Cari Blog Ini

Bidvertiser

Minggu, 12 Maret 2017

TAJUK RENCANA: Pertemuan Dua Presiden (Kompas)

Akhirnya pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan presiden keenam Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, terlaksana.

Kita katakan "akhirnya" karena kabar tentang rencana pertemuan itu sudah lama terdengar. Yudhoyono sudah beberapa kali mengungkapkan keinginannya untuk bertemu dengan Presiden Jokowi, panggilan Joko Widodo. Kemarin Jokowi juga mengatakan sudah lama merencanakan pertemuan itu. Apalagi, Jokowi sudah bertemu dengan sejumlah ketua umum partai, mantan presiden dan wakil presiden, serta tokoh-tokoh nasional. Bahkan, dua kali Jokowi bertemu dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Oleh karena itu, sangatlah wajar kalau Yudhoyono mengaku senang bertemu dengan Jokowi. Bahkan, Yudhoyono mengatakan, "Saya bergembira, saya bersyukur, dan bergembira karena hari ini beliau, Bapak Presiden, bisa menyediakan waktu untuk sebuah pertemuan ini."

Pertemuan antara presiden keenam dan ketujuh itu, memang, bisa dibaca atau ditafsirkan dalam banyak makna. Apalagi, kalau kita kaitkan dengan situasi politik saat ini, terutama berhubungan dengan pilkada putaran kedua di DKI Jakarta atau situasi politik nasional secara umum atau kita kaitkan dengan upaya pemberantasan korupsi.

Akan tetapi, kita memaknai pertemuan Jokowi dan Yudhoyono ibarat "seteguk air di tengah dahaga", memberikan kelegaan. Memberikan kelegaan karena pertemuan itu mampu mendinginkan hawa panas politik, mampu menghilangkan miskomunikasi dan misinformasi yang bisa menimbulkan saling curiga dan tidak percaya.

Sungguh tidak elok kalau di antara para pemimpin di negeri ini tumbuh saling curiga dan tidak percaya; ada miskomunikasi dan misinformasi. Berbeda haluan, keyakinan, dan pandangan politik sah-sah saja. Akan tetapi, membangun dan membina hubungan baik adalah sangat penting untuk kemajuan, keamanan, keadilan, dan kemakmuran bangsa dan negara ini.

Adalah lebih baik, bermanfaat, dan lebih penting para pemimpin negeri ini memikirkan dan bersama-sama mencari jalan keluar atas berbagai persoalan bangsa daripada saling menyindir dan berbalas pantun, yang hanya memperkeruh suasana saja. Ada banyak persoalan yang dihadapi negeri ini. Misalnya, soal intoleransi, radikalisasi, ekstremisme, sektarianisme, ekonomi, sosial, politik, dan ancaman terhadap kebinekaan, terhadap Pancasila.

Dengan bertemu, maka terbuka ruang komunikasi antara Jokowi dan Yudhoyono; terbangun komunikasi yang cair antara keduanya. Kita, rakyat, sangat berharap bahwa para pemimpin memberikan contoh untuk hidup rukun, saling menghormati, dan menghargai satu sama lain.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Maret 2017, di halaman 6 dengan judul "Pertemuan Dua Presiden".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger