Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 25 Juni 2018

Surat untuk Menteri BUMN//Stan-stan di Probolinggo//Apartemen Ingkar Janji (Surat Pembaca Kompas)


Surat untuk Menteri BUMN

Izinkan saya menggugah perhatian pemerintah: sekalipun perkebunan teh Indonesia yang sebagian besar dimiliki BUMN dan kini dalam posisi Good Bye Java and Sumatra Premium Tea, masih ada peluang berjaya kembali.

Perkebunan besar teh di Indonesia pada mulanya milik perusahaan Belanda. Setelah dinasionalisasi, ia berubah jadi BUMN melalui berbagai proses, 1958-2000.

Dikisahkan di majalah The Economist, edisi 2-8 Juni 2018, seorang pemuda, Nie Yuenchen, pada 2012 di Guangdong Selatan membangun usaha bernama Heytea. Dalam waktu singkat bisnisnya cepat populer: teh yang diramunya digemari generasi muda. Usahanya lekas berkembang sampai pelosok China, termasuk di Shanghai. Konsumennya generasi muda yang antre berjam-jam untuk mendapat satu gelas teh seharga 4,5 dollar AS dengan batas maksimum pembelian dua gelas.

Teh yang bahan bakunya oolong, green, dan black tea diramu dengan keju. Yang spesifik ialah cara minumnya: angkat gelas sampai mencapai 45 derajat sehingga timbul rasa khas yang tidak dimiliki teh dari jenis apa pun.

Ibu Menteri BUMN, poin saya di sini ialah bahwa kreativitas, perubahan kerangka pikir, dan pemahaman tentang selera konsumen—terutama generasi now—harus jadi perhatian para pelaku industri teh kita. Heytea merumuskan langkah-langkahnya yang bisa diperoleh di The Economist dan https://munchies.vice.com/…/people-in-beijing-are-lining-up.

Dalam kaitan ini ada satu hal yang perlu dicamkan. Dari segi demografi, negara kita berada dalam posisi unggul sebab separuh dari penduduk kita masih berumur kurang dari 30 tahun. Golongan menengahnya dengan cepat akan melonjak seiring dengan perkembangan ekonomi digital. Dalam 10 tahun mendatang perdagangan ritel di Indonesia juga diperkirakan akan meningkat sampai 14 kali, dari 4,4 miliar dollar AS pada 2017 menjadi 63,2 miliar dollar AS pada 2027.

Tak bisa dimungkiri, sebagai akibat perkembangan ini, konsumsi kopi, teh, dan berbagai bahan kuliner produk Indonesia akan memberi harapan spektakuler untuk ekonomi kita di masa depan. Jayalah teh Indonesia.

Soedjai Kartasasmita Penerima Anugerah Teh Indonesia, Penerima Anugerah Sawit Indonesia, Perintis Perkebunan Indonesia

Stan-stan di Probolinggo

Kami warga Jalan Siaman dan Niaga, Probolinggo, merasa dirugikan: usaha dan tempat tinggal kami dimatikan oleh pembangunan stan-stan di tengah jalan dari September 2017 sampai Juni 2018. Hal ini sudah berlangsung sembilan bulan dan belum ada kepastian kapan akan dibongkar.

Oleh stan-stan itu, pendapatan kami turun 70 persen. Saban hari lalu lintas di depan usaha dan tempat tinggal kami berantakan. Tak ada jalan leluasa bagi kami yang tinggal di kawasan ini.

Kami mohon pemerintah pusat, pemerintah provinsi, Pemerintah Kota Probolinggo, dan pihak terkait untuk memberikan solusi pasti bagi kami.

Hadi WidjajaJati, Mayangan, Probolinggo, Jawa Timur

Apartemen Ingkar Janji

Pada 2012 kami memutuskan membeli dua unit apartemen Elpis Residence (Grup Sioengs) di Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat.

Tanggal serah terima dari developer kepada kami ialah 3 Maret 2018. Seharusnya, mengacu pada perjanjian pengikatan jual beli (PPJB), serah terima jatuh pada Juli 2015. Berarti ada keterlambatan lebih dari dua tahun.

Kami sudah berupaya menagih janji denda keterlambatan serah terima itu kepada manajemen Elpis Residence sesuai dengan yang tercantum pada PPJB, tetapi tidak digubris. Malah, iuran bulanan tetap ditagihkan kepada kami.

Yudhy Sidharta Jakarta Barat

Kompas, 25 Juni 2018

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger