Sabtu malam pekan lalu di T-Mobile Arena Las Vegas seharusnya menjadi momentum bersejarah bagi Khabib Nurmagomedov, namun dengan cepat menjadi tragedi bagi petarung asal Rusia itu. Saat dirinya mengukuhkan sebagai juara sejati kelas ringan Ultimate Fighting Championship (UFC) dengan membungkam "Si Mulut Besar" Conor McGregor, Khabib justru merusak kemenangannya sendiri dengan melompati pagar oktagon untuk menyerang salah satu anggota tim McGregor. Malam yang penuh kenangan bagi Khabib seketika menjadi malam yang ingin segera dilupakan.
Dunia terenyak! Bukan karena aksi brutal Khabib menghajar Dillan Danis yang merupakan mitra latih McGregor tersebut, tetapi karena alasan mengapa pemuda kelahiran Dagestan yang sejatinya pendiam dan santun itu mengamuk tanpa kendali selepas kemenangannya yang fenomenal tersebut.
Publik, terutama penggemarnya, bertanya-tanya, mengapa setelah menang, Khabib justru berbuat onar? Bukankah dia menghabiskan seluruh hidupnya untuk menjadi petarung, mengapa dia "menghancurkan" pengorbanannya tersebut? Mengapa? Ada apa?
Akibat ulahnya itu, Khabib ibarat dari pahlawan menjadi pecundang, from hero to zero. Presiden UFC Dana White yang enggan menyerahkan sabuk juara bagi Khabib di dalam oktagon berkomentar, dia tak pernah membayangkan akhir sebuah laga sebrutal ini. Sebuah pernyataan yang cukup absurd mengingat White jugalah yang sejak awal "membiarkan" kebrutalan ini terjadi bukan oleh Khabib, melainkan justru oleh McGregor. Namun sedihnya, harus jatuh abu panas pada Khabib, bukan kepada McGregor yang sejatinya seorang pecundang bermulut kotor dan gemar berbuat ulah serta onar.
Tak lama setelah malam yang penuh kontroversi itu, Khabib meminta maaf secara publik. "Itu (aksi brutal) bukanlah bagian terbaik dari diri saya," kata pemuda kelahiran Dagestan, Rusia, 20 September 1988, tersebut. "Saya meminta maaf kepada semua penggemar, masyarakat Las Vegas, dan kepada dunia. Saya sangat menyesal," lanjut Khabib yang uang sebesar 2 juta dollar hasil jerih payahnya tanding melawan McGregor tersebut masih ditahan pengelola UFC.
Setelah meminta maaf, Khabib membeberkan mengapa ia menjadi kalap selepas mengalahkan McGregor lewat penaklukan (submission) dengan cekikan tersebut. Ungkapan Khabib selanjutnya membuat dunia tercengang! Menurut Khabib, amuknya yang tak terkendali dipicu oleh provokasi yang dilakukan kubu McGregor yang terus-menerus meneriakkan slogan-slogan bernada rasis tentang negara asal Khabib, agama yang dianutnya, dan menghina ayahnya.
Kita paham, di dunia olahraga keras seperti UFC atau tinju, perang urat saraf dengan kata-kata tajam saling ejek telah menjadi bagian tak terpisahkan. Petinju legendaris Muhammad Ali merupakan sosok yang selalu kita ingat bukan hanya bagaimana dia menari-nari di atas ring dengan pukulan jab-nya yang menyengat seperti lebah, tapi juga provokasinya kepada lawan menjelang laga. Namun, Ali bukanlah sosok yang rasis.
McGregor dan timnya setali tiga uang tetapi dalam taraf yang harus dievaluasi oleh penyelenggara UFC karena telah memasuki ranah yang sangat pribadi, keyakinan, dan cara hidup lawannya. Jika Dana White kemudian berkomentar menyesali insiden pascalaga puncak UFC 229 itu, justru dialah yang seharusnya menyesali dirinya sendiri.
