Sebagai seorang putra Presiden RI pertama, Ir Soekarno atau Bung Karno, saya merasa amat beruntung dapat mengamati proses persiapan hingga pelaksanaan dan penutupan Asian Games ke-IV pada 1962 yang terlaksana dengan sukses di Jakarta.

Di saat persiapan, Bung Karno sebagai kepala pemerintahan menginstruksikan para menteri dan pejabat terkait agar segera membangun suatu komplek olah raga terbesar di Asia, yang di dalamnya mencakup seluruh fasilitas yang diperlukan.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Stadion Utama GBK yang menjadi pusat kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta terlihat dalam foto udara (13/1/2018). Stadon Utama GBK akan menjadi tempat pelaksanaan upacara pembukaan dan penutupan Asian Games 2018. Pengamanan akan ditingkatkan selama pra hingga hari H Asian Games.

Bukan hanya untuk Asian Games 1962 tetapi juga untuk mendukung kegiatan-kegiatan olah raga, baik di tingkat nasional maupun internasional, setelah pesta olah raga se-Asia itu selesai diselenggarakan. Bung Karno, dalam pengarahannya, menginstruksikan agar dalam komplek itu, terutama harus dibangun suatu stadion yang megah dan terbesar di Asia bahkan di dunia.

Persiapan infrastruktur

Ada tiga instruksi Bung Karno saat pembangunan stadion, selain atapnya harus bundar melingkar (temu gelang),  kolom betonnya juga harus miring dan tidak boleh tegak lurus agar punya nilai seni. Yang terakhir, kapasitas stadionnya juga diminta bisa menampung minimal 100.000 penonton sehingga bisa menjadi sarana bagi hiburan rakyat.

Bukan hanya stadion, Bung Karno juga meminta ada juga satu gedung olah raga multiguna. Artinya, dapat digunakan untuk berbagai jenis olah raga, mulai dari tenis, bulu tangkis, dan lainnya. Demikian pula harus ada satu kolam renang dengan standar internasional yang megah. Tak kalah penting, juga harus ada tempat parkir kendaraan bagi para pengunjung yang luasnya mencukupi kebutuhan dan taman untuk penghijauan.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO (WAK)

Petugas dari Polres Metro Jakarta Pusat mulai membangun tenda pengamanan mejelang perhelatan final Piala Presiden di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Kamis (15/10). Stadion tersebut menjadi salah satu venue yang akan direnovasi terkait pelaksanaan Asian Games 2018.
Kompas/Wawan H Prabowo (WAK)
15-10-2015

Di samping itu juga harus ada perumahan para atlit dan rombongannya yang terletak dalam komplek tersebut. Fasilitas-fasilitas penunjang lain juga harus disediakan. Misalnya, restoran bertaraf internasional sampai dengan salon kecantikan dan  barber shop. Hal terpenting lain adalah harus juga ada klinik kesehatan yang lengkap peralatannya dengan dokter dan perawat yang bertugas 24 jam sehari.

Seperti diungkapkan oleh Bung Karno waktu berkunjung ke Rusia pada 1958 dan bertemu dengan pemimpinnya di Moskow,   Nikita Sergeyevich Khrushchev, Bung Karno berkata, "Saya akan membuat sebuah situs olah raga yang bakal dikenang bangsa Indonesia ratusan tahun ke depan." Letak komplek olah raga itu kemudian ditetapkan Bung Karno dibangun di kawasan Senayan.

Untuk itu, Pemda DKI harus memindahkan seluruh penduduknya ke tempat yang sudah disiapkan yakni di daerah Tebet. Waktu itu, karena untuk kepentingan bangsa dan negara, pemindahan penduduk berjalan lancar.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Renovasi Stadion Utama GBK – Aktivitas pekerja dalam proyek renovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Rabu (14/12). Kegiatan untuk mendukung pelaksanaan Asian Games XVIII 2018 tersebut diharapkan bisa selesai pada Oktober 2017.
Kompas/Wawan H Prabowo (WAK)
14-12-2016

Untuk menopang sarana dan akomodasi tamu-tamu selama Asian Games 1962 dan citra Indonesia sebagai penyelenggara, Bung Karno juga menginstruksikan membangun hotel bertaraf internasional, Hotel Indonesia, di luar kawasan stadion, selain juga patung Selamat Datang, dan Wisma Warta (sudah dibongkar, dulu diperkirakan berada di areal jalan MH Thamrin, kini jadi kompleks Kedutaan Besar Jepang).

Wisma Warta itu dijadikan tempat menginap para jurnalis luar negeri dan dalam negeri beserta perlengkapannya yang sudah disiapkan pada tahun itu agar para jurnalis dapat melaksanakan tugasnya dengan baik mengirim berita Asian Games ke negara dan koran mereka. Sedangkan untuk urusan shopping,  dibangun toko serba ada Sarinah. Untuk kelancaran lalu lintas dari dan menuju Senayan, Bung Karno juga membangun Jembatan Semanggi.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO (KUM)

Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta sedang direnovasi untuk Asian Games Jakarta-Palembang 2018, Kamis (13/10). Renovasi ditargetkan selesai Oktober 2017.
Kompas/Heru Sri Kumoro (KUM)
13-10-2016

Meski demikian timbul masalah, bagaimana caranya menampung wisatawan-wisatawan domestik dan luar negeri yang akan hadir menyaksikan Asian Games 1962. Bung Karno berpikir keras. Jika dihitung seluruh hotel dan losmen yang ada di Jakarta, tentu tak cukup untuk menampung mereka.

Namun, ternyata, sebagian besar penduduk di daerah Menteng sangat baik dan menggunakan momentum ini. Mereka akhirnya mengomersialkan satu   kamar di kediaman masing-masing untuk disewakan pada wisatawan, termasuk makan dan minum selama penyelenggaraan Asian Games.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO (KUM)

Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta sedang direnovasi untuk Asian Games Jakarta-Palembang 2018, Kamis (13/10). Renovasi ditargetkan selesai Oktober 2017.
Kompas/Heru Sri Kumoro (KUM)
13-10-2016

Masalah lain yang muncul adalah mengenai transportasi   para tamu, peserta Asian Games dan wisatawan. Sebagai solusinya, sejumlah menteri dan panitia Asian Games 1962 menghadap Bung Karno di Istana Merdeka. Atas persetujuan Bung Karno, para menteri dan   panitia penyelenggara memutuskan membeli 400-  500 unit mobil sedan Fiat untuk dijadikan taksi.

Agar dapat memberikan kenyamanan pada pengguna, pengemudi-pengemudinya diambil dari kalangan mahasiswa, pemuda dan juga kepolisian dengan syarat punya SIM dan bahasa Inggris-nya baik.

Sempat dibakar

Selain hambatan-hambatan tersebut, masih ada hambatan lain yang sangat fundamental sifatnya yaitu hambatan yang bersifat politik. Saat itu, kelompok yang secara politik berseberangan dengan Bung Karno dan pemerintahannya, kerap melakukan sabotase agar Asian Games 1962 batal terselenggara. Caranya dengan jalan membakar Stadion Utama yang saat itu sedang dalam pengerjaan pembangunannya.

Stadion utama yang saat itu masih dalam tahap pembangunan konstruksi—dengan menggunakan tiang-tiang penyangga balok-balok beton yang hampir seluruhnya menggunakan bambu karena di kala itu tiang-tiang penyangga yang terbuat dari besi di Indonesia belum ada—oleh kelompok kontra revolusi tiang penyangga tadi dibakar.

KOMPAS/AGUS SUSANTO (AGS)

Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat (tengah, pakaian batik) meninjau renovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno di Senayan, Jakarta, Selasa (18/10). Renovasi stadion yang akan digunakan untuk Asian Games Jakarta-Palembang 2018 itu ditargetkan selesai pada Oktober 2017.
Kompas/Agus Susanto (AGS)
18-10-2016

Akibatnya, tembok beton Stadion Utama yang tengah dibangun sebagian itu juga terbakar keseluruhannya. Mendengar kejadian itu, Bung Karno marah besar dan memerintahkan untuk segera mengatasinya. Begitu api padam, seluruh insinyur –insyinyur dari Uni Soviet dan Indonesia antara lain  arsitek dari Uni Soviet Semerdjievf dan  pakar beton Indonesia Ir Rooseno dan lainnya untuk segera memeriksa dan membangunnya kembali.

Alhamdulillah dari hasil penelitian dari berbagai sudut tidak terdapat kerusakan –kerusakan yang signifikan pada beton- beton yang baru beberapa minggu dicor, sehingga pembangunan stadion dapat segera dilanjutkan lagi sampai selesai. Secara pribadi Bung Karno juga datang ke tempat kejadian dan ikut menghitung kekuatan – kekuatan beton yang terbakar masih layak pakai atau tidak untuk dilanjutkan atau tidak pembangunannya.

