Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 07 November 2018

”Sontoloyo”//Ikrar Ketiga Sumpah Pemuda//Pencetak ”Ngaco”//Tanggapan Bolt (Surat Pembaca Kompas)


"Sontoloyo"

Di Amerika Serikat ada warga yang berprofesi sebagai gembala sapi yang dikenal dengan sebutan koboi. Di Indonesia ada warga yang berprofesi sebagai gembala itik atau bebek. Pada tempo dulu, gembala bebek itulah yang disebut sontoloyo.

Di alam perdesaan, profesi sontoloyo sering dikaitkan dengan ungkapan "sontoloyo angon bebek ilang loro". Hal ini menggambarkan hasil kerja seseorang yang kurang memenuhi harapan seharusnya—bisa karena kurang produktif, teledor, atau terjadi penyimpangan.

Sekitar tahun 1950, di perdesaan saya sering mendengar kata sontoloyo yang diucapkan oleh (1) tukang batu kepada pembantu tukang yang kurang baik mengaduk campuran pasir, bubuk bata merah, dan kapur; serta (2) pemilik sawah kepada para penanam bibit padi sawah yang tidak teratur atau rapi.

Berbeda dengan perlengkapan koboi, sontoloyo memakai topi caping bebek bergaris tengah 100-120 cm dan terbuat dari daun kelapa, bilah kayu/bambu sepanjang 140-160 cm. Sebagai alat hiburan adalah seruling dan atau gendiran.

Kalau koboi pandai menembak, sontoloyo biasanya pandai bersenandung dan berpantun. Itulah hiburan mereka sambil menggembalakan bebeknya.

Demikian istilah sontoloyo yang saya pahami, sementara itu pengertian lainya hanya warga masyarakat luas yang berhak menilainya. Saat ini istilah sontoloyo jarang kedengaran lagi, bahkan di alam perdesaan.

Warsito Pensiunan Widyaiswara Utama, Jalan Aria Surialaga, Pasirjaya, Bogor, Jawa Barat

Ikrar Ketiga Sumpah Pemuda

Dalam laporan "Potensi Besar Kaum Muda" di Kompas (29/10/2018), tersua ikrar Sumpah Pemuda yang ditulis secara keliru. Butir ketiga Sumpah Pemuda itu diringkas dan ditulis "satu bahasa".

Salah kaprah ini harus diakhiri mengingat Kompas menjadi acuan berbahasa Indonesia, khususnya bahasa jurnalistik di Indonesia.

Yang betul adalah "menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia", bukan "berbahasa satu, bahasa Indonesia". Makna dan implikasi keduanya beda.

"Berbahasa satu, bahasa Indonesia" implikasinya hanya ada satu bahasa yang boleh dipakai di Indonesia, yaitu bahasa Indonesia saja.

"Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia" menyiratkan semangat menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa.

Bahasa di luar bahasa Indonesia, khususnya bahasa daerah yang berjumlah ratusan, tetap dapat digunakan, bahkan dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia dengan, misalnya, diserapnya bahasa daerah tertentu ke dalam bahasa Indonesia.

Fikri Sopian Sauri Mahasiswa Prodi Manajemen dan Bisnis, Fakultas Ekonomi, Universitas Pasundan, Bandung

Catatan Redaksi:
Terima kasih atas masukannya.

Pencetak "Ngaco"

Di artikel "Atom untuk Damai" di Kompas (23/10/2018) halaman 7 ada bagian yang tercetak kacau; mungkin karena mesin cetaknya inkompatibel dengan programnya.

Barangkali akan lebih jelas kalau reaksi nuklir antara litium dan neutron yang menghasilkan inti helium dan triton itu ditulis begini:
Li6 + n1 —-> He4 + H3

L Wilardjo Klaseman, Salatiga, Jawa Tengah

Catatan Redaksi:
Terdapat keterbatasan teknis sehingga kekeliruan itu terjadi. Terima kasih atas masukannya.

Tanggapan Bolt

Berikut tanggapan kami terhadap surat Ibu Ginna Margiana Dewi di "Surat kepada Redaksi" Kompas (25/10/2018), "Wi-Fi Tak Berfungsi".

Sehubungan dengan akses internet Bolt yang tidak bisa digunakan pelanggan, dapat kami informasikan bahwa kami telah berhasil menghubungi Ibu Ginna Margiana Dewi pada 25 Oktober 2018 dan memberikan solusi yang dapat diterima dengan baik. Saat ini Ibu Ginna Margiana Dewi sudah dapat menikmati akses internet Bolt kembali.

Demikian kami sampaikan. Atas perhatian dan kepercayaan Ibu Ginna kepada Bolt, kami mengucapkan terima kasih.

SB Diah Pudjiastuti Kepala Divisi Peduli Pelanggan Bolt

Kompas, 7 November 2018
#suratpembacakompas 
#politiksontoloyo 

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger