Juru bicara Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Stephane Dujarric, menyebutkan, sekitar 5.200 keluarga atau sekitar 26.000 warga meninggalkan kampung halaman sejak terjadi serangan koalisi Arab yang didominasi pasukan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab ini. Dengan penduduk kota sekitar 600.000 orang, jumlah pengungsi dipastikan terus bertambah.

Serangan ke Hodeidah, yang diluncurkan koalisi sejak Rabu pekan lalu, dapat menimbulkan lebih banyak penderitaan bagi warga sipil yang telah mengalami serangan udara, blokade pelabuhan, kelaparan, dan epidemi kolera. Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Anwar Gargash mengatakan, kemenangan koalisi di Hodeidah "akan dapat menarik kelompok Houthi kembali ke meja perundingan".

Dewan Keamanan PBB menyerukan agar pelabuhan Hodeidah dan Salif yang dikuasai pemberontak "tetap terbuka dan beroperasi secara aman". Seruan itu disampaikan PBB setelah Arab Saudi dan UEA menyerang kota Hodeidah. "Situasi di sini sangat mengganggu. Kami semua berharap tidak ada hal buruk yang akan terjadi lebih jauh di Hodeidah. Itu adalah analisis bersama kami tentang situasinya," Wakil Dubes Rusia untuk PBB Dmitry Polyansky.

Serangan ke kota Hodeidah menuai kritik dari kelompok bantuan internasional. Mereka khawatir pertempuran yang berlarut-larut dan perbatasan yang ditutup dapat mengakibatkan jutaan orang kelaparan. Sekitar 70 persen makanan Yaman serta sebagian besar bantuan kemanusiaan dan pasokan bahan bakar masuk melalui pelabuhan Hodeidah. Sekitar dua pertiga dari 27 juta warga negara itu bergantung pada bantuan dan 8,4 juta di antaranya sudah berisiko kelaparan.

Sebaliknya, koalisi Arab pimpinan Arab Saudi menilai, merebut Hodeidah berpotensi membuka jalan untuk merebut kembali ibu kota Yaman, Sana'a, dari pemberontak Houthi. Namun, banyak pengamat meragukan anggapan itu. "Daerah basis Houthi di utara Yaman telah hancur setelah perang selama satu dekade (gerilya). Mereka memiliki banyak alasan untuk menentang logika militer dan terus berjuang. Keuntungan militer mungkin digunakan untuk jangka pendek," ujar Dr Elisabeth Kendall dari Universitas Oxford.

Diperkirakan, sekitar delapan juta warga Yaman sekarang dalam hidup serba kekurangan dan terancam kelaparan. Nasib mereka sangat bergantung pada pertarungan yang akan terjadi untuk merebut kembali kota pelabuhan penting, Hodeidah, dari tangan Houthi.