Indonesia memiliki potensi yang dibutuhkan untuk ekonomi tumbuh lebih tinggi. Kita saat ini memasuki periode bonus demografi yang pada sejumlah negara berhasil dimanfaatkan untuk melompat menjadi negara kaya. Kita juga kaya dengan sumber daya alam serta keindahan alam dan kaya ragam budaya.

Pilihan pemerintah dalam tiga tahun terakhir mendorong pembangunan infrastruktur secara masif mulai menampakkan hasil. Upaya memberantas korupsi memberi harapan efisiensi ekonomi akan meningkat. Kehati-hatian dalam kebijakan fiskal dan moneter serta upaya membuka berbagai sumbatan investasi telah menaikkan peringkat Indonesia dalam kemudahan melakukan bisnis dan sebagai negara layak investasi.

Dengan modal baik tersebut, pertumbuhan ekonomi yang landai dalam lima tahun terakhir mengajak kita mencari penyebab di luar hal bersifat teknis ekonomi.

Dalam acara Kompas100 CEO Forum pekan lalu, Presiden Joko Widodo meminta agar pengusaha tidak ragu-ragu terus berinvestasi dan meluaskan usaha meskipun tahun depan ada pilkada serentak di 171 daerah.

Keragu-raguan para pelaku usaha perlu dijawab dengan bukti nyata dari pemerintah. Kebijakan harus berkelanjutan dan konsisten, tidak mudah berubah di tengah jalan. Kebijakan melaksanakan amanat konstitusi tentang penguasaan negara atas cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak harus menjadi daya tarik investasi masyarakat.

Pelaku usaha membutuhkan kejelasan dan konsistensi pelaksanaan kebijakan. Pengambilan kebijakan karena itu perlu mempertimbangkan implikasinya pada pelaku usaha. Koordinasi antarlembaga dari pusat hingga daerah juga perlu ditingkatkan agar tidak menimbulkan kebingungan pelaku usaha.

Di tengah keberhasilan dan tantangan jangka pendek, kita dihadapkan pada tantangan mendasar, yaitu keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah-bawah.

Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia melalui pendidikan sesuai kebutuhan pasar mendesak dilakukan.

Kehadiran era digital hanya dapat kita manfaatkan sebesar-besarnya apabila kita memiliki strategi industrialisasi yang jelas. Industri manufaktur tidak dapat kita tinggalkan meskipun batas antara sektor manufaktur dan jasa semakin membaur. Kita tetap membutuhkan devisa dari ekspor produk nonkomoditas dan produksi barang untuk mengurangi impor.