Kalau tak salah, belum terlalu lama, saya telah menulis soal orangtua. Sekarang, orangtua lagi. Maafkan kalau itu begitu membosankan. Saya terinspirasi dari curhatan seorang anak beberapa minggu lalu. Curhatannya saya tulis sebagai penutup tulisan ini.

"Ya, saya mencintai anak saya"

Izinkanlah saya pada hari ini mengajukan sebuah pertanyaan kepada Anda sebagai orangtua. Pertanyaannya begini. Apakah Anda mencintai anak-anak
Anda? Kalau jawabannya ya, apakah jawaban itu datang dari kebesaran hati Anda menerima anak Anda dengan segala baik buruknya? Atau, jawaban itu karena anak Anda manut saja dengan segala sesuatu yang Anda anggap baik meski belum tentu anak Anda menganggapnya baik?

Apakah jawaban Anda macam "ya, saya mencintai anak saya" itu karena Anda berhasil membuat anak menjadi plek seperti Anda? Tidak lebih dan tidak kurang. Apakah jawaban "ya, saya cinta anak saya" itu terucap karena anak saya tidak melawan meski dalam hati mereka, mereka memiliki cara pandang yang berbeda dengan Anda?

Pertanyaan kedua. Apakah sebagai orangtua, Anda pernah atau sampai tulisan ini dibuat Anda masih merasa kecewa dengan darah daging Anda sendiri? Kalau jawabannya juga ya, apakah jawaban "ya, saya cinta anak saya" di atas itu benar-benar jawaban yang keluar dari hati yang tidak kecewa?

Apakah hati Anda mampu mencintai mereka, tetapi juga kecewa pada saat yang bersamaan? Kalau Anda kecewa, apakah itu karena mereka tidak memenuhi sejuta harapan Anda? Atau Anda kecewa karena kondisi anak Anda menodai martabat keluarga dan diri Anda sebagai manusia dan bukan sebagai orangtua?

Apakah kekecewaan itu makin bertambah karena noda itu menjadi pembicaraan banyak orang? Sehingga, sejujurnya Anda kecewa karena tak mampu melindungi diri Anda sendiri dari rasa malu dan dari rasa takut kepada omongan orang banyak ketimbang mencintai anak Anda apa pun keadaannya?

Apakah di tengah kekecewaan yang Anda alami sebagai orangtua pernah terlintas di kepala Anda untuk tidak memiliki anak seperti itu? Apakah di tengah kekecewaan pernah terlintas di kepala Anda bahwa sepatutnya Anda tak perlu kecewa. Sebab, mereka lahir karena Anda, keadaan mereka sekarang juga karena andil Anda?

Layar lebar

Apakah pernah terlintas di kepala Anda bahwa mereka bisa jadi juga kecewa memiliki orangtua seperti Anda? Apakah terlintas di kepala Anda sebelum kecewa terhadap anak, Anda itu menyadari bahwa diri Anda sendiri cukup mengecewakan sebagai manusia dan orangtua?

Bahwa Anda adalah orangtua sangat emosional sehingga anak salah sedikit, Anda langsung menyabet mereka dengan ikat pinggang, atau memasukkan kepala mereka ke dalam bak mandi, misalnya?

Pertanyaan ketiga. Kalau Anda sampai melakukan tindakan yang di mata anak sungguh mengecewakan, atau yang menoreh luka pada batin mereka, apakah itu sebuah bentuk cinta Anda kepada anak?

Pernahkah Anda berpikir untuk menempatkan diri Anda sendiri dalam posisi sebagai anak yang kepalanya dibenamkan ke dalam bak mandi atau tubuhnya dipecuti ikat pinggang?
Kalau Anda pernah berpikir demikian, dan Anda merasa itu menyakitkan, mengapa Anda melakukan itu kepada Anak Anda?

Apakah perjalanan hidup Anda sebelum menjadi orangtua, menurut Anda, harus dirasakan anak-anak Anda termasuk ketidakstabilan emosi dan perjalanan hidup Anda yang buruk? Pernahkah terpikir di benak Anda bahwa sifat-sifat anak yang tak Anda sukai itu juga diturunkan dari sifat Anda sendiri?

Pernahkah Anda berpikir bahwa kalau Anda mencintai mereka itu, sebetulnya karena Anda sedang mencintai diri Anda sendiri dan bukan mencintai anak Anda? Dan kalau Anda kecewa terhadap mereka, itu merupakan cermin yang menggambarkan kekecewaan Anda terhadap diri Anda sendiri.

Sehingga anak dengan sifat-sifatnya yang membuat Anda tertawa dan membuat Anda kecewa, sejatinya seperti layar lebar yang memutar film tentang Anda sendiri, dimainkan oleh Anda dan disutradarai oleh Anda sendiri.

Pertanyaan keempat. Apakah Anda memberi bobot dalam mencintai? Kalau anak mengecewakan dalam berbagai macam bentuk, apakah Anda masih mencintai mereka? Kalau jawabannya ya, apakah bobot cinta Anda terhadap anak tetap sama dibandingkan sebelum mereka mengecewakan Anda? Atau berkurang?

Pertanyaan terakhir. Apakah Anda pernah menyadari bahwa ketika sekarang ini Anda berstatus orangtua, sejujurnya Anda pun masih juga belum matang untuk disebut orangtua? Kalau Anda merasa belum matang, mengapa Anda berpikir dan berharap bahwa anak Anda cukup matang untuk tidak mengecewakan Anda?

Mohon maaf, saya mengajukan begitu banyak pertanyaan di hari yang sepantasnya digunakan untuk leyeh-leyeh. Sungguh saya tak bermaksud untuk menguji kesabaran Anda. Saya mengajukan pertanyaan itu gara-gara bingung dengan curhatan seorang anak beberapa minggu lalu.