KOMPAS/ANITA YOSSIHARA

Presiden Joko Widodo bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono meninjau fasilitas umum di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman- MH Thamrin, Jakarta, Kamis (2/8/2018) sore. Peninjauan dilakukan untuk memastikan fasilitas umum di Ibu Kota siap menjelang penyelenggaraan Asian Games 2018.

Karena kejadian tersebut, tingkat keamanan proyek stadion pun ditingkatkan oleh ABRI (kini TNI) pada waktu itu secara terbuka maupun tertutup. Singkat kata, akhirnya seluruh persiapan dapat diselesaikan dengan baik 100 persen. Kegiatan selanjutnya adalah geladi resik. Setelah seluruhnya berjalan mulus maka pada 24 Agustus hingga 2 September 1962 Asian Games 62 dengan resmi dibuka oleh Bung Karno sebagai Presiden Indonesia.

Acara pembukaannya boleh dikatakan luar biasa. Sebanyak 120.000 penduduk Jakarta membeludak memenuhi Stadion Utama. Selain pidato, sambutan dari Presiden Soekarno, juga penyalaan api di kaldron dengan obor api abadi yang diambil dari daerah Jawa Tengah dilakukan oleh atlet kawakan di zaman Belanda, Ir Effendi Saleh. Setelah penyalaan obor Asian Games, disajikan tarian-tarian massal dari berbagai daerah.

KOMPAS/RIZA FATHONI

Polisi lalu lintas menindak pengendara mobil yang melanggar aturan pembatasan plat nomor ganjil genap di ruas Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (1/8/2018). Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya telah melakukan penindakan bagi pelanggar aturan pembatasan plat nomor ganjil genap yang kini diperluas wilayah dan waktu pelaksanaannya menjelang gelaran Asian Games XVIII 2018.
KOMPAS/RIZA FATHONI

Saya yang ikut hadir dalam acara pembukaan tadi sangat terkesan melihat tarian-tarian massal yang berasal dari daerah Aceh yaitu tarian Seudati yang dibawakan oleh sekitar 800 penari. Namun, saat ini, saya agak heran mengapa tarian Seudati tidak pernah muncul lagi di acara-acara tertentu seperti pembukaan Asian Games di Jakarta, atau Pekan Olah Raga Nasional (PON) dan acara-acara kenegaraan lainnya?

Apakah tari Seudati akan dimunculkan lagi saat pembukaan Asian Games 2018 seperti Asian Games 1962? Sekarang ini, tarian rakyat Aceh yang dimunculkan, seperti yang saya saksikan di televisi selalu tarian Saman.

Prestasi Indonesia

Lalu, apa yang paling berkesan dari seluruh kegiatan persiapan hingga pelaksanaan Asian Games 1962 yang digelar 13 tahun setelah Indonesia baru merayakan Kemerdekaan RI tersebut? Saya   akan menjawab bahwa kekaguman saya pada prestasi atletnya, yakni Mohammad Sarengat yang memecahkan rekor Asia lari jarak pendek 100 meter dengan waktu 10,5 detik, tetapi seingat saya, rekornya yang tercatat adalah 10,4 detik.

Di samping itu, Sarengat juga masih mempersembahkan dua medali emas untuk lari 110 meter gawang dan estafet 4 x 100 meter. Dari  12 negara Asia peserta Asian Games 1962 yang ikut, kecuali Israel yang dilarang oleh Bung Karno menjadi peserta, Indonesia menempati posisi kedua setelah Jepang yang menjadi juara Asian Games 1962 tersebut.

Dari 13 cabang olahraga yang dipertandingkan, Indonesia meraih 77 medali dengan rincian 21 emas, 26 perak, dan 30 perunggu. Indonesia tercatat mengalahkan India, Filipina, dan Korea Selatan yang masing-masing mendapatkan total medali 55, 27, dan 15. Jepang sendiri meraih 161 medali meliputi 73 emas, 65 perak, dan 23 perunggu.

Posisi prestasi Indonesia saat itu sesuatu yang sebenarnya sukar sekali diraih oleh Sarengat maupun atlet nasional lainnya. Namun, capaian itu sungguh luar biasa dengan kondisi Indonesia yang apa adanya dan baru 13 tahun merdeka!!