McGregor "Si Anak Emas"
Kita paham, selama beberapa tahun terakhir UFC telah memanfaatkan sisi unik (cenderung buruk) McGregor untuk mempromosikan laga-laga mereka. UFC jelas hanya memikirkan uang dan sebaran promosi tanpa mengindahkan konsekuensinya. Segala bentuk materi promosi dipakai, bahkan rekaman ulah brutal McGregor saat dia dan beberapa rekannya beberapa bulan lalu menyerang bus yang berisikan para petarung UFC, termasuk Khabib Nurmagemedov. Semuanya demi mempromosikan UFC 229 dan menaikkan permintaan berlanggananpay per view acara televisi mereka.
Secara tidak langsung UFC juga memperbolehkan McGregor dan timnya secara verbal menyerang sisi religi, etnis, dan budaya tim Khabib untuk mempromosikan UFC 229. Dalam sejumlah kesempatan menjelang hari-H, McGregor menjadi ujung tombak timnya untuk menyerang kubu Khabib dengan mendaraskan narasi politik menyangkut Chechnya dan Dagestan, wilayah Rusia yang memang penuh gejolak berbau etnis dan agama.
McGregor menghina ayah Khabib, Abdulmanap Nurmagomedov, dengan menyebutnya "pengecut yang gemetaran" untuk hubungannya dengan diktator Chechen, Ramzan Khadirov. Petarung asal Irlandia itu menyerang manajer Khabib dengan sebutan "teroris".
Tak sampai di sana. McGregor juga menghina Khabib—seorang Muslim yang taat—dengan menyebutnya "banci pengecut" karena petarung yang sejak kecil berlatih gulat melawan beruang itu menolak tawaran minuman keras wiski saat jumpa pers menjelang laga. McGregor memang menjalankan bisnis produksi wiski Irlandia (Irish whiskey) miliknya dan baru saja meluncurkan produk baru yang diberi tajuk Proper No Twelve. Produk inilah yang ditawarkan untuk diminum Khabib saat jumpa pers. Tentu saja pemuda itu menolak.
Meski demikian, Dana White menolak anggapan bahwa kerusuhan pasca-UFC 229 sebenarnya bisa dihindari jika manajemen UFC memberikan tekanan keras terhadap ujaran-ujaran sampah berbau rasisme dan kebencian.
"Ini adalah bisnis tarung. Ini adalah olahraga," ujar White dalam jumpa wartawan selepas UFC 229. Didesak pers tentang ujaran-ujaran McGregor yang melebihi batas sebagai taktik promosi UFC, White kembali mengelak, "Ujaran sampah ada di setiap olahraga. Mereka melakukannya di NBA (liga basket AS) dan NFL (liga sepak bola ala AS). Mereka melakukannya di bisbol," kata White tanpa risih. "Ini adalah bagian dari laga, dan tidak akan berubah di sini (UFC)," lanjut White seolah tanpa rasa bersalah.
Dari pernyataannya yang seolah tanpa rasa bersalah, jelas terlihat bahwa presiden UFC ini memang menjalankan bisnisnya dengan kotor. Menganakemaskan McGregor adalah bagian dari bisnisnya yang sekarang menjadi salah satu industri olahraga terbesar. Dengan demikian, McGregor memang tak bisa salah apa pun tindakannya.
Setelah membuat onar dengan melempari bus, McGregor lolos dari penjara karena membayar uang jaminan dan hanya menjalani hukuman sosial. Sementara alih-alih menghukum McGregor, UFC malah menawari enam kontrak tarung kepada pria asal Dublin tersebut. Tidak sampai di sana, UFC juga menghadiahi McGregor dengan menjadikan wiski produksinya sebagai sponsor laga.
Menolak komentar ataupun tindakan preventif terhadap ujaran-ujaran kebencian yang dirilis McGregor menjadi indikasi kuat bahwa UFC menjalankan "bisnis kotor"….
Maka, tidak perlu heran mengapa White begitu kokoh bertahan dan melindungi McGregor. Bagaimana tidak? Empat ajang UFC dengan penjualan tontonan berbayar (pay per view/PPV) terbesar dalam sejarah bela diri campuran (mix martial art) ini adalah dengan McGregor sebagai aktor utama dalam laga pemuncak (main event). Dan pemuda Dublin ini adalah satu-satunya bintang UFC yang mendapat keistimewaan itu setelah perempuan petarung AS, Ronda Rousey, pindah panggung ke cabang gulat WWE.
Jelaslah, bagi Dana White, bagi UFC, Conor McGregor adalah sapi perah (cash cow). Menolak komentar ataupun tindakan preventif terhadap ujaran-ujaran kebencian yang dirilis McGregor menjadi indikasi kuat bahwa UFC menjalankan "bisnis kotor" dengan membiarkan promosi-promosi brutal yang melawan semua kampanye damai olahraga itu terjadi.
Celakanya di satu sisi McGregor memang sosok yang unik dengan gaya bertarung yang memikat. Mantan juara kelas ringan tersebut punya kharisma untuk menarik jutaan penggemarnya di seluruh dunia. Manajemen UFC menyadari betul "aset" yang membungkus sosok kontroversial ini dan berupaya keras untuk mempertahankan basis penggemarnya sebagai senjata industri apa pun risikonya.
Uang segalanya
Bagi Dana White, bagi UFC, uang adalah segalanya. Nilai-nilai sportivitas yang berkaitan dengan kampanye besar Komite Olimpiade Internasional (IOC) tidak berarti apa pun bagi mereka. Dan jika menengok kembali ke belakang, sepanjang 2017 pundi-pundi UFC memang menurun drastis sejalan dengan pensiunnya Ronda Rousey dan nonaktifnya McGregor sejak 2016.
Bagi White, tahun 2017 adalah sisi gelap bisnis UFC yang harus segera ditinggalkan dan harapan terbesar pada 2018 adalah meningkatkan lagi pendapatan terutama dari PPV. Memasuki 2018, White memutar otaknya agar bisnis UFC kembali moncer, sementara Rousey sudah pergi dan McGregor nonaktif. Dua andalan lain, Jon Jones terkena kasus doping serta George St-Pierre tak jelas rencananya setelah meninggalkan gelar kelas menengah yang kosong pada November 2017.
Dalam sejarah perkembangan bisnisnya yang meroket dalam 11 tahun terakhir, UFC selalu mampu menggantikan siapa pun bintang yang pergi. Namun, memasuki 2018, White memang sulit menemukan pengganti yang mampu mendongkrak kembali pundi-pundinya, terutama lewat popularitas yang berbasis pada jumlah penggemar. Dia memang masih punya juara atau penantang dengan kualitas top, seperti Demetrious Johnson, Max Holloway, Francis Ngannou, Rose Namajunas, Daniel Cormier, dan Khabib Nurmagomedov, tetapi basis penggemar mereka tidaklah seheboh Rousey, St-Pierre, ataupun McGregor.
White sadar, dalam kondisi keuangan yang runyam ini, hanya McGregor yang bisa diandalkan untuk mengangkat kembali bisnisnya. Itu pula yang menyebabkan McGregor langsung disodori kontrak enam laga tak lama setelah membuat ulah melempari bus kontingen UFC yang menyebabkan sejumlah petarung terluka. Khabib Nurmagomedov yang berada di dalam bus tersebut kemudian digiring menjadi promosi brutal untuk membuat kesadaran publik begitu tinggi terhadap UFC 229, dan itu adalah bagian dari strategi pemasaran yang sejak awal disadari segala konsekuensinya oleh manajemen UFC, termasuk sang presiden Dana White.
McGregor sendiri justru "menikmati" kekalahannya dan seolah-olah menjadi pihak yang benar….
Sejauh ini belum jelas apakah UFC akan menjatuhkan sanksi kepada Khabib yang jelas-jelas hanyalah korban provokasi brutal kubu McGregor dan rekayasa tanpa hati yang dilakukan manajemen UFC untuk mendongkrak kembali kondisi keuangannya. Alih-alih mengambil tanggung jawab atas insiden di Las Vegas, White justru melemparkan masalah ini kepada Komisi Atletik Negara Bagian Nevada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar