Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 15 Mei 2017

TAJUK RENCANA: Prakarsa Sabuk dan Jalan China (Kompas)

Presiden China Xi Jinping membuka Forum Sabuk dan Jalan di Beijing, Minggu (14/5), dihadiri pemimpin 29 negara dan lembaga internasional.

Dalam pembukaan forum Presiden Xi Jinping menyebut Prakarsa Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI) untuk memperkuat ekonomi dan kerja sama di berbagai sektor. Ia menekankan, prakarsa ini tak akan mencampuri urusan politik dalam negeri negara-negara yang bergabung dan menekankan aspek saling menguntungkan.

BRI terdiri atas dua komponen, yaitu Sabuk Ekonomi Jalur Sutra berupa infrastruktur darat yang menghubungkan China dengan Asia Tengah, Asia lainnya, hingga Eropa dan Afrika; dan Jalur Sutra Maritim yang menghubungkan daratan China dengan negara-negara di bagian selatannya melalui jalur laut.

Prakarsa itu bertujuan memperbaiki infrastruktur keras, infrastruktur lunak, dan meningkatkan hubungan budaya. Jika terlaksana, BRI akan melibatkan 65 negara dengan populasi 70 persen penduduk dunia. Lembaga kajian CSIS Amerika Serikat memperkirakan prakarsa itu melibatkan investasi China hingga 4 triliun dollar AS.

Presiden Xi menyebut prakarsa yang diperkenalkan pertama kali tahun 2013 itu merupakan cara baru mendorong pertumbuhan global. Dunia membutuhkan aturan perdagangan global dan investasi yang adil, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan. Tawaran ini terdengar menjanjikan di tengah menguatnya proteksionisme beberapa negara.

Asia memang membutuhkan infrastruktur untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan beradaptasi pada perubahan iklim. Bank Pembangunan Asia menyebut kebutuhan dana 26 triliun dollar AS hingga 2030.

Meski menarik perhatian dunia karena skalanya yang gigantik, BRI bukan satu-satunya prakarsa. Jepang meluncurkan inisiatif infrastruktur untuk Asia, terutama di Asia Tenggara. Rusia mengembangkan inisiatif serupa di kawasan Eurasia. India, Turki, dan Korea Selatan juga mengembangkan gagasan mereka tentang kawasan.

China berhasil membangun pertanian, industri, dan infrastrukturnya. China membutuhkan pasar baru untuk mempertahankan pertumbuhan ekonominya dengan beban penduduk lebih dari 1,5 miliar orang. Meskipun China telah membuka yuan terhadap pasar uang dunia, selama bertahun-tahun Bank Sentral China disebutkan sengaja membuat yuan relatif murah sehingga produk industri mereka dapat bersaing di pasar dunia.

ASEAN tidak dapat menutup diri terhadap perdagangan global, apalagi ASEAN telah mengikatkan diri pada China melalui Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China. Karena itu, kesepakatan harus dibuat jelas sejak awal untuk kepentingan rakyat tiap negara dan ASEAN sebagai komunitas ekonomi. Apalagi neraca perdagangan ASEAN dan China sejauh ini lebih menguntungkan China.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Mei 2017, di halaman 6 dengan judul "Prakarsa Sabuk dan Jalan China".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger