Dalam 2017 Foreign Policy White Paper yang dikeluarkan oleh Australia, terungkap pandangan Canberra bahwa kini berlangsung pergeseran kekuatan penting di beberapa bagian Indo- Pasifik, termasuk Asia Tenggara. Perubahan muncul, antara lain, karena pertumbuhan ekonomi di wilayah Asia.
Efek pertumbuhan China mempercepat pergeseran kekuatan ekonomi. Dampaknya, menurut dokumen itu, kekuatan dan pengaruh China menyamai, bahkan melampaui, Amerika Serikat. Masa depan keseimbangan kekuatan di Indo-Pasifik akan sangat bergantung pada tindakan AS, China, serta kekuatan utama lain, seperti India dan Jepang. Dokumen 2017 Foreign Policy White Paper menjelaskan, respons sejumlah negara besar di Asia Tenggara, seperti Indonesia dan Vietnam, juga penting.
Secara gamblang, dokumen itu menyatakan, sebagaimana kekuatan besar lainnya, China akan berupaya memengaruhi kawasan agar cocok dengan kepentingannya. Karena itu, pada masa mendatang, Australia mau tak mau harus menghadapi pertarungan kepentingan yang kompleks di Indo-Pasifik.
Yang menarik, Australia menyinggung isu pendanaan infrastruktur dalam persaingan kepentingan di kawasan. Dokumen 2017 Foreign Policy White Paper menyebutkan, saat ini sudah terlihat kompetisi yang meningkat atas integrasi ekonomi, termasuk pendanaan proyek-proyek infrastruktur.
Meski demikian, Australia mengakui, pertumbuhan ekonomi di Asia memberikan peluang penting bagi negara itu. Menurut dokumen 2017 Foreign Policy White Paper, Asia menjadi tempat tinggal 3,5 miliar warga kelas menengah pada 2030. Jumlah ini lebih dari separuh warga kelas menengah dunia. Maka, menurut dokumen itu, ekonomi Australia dapat terus melengkapi ekonomi Asia yang berkembang. Permintaan dari Asia akan mineral dan energi, antara lain gas alam cair, batu bara, besi, emas, dan tembaga, bakal terus meningkat. Australia pun berpeluang menyuplai produk pertanian premium dan layanan jasa.
Dalam konteks itulah KTT Khusus ASEAN-Australia harus dilihat. Lewat acara ini, untuk pertama kali Australia menjadi tuan rumah para pemimpin ASEAN. Selain pertemuan pemimpin negara, kegiatan itu juga memayungi pertemuan dunia usaha dan konferensi pencegahan terorisme. Lewat kerja sama bertema besar "pencegahan terorisme", Australia dimungkinkan untuk menjalin hubungan militer dengan negara Asia Tenggara tanpa menimbulkan kecemasan berlebihan pada kekuatan lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar