
Ekonomi global dibayangi awan gelap sebagai dampak, antara lain, perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Pemerintah China mengatakan, Kamis (27/12/2018), mereka telah membuat rencana dengan Washington untuk menggelar pembicaraan pada Januari 2019 yang bertujuan mengakhiri perang tarif. Dalam foto yang diambil pada Jumat (21/12/2018) tampak seorang pekerja pabrik di Huaibei, Anhui, tengah memproduksi sepeda elektrik untuk ekspor.
Delegasi Amerika Serikat akan bertemu delegasi China, di Beijing, Senin ini. Kedua pihak hendak bernegosiasi untuk mengakhiri ketegangan perdagangan.
Pada 1 Desember 2018, di sela-sela konferensi puncak G-20 di Argentina, Presiden AS Donald J Trump dan Presiden China Xi Jinping menggelar pertemuan bilateral. Mereka lalu menyepakati untuk sementara melakukan "gencatan senjata" di tengah perang dagang yang terjadi antarkedua negara.
Peristiwa pertemuan Xi dan Trump amat dinantikan banyak kalangan, mengingat dampak negatif dari adu penerapan tarif impor yang dijalankan kedua negara itu terhadap perekonomian global. Berkat pertemuan bilateral di Argentina, Washington bersedia menangguhkan selama 90 hari rencana kenaikan tarif impor dari 10 persen menjadi 25 persen atas berbagai produk China, senilai 200 miliar dollar AS. Jika tidak ada penangguhan, kenaikan itu dijadwalkan diterapkan pada 1 Januari 2019. Sesuai kesepakatan dalam pertemuan Xi dengan Trump, penangguhan akan berakhir pada 1 Maret 2019.
Waktu itu, seusai pertemuan pemimpin AS-China di Argentina, pasar global merespons positif. Bursa saham dunia naik hampir 1 persen, sementara mata uang negara-negara berkembang membaik terhadap dollar AS. Saham di Shanghai pun mengalami kenaikan harian terbesar dalam sebulan, sedangkan yuan menguat. Respons positif berlangsung pula di Eropa. Beberapa bursa di benua ini dibuka dengan kenaikan.
Menurut rencana, selama dua hari, mulai Senin (7/1/2019), untuk pertama kalinya sejak tercapai kesepakatan antara Trump dan Xi, tim negosiasi kedua negara bertemu di Beijing guna mencari titik temu berbagai perselisihan dagang yang terjadi antara AS dan China.
Seperti diberitakan oleh harian ini pada 5 Januari lalu, delegasi AS dipimpin Wakil Ketua Badan Perdagangan Jeffrey Gerrish. Adapun Kementerian Perdagangan China menyatakan, Beijing dan Washington sepakat dengan jadwal pertemuan pada 7 dan 8 Januari ini.
Meskipun belum ada penjelasan detail tentang agenda yang akan dibicarakan, China pada bulan lalu menyampaikan, negosiasi seharusnya dimulai dengan fokus pada produk-produk pertanian, energi, dan otomotif.
Menurut Beijing, kedua negara sudah membuat kemajuan pada isu neraca perdagangan dan hak milik intelektual. Perusahaan gandum milik Pemerintah China juga mengatakan telah kembali membeli kedelai dari AS.
Dalam perkembangan terakhir menjelang pertemuan tim negosiasi China dan AS, Presiden Trump pekan lalu mengungkapkan optimismenya. Menurut dia, negaranya berada di posisi yang lebih kuat karena perekonomian China sedang melemah. Oleh karena itu, dia menilai kesepakatan akan dapat dicapai dalam negosiasi di antara kedua negara.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar