WAK

GM Sudarta

Melihat karikatur adalah membaca wacana atau pola representasi realitas melalui performa visual atau opini yang "nakal" dan cerdas. Ada penajaman atau pengaburan, ada pembalikan atau penyimpangan yang terselenggara dalam karikatur. Melalui strategi-strategi ini, dengan tenaga kreatif dan intelektualitas yang mumpuni, kerap mencetuskan karikatur berdaya tarik khusus.

Karikatur adalah gambar yang tak wajar, tak biasa. Kekuatan karikatur dibentuk, pada umumnya, oleh perpaduan humor dan kecerdasan.

Asal-usul wacana atau pola karikatur bisa terlacak atau bertolak dari muasal katanya. Caricare adalah kata dalam bahasa Italia yang berarti "melebih-melebihkan atau memberi muatan" dan dari kata inilah istilah "karikatur" timbul. Karikatur adalah gambar yang tak wajar, tak biasa. Kekuatan karikatur dibentuk, pada umumnya, oleh perpaduan humor dan kecerdasan.

KOMPAS/REPRO KARIKATUR GM SUDARTA

Karikatur GM Sudarta di harian Kompas, 23 Juli 2011.

Apa yang paling diharapkan atau ditunggu orang dari kehadiran karikatur? Tawa bercampur kesegaran kualitas kesadaran anyar tak terduga. Mungkinkah karikatur tetap mempesona tanpa semua ini? Karikatur adalah kegamblangan visual yang menawarkan kejutan pikiran dan pukauan kelucuan yang tak lazim. Bukan guratan kenjelimetan di luar duga. Lain kata, karikatur adalah kesederhanaan yang menghibur dan menawarkan kepintaran atau keusilan yang mencerahkan.

Karikatur cenderung politis, setidaknya kerap menyerukan protes, kritik, terhadap kekuasaan atau keadaan yang runyam. Namun, yang paling sering terasa disampaikan oleh karikatur adalah sindiran. Sindiran dalam karikatur menjadi bahasanya yang paling mainstream. Bisa jadi karikatur dianggap identik dengan sindiran.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Pameran "50 Tahun Kesaksian Oom Pasikom" di Bentara Budaya Jakarta (BBJ), Jakarta, Selasa (9/5/2017). Pameran menampilkan 130 karya GM Sudarta dari tahun 1967 hingga 2017.

Karikatur menghebohkan sering lantaran kualitas sindirannya. Olokan atau ejekan kepada kebobrokan kekuasaan, misalnya, yang muncul melalui sindiran bisa menjadi sinisme halus yang tajam dan elegan, yang melampaui protes atau kritik yang vulgar.

Karikatur media massa

Oom Pasikom adalah contoh tokoh karikatur ciptaan Geraldus Mayela (GM) Sudarta. Sepertinya karikatur media massa cetak telah identik dengan Oom Pasikom. Dan, Oom Pasikom adalah "penampakan" GM Sudarta. Konsistensi kehadiran Oom Pasikom selama setengah abad merupakan salah satu faktor penyebabnya selain apresiasi yang bagus dari khalayak atas capaian karikaturnya yang kerap dipandang memiliki "heroisme kelucuan" yang cenderung santun atau acap menerabas ketakutan.

Pada awal karier menggarap karikatur Oom Pasikom, GM Sudarta didatangi dua kendaraan panser lantaran karikaturnya dipandang menyinggung kasus perampokan yang diduga melibatkan tentara.

GM Sudarta tak percaya bahwa karikatur tak berdaya. Karikatur bisa bersikap atas ketidakadilan, penindasan, dan gejala-gejala buruk kekuasaan lainnya. Namun, karikatur punya batas-batas dalam dirinya. Karikatur bukan alat untuk melancarkan segala urusan dan tujuan. Kesantunan dan komitmen GM Sudarta terhadap prinsip kebenaran menjadi corak karya karikaturnya.

"Tapi, karikatur harus cerdas, tajam, dan bijak dalam memotret realitas hidup dan memberi penyadaran atau kritik yang baik. Setidaknya karikatur memberi tahu ada sebuah kesalahan atau penyelewengan. Karikatur tidak bisa merevolusi, dia hanya mencegah kesalahan ini tidak terjadi lagi," ujarnya.

Oom Pasikom diciptakan untuk menyindir, mengkritik maupun mengolok—suatu misi ciptaan yang kontroversial. Tokoh karikatur ini bukan pengejek yang vulgar atau tukang bisik-bisik yang sukar tersimak suara dan pesannya. Bukan pula ia penjilat kekuasaan atau pembela buta segala bentuk kehendak massa. Tak pula ia sekadar melucu tanpa bobot tertentu, yang luhur atau cerdas tersemat dalam kejenakaannya.

Bisa menggelikan dan sekaligus mencerahkan merupakan mutu yang kerap diberikan oleh kehadiran Oom Pasikom. Kejelian membaca beragam keadaan dan menentukan eksekusi visualnya membuat kehadirannya turut menjaga martabat dan citra gambar karikatur di negeri ini. Prestasi karya karikatur yang bernapas panjang ini juga menjadi bagian sejarah jurnalisme, sosial maupun politik selama tujuh dekade.

Latar sosial-politik kelahiran tokoh gambar karikatur Oom Pasikom adalah setelah berakhir era Soekarno dan tatkala era Soeharto bermula—dua era legendaris bagi negeri ini sejak masa kemerdekaan. Selama setengah abad lebih tokoh karikatur ini menjadi saksi dan komentator sebagian perjalanan negeri ini.

Pemaknaan atau persepsi atas karikatur-karikatur Oom Pasikom bisa dikatakan sebagai cerminan opini publik kepada dinamika aktual di negeri ini. GM Sudarta, merupakan "Sang Imam Sindiran" atas sebagian gejala-gejala utama di masyarakat dan pemerintahan di negeri ini pada paruh kedua abad ke-20 dan paruh awal abad ke-21.

Setelah separuh abad rutin mengedarkan karikaturnya setiap hari, Sang Guru Sindiran ini berakhir hayatnya.

Akankah sejarah kehadiran Oom Pasikom tamat bersama ujung hayat penciptanya?

Benak sejarah

Oom Pasikom muncul pertama kali pada 1967 dan penciptanya wafat pada 2018 di usia 73 tahun. Yang pasti, kehadiran Oom Pasikom selama ini terpatri dalam benak dan sejarah negeri ini sebagai warisan kreatif dan intelektual yang amat berharga.

Oom Pasikom bukan sekadar berita bergambar. Bukan wataknya "mengganyang" yang disindirnya. Bukan tabiatnya "menghabisi" yang dikritiknya. Bukan pula sifatnya "menghina" yang dioloknya. Oom Pasikom menampilkan sejenis sikap berbahasa yang lunak, tetapi telak.

Karakter Oom Pasikom tidak bengis atau kompromistik. Wacana dalam karikaturnya yang telanjang tidak untuk mempermalukan. Yang disentilnya adalah kesadaran yang tak murahan,
sejenis satir intelek tanpa terjatuh menjadi komunikasi visual yang tak sampai atau mengada-ada.

Sesungguhnya kehadiran Oom Pasikom juga merupakan pendidikan politik yang unik dan kreatif bagi khalayak luas. Kompleksitas dinamika sosial-politik kerap tertangkap intinya melalui cara sederhana yang lucu dan cerdas.

Apakah Oom Pasikom adalah "guru politik" bagi publik? Muatan karikatur ini tentu bukanlah merayakan isi dan cara pandang yang terpinggirkan dari batas-batas akal sehat kolektif. Bahkan tak jarang tampil jenial.

Sering ada "suspens" dari Oom Pasikom. Inilah yang bisa tak terduga dari kehadiran tokoh ini. Bukan sekadar keterkejutan. Meski hadir setiap hari selama setengah abad di harian Kompas, langka dijumpai ketaksegaran dalam kehadiran Oom Pasikom. Butuh stamina kepekaan, ketajaman, dan kreativitas yang tak biasa dalam rutinitas penciptaan Oom Pasikom. Berkejaran dengan dinamika dan isu aktual yang kompleks dan tak terduga. Ini sudah menjadi takdir Oom Pasikom sebagai bagian dari kehadiran surat kabar harian. Ini suatu ketakmudahan yang panjang dan berhasil dilaluinya dengan amat baik dan mengesankan.

Selamat jalan, Mas GM Sudarta. Jika pun tak lagi tercetak di lembaran surat kabar, Oom Pasikom akan tetap tercetak di benak sejarah perjalanan bangsa ini.