Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 06 Februari 2017

Budaya ”Cipika-cipiki”//Tanggapan PT Kereta Api//Datang Pertama, Dilayani Pertama (Surat Pembaca Kompas)

Budaya "Cipika-cipiki"

Hampir setiap acara resmi, terutama yang berlangsung dan diliput televisi, diakhiri dengan "cipika-cipiki". Yang saya maksud adalah "cium pipi kanan, cium pipi kiri", yaitu prosesi saling menempelkan pipi menyusul acara bersalaman.

Hal ini makin umum dilakukan warga masyarakat, termasuk para pejabat. Seusai pelantikan pejabat di istana, sertijab di kalangan militer, atau silaturahim dalam perhelatan umum selalu diakhiri dengan antre bersalaman satu per satu, dan terjadilah "cipika-cipiki". Kalau itu dilakukan antarpara wanita, okelah. Atau, antara lawan jenis, masih wajar. Tapi kalau dilakukan antarpara pria, apalagi para perwira yang gagah-gagah, saya kok risi melihatnya.

Karena memang tak jelas asal budayanya, tak semua orang siap menerima penghormatan itu. Banyak kejadian lucu. Ada yang tampak ragu, tidak ada kriteria siapa-siapa saja yang layak diberi "cipika-cipiki", siapa yang harus duluan menyodorkan pipi, bagaimana kalau "lawan" menghindar. Apakah harus komplet, kedua pipi, bagaimana kalau salah satu saja?

Apa pun yang dilakukan tampaknya membuat canggung mereka yang tak terbiasa. Akibatnya, ada yang cuma sekadar menempelkan kening atau pelipis, terutama di kalangan militer, setelah salut hormat secara militer, disusul bersalaman, jabat komando, apakah masih perlu ditambah "cipika-cipiki"?

Ini memang bukan masalah besar. Dalam protokoler internasional juga tidak diatur. Tetapi, ada baiknya diluruskan atau dicari akar sejarahnya agar menghindari kecanggungan bagi yang (akan) melakukannya. Kasihan melihat mereka yang bingung, apalagi kalau dia presiden kita.

RENVILLE ALMATSIER

Jln KH Dewantara 36, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten

Tanggapan PT Kereta Api

Menanggapi surat Saudara Titus Andi Kurnia (Kompas, 1/2) tentang pemberhentian KA Mutiara Timur di Stasiun Surabaya Gubeng, sebelumnya kami mengucapkan terima kasih atas informasi dan masukannya.

Perlu disampaikan, kereta api jarak jauh (Mutiara Timur dari Banyuwangi) tujuan akhir masih di Stasiun Surabaya Gubeng dengan waktu pemberhentian selama 7 menit. Sebelum kereta api jarak jauh akan datang di stasiun pemberhentian, terutama tujuan terakhir (Surabaya Gubeng), petugas selalu menginformasikan melalui pengeras suara yang ada di dalam kereta api. Demikian juga sebelum kereta api diberangkatkan kembali menuju Stasiun Surabaya Kota selalu diinformasikan melalui pengeras suara yang ada di stasiun.

Demikian penjelasan kami dan mohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami.

GATUT SUTIYATMOKO

Manajer Humas PT KAI Daop VIII Surabaya

Datang Pertama, Dilayani Pertama

Menanggapi keluhan dan saran Saudara Sutawi (Kompas, 27/1), "Antre Paspor Dini Hari", kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang saudara alami.

Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI.GR.01.01-0047 Tahun 2016 tentang antrean pelayanan paspor RI, yaitu pengambilan nomor antrean pelayanan keimigrasian mulai pukul 07.30 sampai dengan pukul 10.00. Pemohon paspor di Imigrasi Malang juga berasal dari luar Kota Malang (Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, serta Batu) dan mereka berdatangan mulai pukul 02.00.

Terkait dengan Surat Edaran Direktur Lalu Lintas Nomor IMI.2-GR.01.01-300018 tanggal 6 Januari 2017 tentang Penjelasan Gangguan dalam Sistem Penerbitan Paspor RI Terpadu, maka kami melakukan berbagai cara untuk mengakomodasi pemohon paspor agar bisa terlayani dengan menyesuaikan kemampuan ruangan, perangkat, dan petugas serta kondisi pemohon yang pada saat ini melebihi kapasitas (lebih dari 300 permohonan per hari).

Prinsip utama kami, first in first out(pertama kali datang pertama kali dilayani). Pelayanan dimulai pukul 07.30 hingga 10.00 dengan pintu gerbang kantor mulai dibuka pukul 06.00.

Menanggapi saran Saudara (nomor antrean diberikan sehari sebelumnya), hal itu telah kami lakukan sebelumnya, tetapi menuai komplain dari pemohon yang tidak bisa menerima perlakuan istimewa tersebut terhadap pemohon hari sebelumnya.

NOVIANTO SULASTONO

Kepala Kantor Imigrasi Kelas 1 Malang, Jawa Timur

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 Februari 2017, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger