Aditya (25 tahun), pegawai lajang salah satu instansi di Jakarta, hampir setiap hari merogoh kocek Rp 50.000 untuk membeli kopi di kafe. Belum lagi kebutuhan rutin dan tambahan untuk travelling, menonton konser musik, atau membeli barang bermerek, mulai dari gawai keluaran terbaru sampai pakaian.

Yups, menikmati hidup sebelum menikah bisa jadi pemikiran utama lajang milenial saat ini. Terlebih lagi, eksistensi diri juga seolah dipengaruhi oleh seberapa keren unggahan di media sosial.

Berbagai tawaran flash sale dan kemudahan cicilan juga makin mendorong gaya hidup konsumtif. Akhirnya gaji habis, bahkan kurang, untuk mengejar "kebutuhan" ini.

Padahal, generasi milenial yang berusia 22-30 tahun sebenarnya memiliki kesempatan terbaik untuk mulai mencicil rumah, dengan mengambil perhitungan batas maksimal pelunasan KPR sampai usia 55 tahun. Apalagi jika masih lajang, belum terbebani kebutuhan keluarga atau anak.

Mengutip survei Property Affordability Sentiment Index 2018 terhadap 1.000 orang di kota-kota di Indonesia yang dirilis Rumah.com, 51 persen dari total responden milenial yang mengikuti survei mengatakan masih tinggal di rumah orangtua. Dengan kata lain, belum mempunyai rumah.

Alasan terbanyak, karena belum menikah (59 persen), belum mempunyai uang (53 persen), dan menjaga orangtua (47 persen). Dari riset ini diketahui, memiliki rumah bukan prioritas utama bagi milenial lajang.

Sebaliknya, bagi sebagian generasi milenial yang sudah berkeluarga, memiliki rumah merupakan beban finansial tambahan karena penghasilan sudah habis untuk kebutuhan sehari-hari. Lalu bagaimana solusinya?

Mulai dari sekarang
Mencicil rumah dari sekarang adalah solusi satu-satunya. Teguhkan hati, ketatkan pengeluaran. Ingat selalu tiga hal ini:

1. Harga rumah semakin naik
Nilai tanah terus naik, khususnya di Jakarta, melebihi persentase kenaikan gaji pegawai. Semakin lama menunda membeli rumah, semakin sulit menjangkau harga rumah, semakin besar juga dana yang harus disiapkan.

2. Usia terus bertambah
Semakin lama menunda, semakin sedikit waktu mengumpulkan dana dan semakin kecil pinjaman KPR/KPA disetujui. Batas usia pelunasan kredit KPR/KPA biasanya adalah 55 tahun. Menunda pembelian rumah tidak membantu meningkatkan kemampuan membeli, karena walaupun penghasilan meningkat, harga rumah juga meningkat.

3. Lahan makin sedikit
Tingginya permintaan tempat tinggal membuat developer semakin agresif mengembangkan properti. Semakin lama menunda, semakin sulit menemukan lahan perumahan dengan lokasi strategis dan harga yang terjangkau.

Masih tinggal bersama orangtua? Bukan alasan untuk tidak mempunyai rumah sendiri. Rumah bisa disewakan untuk memberi tambahan pemasukan, bahkan itu akan meringankan pembayaran cicilan. Memiliki properti adalah investasi yang aman dan menguntungkan.

Yang perlu disiapkan 
Berikut ini hal-hal yang perlu disiapkan agar bisa memiliki rumah:

1. Tentukan budget
Tentukan harga rumah yang ingin dibeli, sesuaikan dengan penghasilan per bulan. Sebagai gambaran, untuk mengajukan KPR, besar cicilan maksimal adalah 30 persen dari gaji. Untuk mereka yang berpenghasilan Rp 7 juta per bulan, misalnya, diperkirakan dapat membeli rumah seharga Rp 330 juta dengan cicilan Rp 2,1 juta per bulan selama 25 tahun.

Besar cicilan dipengaruhi oleh seberapa besar uang muka atau DP, bunga, serta lama pinjaman. Semakin besar DP, semakin kecil bunga. Semakin lama pinjaman, semakin kecil cicilan. Beberapa bank juga ada yang bekerja sama dengan pengembang untuk memberikan diskon cicilan.

Pilihlah lokasi rumah yang dekat dengan akses transportasi publik, seperti stasiun kereta atau terminal bus, agar mudah ke tempat kerja. "Berburulah" rumah sebanyak mungkin, jangan berhenti di dua atau tiga pilihan saja. Rumah yang sudah pernah ditinggali atau kavling tanah untuk dibangun sendiri juga dapat menjadi pilihan.

Pastikan rumah yang dipilih memiliki sertifikat atau surat yang jelas, yaitu izin mendirikan bangunan (IMB), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), sertifikat hak milik (SHM), dan lain-lain, untuk menghindari penipuan atau sengketa di kemudian hari.

Badan Pertanahan Nasional telah meluncurkan aplikasi Sentuh Tanahku yang dapat diunduh di Android dan iOS. Aplikasi ini memudahkan masyarakat mengetahui status sertifikat rumah dan tanahnya, menelusuri proses pengurusan sertifikat tanah, mengetahui lokasi suatu bidang tanah, dan mengetahui prediksi perhitungan biaya yang akan dikeluarkan.

2. Uang muka
Kesulitan utama membeli rumah adalah ketidaksanggupan membayar uang muka yang merupakan prasyarat KPR. Bagaimana cara mengumpulkan uang muka? Menabunglah dari penghasilan minimal sebesar 30 persen per bulan. Pisahkan uang tersebut pada rekening khusus dan menabunglah setiap gaji baru diterima.

Sebagai gambaran, dari gaji Rp 7 juta dapat ditabung Rp 2 juta setiap bulan selama empat tahun untuk uang muka sebesar Rp 96 juta atau 30 persen dari rumah seharga Rp 320 juta.

Selain itu, bandingkan penawaran uang muka dari bermacam bank. Beberapa bank memberikan program KPR dengan uang muka ringan di bawah 30 persen, bahkan ada yang bekerja sama dengan developer memberikan uang muka hanya 1 persen untuk pembelian rumah pertama.

3. Penghasilan tambahan
Mencari pekerjaan sampingan adalah salah satu solusi yang bisa dilakukan jika penghasilan utama pas-pasan. Sulit membayar cicilan rumah jika hanya mengandalkan gaji utama yang jumlahnya habis untuk memenuhi kebutuhan pokok.

Cari pekerjaan sampingan yang dapat dilakukan tanpa mengganggu pekerjaan utama. Pekerjaan sampingan dapat dilakukan setelah pulang kerja atau di akhir pekan. Contohnya menjadi freelancer, seperti fotografer, penulis, atau guru les. Bisa juga berjualan makanan, minuman, atau baju.

Perkembangan teknologi kini memudahkan untuk mengakses pekerjaan secara daring. Hal itu dapat dimanfaatkan untuk memperoleh penghasilan tambahan sesuai keahlian yang dimiliki.

4. Mulai berinvestasi
Mulailah mencoba berinvestasi, contohnya ikut menanam modal di usaha yang dikelola teman atau keluarga. Bisa juga menginvestasikan uang dalam bentuk yang lebih aman, seperti emas, deposito, reksa dana, atau melalui produk teknologi finansial. Agar aman, pastikan investasi terdaftar di OJK dengan menelepon ke Kontak OJK 157.

5. Hemat biaya hidup
Pengeluaran tidak boleh lebih besar dari pendapatan. Pengeluaran yang paling mudah ditekan adalah makan di restoran/kafe. Membawa bekal sendiri, selain lebih hemat, juga lebih sehat.

Buat pos pengeluaran bulanan rutin yang wajib dibeli. Jangan membeli sesuatu di luar pos rutin. Pertimbangkan untuk membeli barang bekas pakai yang harganya terjangkau. Jangan tergiur membeli sesuatu karena iming-iming obral/sale yang tidak dibutuhkan.