Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 02 Juni 2018

Cinta Buku Cinta Ilmu//Terorisme//Belum Ditransfer//Wanprestasi Kue (Surat Pembaca Kompas)


Cinta Buku Cinta Ilmu


Pekan lalu saya membaca tulisan di Surat Kepada Redaksi bertajuk "Gerakan Literasi" (Kompas, 25 Mei 2018), bercerita tentang pengalaman penulisnya membaca 30 buku di akhir tahun kelas VI SD. Meski di sekolahnya tidak ada perpustakaan, mereka bisa membaca berkat dedikasi gurunya. Sangat menginspirasi.

Apa yang dilakukan guru Ibu Titi Supratignyo secara tidak langsung kini diterapkan secara nasional dalam Gerakan Literasi Sekolah: membaca bacaan ringan 15-30 menit sebelum mulai pelajaran. Namun, belum ada evaluasi apakah gerakan ini sudah diterapkan secara masif atau malah terbengkalai.

Terbetik di ingatan saya ketika masih kecil, ayah sering membacakan cerita rakyat. Ketika masuk SMPN 1 Rongkop, Gunung Kidul, saat upacara hari Senin, teman saya mendapat hadiah karena daftar pinjamnya di perpustakaan sekolah paling banyak. Hal itu memotivasi saya untuk membaca buku dan mungkin bisa menjadi inspirasi untuk diterapkan di pelbagai sekolah.

Seiring waktu, saya ikut kursus tentang Budaya Ilmu yang diselenggarakan LPIM UNY selama satu semester. Saya terkagum-kagum dengan berbagai peradaban yang pernah ada, seperti Yunani, Jepang, China, India, dan peradaban Islam. Dari pengalaman semua negara itu, hal yang paling mendukung kemajuan sebuah bangsa adalah kecintaan terhadap ilmu. Peradaban dicapai karena kecintaan pada ilmu, buku, dan kegiatan keilmuan.

Dalam puncak peradaban Islam abad pertengahan, Andalusia memiliki perpustakaan di setiap kota. Namun, invasi Mongolia mendatangkan bencana karena mereka tidak suka dengan budaya keilmuan Andalusia. Tinta buku-buku mereka tenggelamkan.

Semoga anak-anak Indonesia menjadi gemar membaca dan belajar memahami peradaban bangsa lain.

Binti Aisiah Daning Sumari
Mahasiswa UNY

Terorisme

Maraknya terorisme di Indonesia sangat memprihatinkan. Apalagi teror bom di tiga gereja di Surabaya menyebabkan korban tewas dan luka-luka. Sungguh traumatik.

Terorisme bukanlah ajaran agama mana pun. Terorisme juga bukan ajaran Islam. Karena itu, pemerintah harus melindungi masyarakat dengan bertindak tegas terhadap terorisme.

Arrum Kusuma W
Durungan, Wates, Kulon Progo

Belum Ditransfer

Istri saya, Kornelia Panggabean, pemegang polis asuransi Allianz Nomor 21142902. Sudah lima tahun membayar premi asuransi tiap bulan Rp 1,7 juta. Namun, terhitung 26 April 2018, ia telah meminta Allianz menutup asuransinya.

Istri saya sudah menemui Saudara Brayen di kantor Allianz di kawasan Kuningan dan sudah mengisi formulir penutupan pembayaran premi. Pihak Allianz setuju mentransfer dana ke rekening pemegang polis. Janjinya diproses 3 hari kerja.

Namun, hingga 25 Mei 2018 dana belum masuk. Dicek per telepon, Rika Purnama Sari, petugas, menjawab dana sudah ditransfer ke rekening istri tanpa menyebut tanggal transfer. Padahal, kami tidak menerima.

Mohon pihak Allianz segera menstransfer dana istri saya.

Arifin Pasaribu
Jalan PTHII Raya, Kelapa
Gading Timur, Jakarta 14240

Wanprestasi Kue

Seminggu sebelum hari ulang tahun anak saya, kami ke Saint Anna Bakery untuk memesan kue ulang tahun. Pesanan tersebut kami bayar lunas pada saat itu juga.

Saat pengambilan, pihak Saint Anna Bakery mengatakan, kue salah dibuat, tidak sesuai pesanan. Saya tidak masalah, daripada tidak ada kue. Namun, yang mengejutkan, kuenya sudah dibongkar.

Saya minta nomor kontak manajer toko, tidak diberi. Apa tidak ada alasan lain yang lebih masuk akal?

Minto Wahyuni
Pegangsaan Dua, Kelapa Gading,
Jakarta Utara


Kompas, 2 Juni 2018‎

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger