sekali tidak bisa dicoba karena butuh daya listrik 2.200-2.800 watt, sedangkan mesin cuci dicoba dengan memilih menu yang bisa dijalankan daya listrik 1.000 watt.

A tidak bisa membantu karena faktanya saya telah dibohongi oleh petugas H. A juga menjelaskan, produk yang saya beli tidak boleh untuk usaha laundry. Jika digunakan untuk laundry, garansi akan dicabut.

Dryer akhirnya jadi barang mati. Adapun mesin cuci terpaksa saya gunakan untuk cuci standar, tak bisa memanfaatkan fitur yang membuat harganya tinggi.

Keesokan harinya, saya komplain ke H. Ia mengaku telah melakukan kesalahan besar. Namun, pihak Best Denki dan Bosch tidak bisa membatalkan barang ataupun transaksi.

Tanggung jawab diserahkan kepada H. Atasan H dan wakil manajemen Bosch tidak pernah menghubungi saya, hanya menyuruh H meminta saya menambah daya listrik.

Hingga saya menulis surat ini, tidak ada sedikit pun itikad baik untuk mempertanggungjawabkan "aksi penipuan" itu, seolah harga Rp 18,8 juta itu tidak ada nilainya. Saya tidak hanya menanggung biaya pembelian, tetapi juga tidak memperoleh manfaat atas investasi bisnis yang saya rencanakan.

Semoga para pembaca bisa memetik hikmahnya.

ITA LUTHFIA

Rusun Tebet Barat, Jakarta Selatan

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 Desember 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger