Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 20 Juni 2017

TAJUK RENCANA: Koalisi Bersama Menghadapi NIIS (Kompas)

Kerja sama antarnegara dalam berbagai bentuk rasanya merupakan kunci yang paling utama dalam memerangi terorisme.

Kondisi di lapangan juga mengharuskan adanya kerja sama tidak hanya antarnegara, tetapi juga antar-organisasi internasional, antarberbagai elemen masyarakat, termasuk kerja sama antar-agama.

Apa yang terjadi di Irak menjadi salah satu contohnya, betapa kerja sama menjadi sangat penting. Konflik atau dalam bahasa yang lebih halus persaingan bernuansa sektarian antara Sunni dan Shiah menjadi hambatan besar dalam usaha memerangi kelompok yang menyebut dirinya Negara Islam di Irak dan Suriah. Konflik sektarian ini menjadi penghambat utama dalam memerangi NIIS.

Andaikan negara-negara besar seperti AS dan Rusia bersama-sama menggandeng baik Iran—sebagai kekuatan besar kelompok Shiah—maupun Arab Saudi—sebagai kekuatan besar kelompok Sunni—tentu akan memberikan hasil yang lain, dibandingkan dengan usaha mereka selama ini dalam memerangi dan menghancurkan NIIS.

Sekarang, memang, sudah terbentuk koalisi baru, yakni koalisi untuk melawan NIIS yang beranggotakan 68 negara dan organisasi internasional. Negara-negara anggota koalisi tersebut, antara lain, Australia, Bahrain, Belgia, Kanada, Denmark, Perancis, Jordania, Belanda, Arab Saudi, Turki, Uni Emirat Arab, dan Inggris.

Sejak September 2014 hingga April lalu, koalisi telah melancarkan 19.000 serangan terhadap kelompok NIIS, di Suriah dan Irak. Berita terakhir, pasukan koalisi mendukung tentara Irak menggempur NIIS di Mosul, kota terbesar kedua di Irak. Di kota itu masih terdapat sekitar 100.000 penduduknya yang ada dalam situasi yang sangat memprihatinkan.

Koalisi antara lain bekerja sama untuk melancarkan operasi militer, mengacaukan arus tentara asing (dari luar Suriah dan Irak yang masuk ke kedua negara itu), memotong akses NIIS ke sistem keuangan internasional, dan menangani krisis kemanusiaan.

Dari pertimbangan apa pun, bersatunya kekuatan antiterorisme dan properdamaian, protoleransi, dan pendukung nilai-nilai kemanusiaan akan menjadi kekuatan dahsyat dalam menghadapi terorisme, NIIS, dibandingkan berdiri sendiri. Meskipun secara politik menyatakan sebagai penganut kebijakan luar negeri yang mandiri.

Indonesia pun lebih baik bergabung dengan masyarakat internasional dalam memerangi terorisme, yang menjadi ancaman nyata bagi negeri ini. Kita tahu bahwa posisi NIIS di Suriah dan Irak semakin terdesak, tetapi banyak kelompok lain yang berafiliasi dengan NIIS yang tersebar di mana-mana, termasuk di Indonesia.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Juni 2017, di halaman 6 dengan judul "Koalisi Bersama Menghadapi NIIS".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger