Sudah dapat dipastikan perdebatan antara pasangan calon presiden-wakil presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno akan mendapat efek publikasi dan efek demonstratif tinggi, karena menyangkut pemilihan kepemimpinan nasional untuk periode lima tahun mendatang.

ANTARA FOTO/RIVAN AWAL RANGGA

Ketua KPU Arief Budiman (tengah) bersama Direktur Konten Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Fiki Satari (kiri), Direktur Perencanaan Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Ario Bimo (kedua kiri), Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Priyo Budi Santoso (kedua kanan) dan Direktur Saksi Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Prasetyo Hadi (kanan) memberikan keterangan pers seusai melakukan rapat persiapan debat pasangan calon presiden dan wakil presiden di Gedung KPU, Jakarta, Jumat (28/12/2018). KPU bersama tim kampanye pasangan calon presiden dan wakil presiden menyepakati moderator yang akan memandu debat perdana Pilpres 2019 adalah Ira Koesno dan Imam Priyono.

Bukan hanya pendukung kuat kedua kubu, masyarakat luas juga akan memperhatikan secara saksama ekspresi, bahasa tubuh, dan pilihan kata-kata yang digunakan kedua pasangan, yang dipertontonkan di bawah sorotan dan kilatan tajam lampu kamera media cetak dan elektronik.

Argumentasi yang disampaikan tentang substansi sangat penting, tetapi tidak kalah pentingnya cara penyampaian, fortiter in re suaviter in modo. Sehebat-hebatnya substansi, cara penyampaian tidak kalah penting karena menjadi dasar etik dan etika sebagai salah satu ukuran penting tentang prinsip berbudaya dalam kehidupan demokrasi.

Rasa ingin tahu masyarakat pasti bertambah hebat karena topik utama dalam debat pertama ini menyangkut visi, misi, dan strategi operasional pasangan capres-cawapres dalam menghadapi dan mengatasi persoalan pelik, seperti penegakan hukum, korupsi, dan persoalan hak asasi manusia.

Atas dasar itu, masyarakat mengharapkan perdebatan pada Kamis, 17 Januari 2019, tidak sekadar retorika, permainan kata-kata, tetapi benar-benar memperlihatkan komitmen secara serius, dan benar-benar berjanji dalam arti orisinal. Secara kebudayaan, janji adalah utang yang harus dilunasi.

Juga akan ditunggu-tunggu, perdebatan tidak hanya saling menyerang dan bantah-membantah, tetapi menciptakan dialektika pandangan dan gagasan dalam mendorong konsolidasi ide untuk program pembangunan, yang diperlukan bagi kemajuan Indonesia. Terlepas pasangan mana yang melontarkan gagasan dan program, sebaiknya gagasan dan program yang dinilai positif seyogianya diambil untuk kepentingan pembangunan bangsa dan negara.

Sebagai bagian dari pertarungan pemilihan presiden-wapres, acara perdebatan diharapkan tidak menambah polarisasi di kalangan masyarakat. Suka atau tidak, polarisasi sudah terjadi pada berbagai level masyarakat sampai ke lapisan alas rumput, yang diperparah oleh penggunaan media sosial, yang tidak terkendali dan kurang bertanggung jawab dalam menyebarkan berita bohong dan palsu, yang memecah belah.