Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 14 Februari 2017

TAJUK RENCANA: Kompleksitas Kesenjangan (Kompas)

Pemerintah menetapkan tiga kebijakan utama untuk mengatasi kesenjangan kemakmuran di tengah munculnya kegelisahan sosial.

Kesenjangan menjadi persoalan karena sulit turun di tengah berbagai upaya selama ini. Angka rasio gini bertahan sedikit di bawah 0,4, tertinggi sejak kita merdeka.

Data Badan Pusat Statistik memperlihatkan, sejak 2011 rasio gini bertahan 0,41 dan per Maret 2016 turun sedikit menjadi 0,397, atau turun 0,003 dari September 2015. Meski demikian, penghitungan kemiskinan di Indonesia mendasarkan pada pendapatan per kapita Rp 354.000 per bulan atau sekitar Rp 11.800 per hari. Angka ini terlalu rendah, bahkan untuk ukuran Indonesia.

Sementara data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) memperlihatkan, Indonesia berada pada peringkat keempat negara paling timpang di dunia. Ini terlihat, antara lain, dari penguasaan 49,3 persen aset nasional hanya oleh 1 persen orang negeri ini.

Ketimpangan kemakmuran tidak hanya terjadi di Indonesia. Penyebab meningkatnya kesenjangan bukan karena situasi kelompok miskin tidak membaik, melainkan disebabkan kemakmuran kelompok menengah dan atas meningkat jauh lebih cepat.

Banyak penyebab lambatnya penurunan jumlah orang miskin. Pendidikan dan derajat kesehatan menentukan kemampuan seseorang keluar dari perangkap kemiskinan. Kemiskinan, karena itu, juga dapat diwariskan.

Laporan Bank Dunia dan TNP2K memperlihatkan, mereka yang lepas dari garis kemiskinan dalam beberapa tahun terakhir semula berada sedikit di bawah garis kemiskinan. Artinya, ke depan akan semakin sulit menurunkan jumlah orang miskin karena yang harus ditangani adalah mereka yang benar-benar miskin.

Harga pangan dan inflasi sangat memengaruhi jumlah orang miskin. Namun, pemerintah juga memberi fokus pada pembagian lahan, kapasitas SDM, dan kesempatan.

Pendidikan gratis tidak serta-merta membuat partisipasi meningkat karena berhubungan dengan perspektif warga miskin terhadap manfaat pendidikan. Kesempatan dapat diberikan melalui akses kredit, tetapi juga mensyaratkan pendampingan agar bantuan tepat guna.

Pemerintah akan segera membagikan lahan untuk menurunkan kesenjangan penguasaan lahan. Akan tetapi, itu baru langkah awal. Lebih penting lagi memastikan lahan tersebut tidak berpindah tangan, tetapi harus menjadi modal orang miskin meningkatkan nilai seperti disebutkan Hernando de Soto dalam konsep dead capital.

Menurunkan kesenjangan penting karena konstitusi mensyaratkan masyarakat adil sejahtera dan dapat menjadi masalah sosial. Agar berhasil, kita tidak boleh menyederhanakan persoalan dan harus dapat mengelola kompleksitasnya.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Februari 2017, di halaman 6 dengan judul "Kompleksitas Kesenjangan".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger