Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 19 Mei 2017

TAJUK RENCANA: Konservatif atau Reformis (Kompas)

Hari ini, Iran menggelar pemilu presiden ke-12. Pemilihan presiden di Iran merupakan refleksi pertarungan antara kubu konservatif dan reformis.

Ada empat kandidat yang bertarung untuk memperebutkan kursi presiden Iran. Mereka adalah kandidat petahana Hassan Rouhani, mantan Jaksa Agung Ebrahim Raisi, mantan Kepala Kepolisian Nasional Mostafa Mirsalim, dan mantan Menteri Kebudayaan Mostafa Hashemitaba.

Mereka adalah empat dari 1.636 calon yang mendaftar dan yang lolos saringan Dewan Penjaga Konstitusi. Sebenarnya ada enam kandidat yang lolos. Namun, awal pekan ini, dua orang lainnya, Wali Kota Teheran Mohammad Baqer Qalibaf dan wakil presiden pertama Iran Eshaq Jahangiri, mengundurkan diri.

Meski ada empat kandidat yang akan bertarung, hanya dua—Rouhani (moderat reformis) dan Raisi (konservatif)—yang lebih banyak dibicarakan. Selain lebih banyak dibicarakan, juga banyak diperkirakan bahwa mereka berdualah yang sebenarnya akan bertarung. Kepada mereka berdualah, pilihan akan dijatuhkan; kepada mereka berdualah, masa depan Iran akan diserahkan.

Ada banyak faktor yang diperkirakan akan memengaruhi pilihan rakyat pada pemilu hari ini, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal, misalnya, krisis politik dan perang di kawasan Timur Tengah (Suriah, Irak, dan Yaman, serta Palestina) yang belum menunjukkan tanda-tanda kapan akan berhenti; gerakan populisme di Eropa meski belum mampu menang dalam perebutan kekuasaan, terakhir di Perancis; juga kemenangan Donald Trump dalam pemilu di AS.

Faktor eksternal lain yang berdampak terhadap kondisi dalam negeri adalah dicapainya kesepakatan mengenai program nuklir Iran. Kesepakatan dicapai pada 14 Juli 2015 antara Iran dan P5+1 (lima negara anggota tetap DK PBB, yakni AS, Rusia, Perancis, Inggris, dan China, serta ditambah Jerman) di Vienna. Dengan dicapainya kesepakatan itu, satu hal yang pasti, Iran keluar dari isolasi diplomatik, mereka juga bisa menjual minyaknya di pasar internasional, dan dicairkannya aset Iran yang selama ini dibekukan.

Kesepakatan Vienna itu memberikan harapan baru bagi pulihnya perekonomian Iran. Itulah capaian besar atau malah terbesar dari Rouhani yang mampu mengangkat kembali Iran ke panggung pergaulan internasional. Apakah capaian Rouhani akan menjadi pertimbangan rakyat saat hari ini menjatuhkan pilihan, atau mereka lebih menginginkan pemimpin yang berani melawan dunia dan beretorika seperti di zaman Ahmadinejad? Semua di tangan rakyat—meskipun warna politik dalam negeri Iran, konservatif atau reformis, sangat ditentukan oleh Pemimpin Spiritual Tertinggi Ayatollah Khamenei.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 Mei 2017, di halaman 6 dengan judul "Konservatif atau Reformis".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger