Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 08 Maret 2017

TAJUK RENCANA: Perundingan Tetap Jalan Terbaik (Kompas)

Ancaman sanksi tak efektif menghambat ambisi Korea Utara. Hanya dalam tiga pekan, mereka kembali meluncurkan rudal ke Laut Jepang.

Tak hanya satu, empat rudal sekaligus diluncurkan Korut dari situs peluncuran di Tongchang-ri, dekat perbatasan China. Menurut Menteri Pertahanan Jepang Tomomi Inada, setidaknya satu rudal mendarat 300 km dari pesisir barat Laut Jepang. Korut berdalih peluncuran rudal ini menanggapi provokasi Korea Selatan dan Amerika Serikat yang kembali melakukan latihan militer bersama.

Peluncuran ini terjadi tiga pekan setelah Korut menguji coba rudal balistik Pukguksong-2, rudal jarak menengah yang bisa memuat hulu ledak nuklir. Aksi itu langsung mengundang kecaman internasional, termasuk dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Kali ini, Korsel, AS, dan Jepang, tiga negara yang paling merasa terancam, langsung bertindak. Korsel dan AS mempercepat pengerahan sistem pertahanan anti rudal terminal high altitude area defense (THAAD) di Korsel meskipun ditentang keras oleh China. Satu dari lima komponen utama sistem pertahanan tersebut dikabarkan telah tiba di Pangkalan Udara Osan, Pyeongtaek. Simulasi peluncuran empat rudal juga menjadi ancaman serius bagi Jepang, yang akan kesulitan menghadapi empat rudal sekaligus dengan sistem pertahanan yang mereka miliki. Hal ini akan menjadi alasan kuat bagi Tokyo untuk menambah anggaran militer.

Setidaknya enam resolusi dikeluarkan DK PBB terkait dengan Korut sejak negara ini menggelar uji coba nuklir pertama tahun 2006. Namun, laporan tahunan PBB yang dirilis awal pekan ini memperlihatkan, sanksi internasional dan embargo senjata itu gagal mencegah ekspansi militer dan program pengembangan nuklir Korut, juga gagal mengurangi secara signifikan pendapatan negara itu dari ekspor persenjataan dan sumber daya alam.

Di sisi lain, pengerahan sistem pertahanan anti rudal canggih di Korsel dan Jepang hanya menambah panas situasi di kawasan karena ganti membuat China terancam. Beijing berang karena khawatir pengerahan THAAD di Korsel membuat AS dengan cepat mendeteksi peluncuran rudal dari China.

Saat sanksi tak berjalan dan tindakan militer harus dihindari, perundingan tetaplah jalan yang terbaik. Korut, Korsel, AS, dan Jepang harus dipaksa untuk kembali ke meja perundingan, melanjutkan perundingan enam pihak bersama Rusia dan China yang terhenti tahun 2009.

Pada 2012, Korut sempat menyetujui penghentian program pengayaan uranium dan moratorium uji coba rudal jarak jauh sebagai ganti untuk mendapat bantuan pangan. Namun, kesepakatan itu hanya bertahan tak sampai dua bulan karena Korut kembali menguji coba rudal. Kini saatnya perundingan kembali digulirkan untuk meredakan ketegangan dan mencegah konflik meluas.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 Maret 2017, di halaman 6 dengan judul "Perundingan Tetap Jalan Terbaik".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger