Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 01 Maret 2019

Tidak Punya Kembalian//Klaim Belum Dibayar//Kolom Bahasa dan Pengetahuan (Kompas)


Tidak Punya Kembalian

Penyair kondang Sapardi Djoko Damono agak bergegas memasuki ruang rapat di Kantor Badan Bahasa, Rawamangun, Jakarta Timur, sore, pertengahan Februari lalu. Ia naik taksi terkenal bercat biru dari rumahnya di kawasan Ciputat.

Sempat bercerita bahwa ia membayar ongkos sewa taksi lebih banyak daripada yang tertera pada argo. "Sopirnya tidak punya kembalian," ujarnya biasa saja.

Tiba-tiba saya teringat akan pengalaman diri sendiri. Hampir saban kali naik taksi yang itu, dalam kesempatan dan tujuan berbeda-beda, saya harus membayar tarif lebih dari semestinya sebab sopir-sopir taksi itu beralasan seragam: tak punya uang kembalian.

Ada sopir yang menambahkan alasan "baru keluar [dari pul]." Setakat itu saya berpikir positif saja bahwa sopir-sopir itu mungkin memang tak punya atau tak ada uang kembalian, apalagi yang baru keluar dari pangkalan. Saya pun mengikhlaskan sisa ongkos sewa menjadi milik mereka—hitung-hitung sebagai tip.

Namun, setelah mendengar cerita Pak De Sapardi sore itu, saya jadi berpikir lain. Pasalnya, ada pola kejadian yang berulang meski berbeda-beda aktor, ruang, dan waktu, serta "korban". Tidak tertutup kemungkinan ada penumpang lain mengalami hal yang sama.

Mungkinkah alasan "tidak punya kembalian" itu cuma "modus" oknum sopir yang bersangkutan untuk, maaf, sekadar mengutip lebihan ongkos? Jumlahnya mungkin tidak seberapa (ada kalanya lumayan besar untuk ukuran suatu tip), tetapi cara-cara seperti itu—bila benar demikian—tentulah tidak etis dan patut disesalkan.

Perilaku tidak etis itu—sekali lagi bila benar demikian—rasanya perlu diketahui pula oleh para pengusaha taksi. Jika belum dilakukan, ada baiknya perusahaan membekali recehan kepada sopirnya untuk jaga-jaga jika harus njujuli sisa pembayaran tarif argo. Demi nama baik perusahaan juga. Soal tip, kalau itu dianggap rezeki pastilah tidak akan ke mana.

KASIJANTO SASTRODINOMO
Kelurahan Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat


Klaim Belum Dibayar

Saya nasabah AJB Bumiputera 1912 Cabang Madiun. Pada 23 Januari 2018, saya mengajukan klaim penebusan polis bernomor 20810178 6780. Pihak AJB Bumiputera 1912 mengatakan bahwa saya harus menunggu enam bulan.

Enam bulan berlalu, jawaban AJB saban ditanya: "tunggu". Karena saya butuh dana untuk persiapan anak memasuki kuliah, pada 4 September 2018 saya ajukan klaim penebusan lagi dengan polis bernomor 2004259781.

Saya juga sudah mengirim surat kepada OJK (Otoritas Jasa Keuangan) di Kediri sebanyak dua kali. Belum juga ada solusi.

Wany Eka Prihantikta
Jl Nusapenida, Madiun, Jawa Timur

Kolom Bahasa dan Pengetahuan

Kolom Bahasa Samsudin Berlian di Kompas (22/12/2018), "Yesus Almasih", menambah pengetahuan pembaca seperti saya yang Muslim. Saya suka membaca sejarah agama apa pun untuk menambah wawasan.

Yang unik dalam kolom itu adalah penjelasan tentang berbagai istilah: Mesiah, Almasih, dan lain-lain. Sebelumnya saya baca buku Karen Armstrong yang menjelaskan tentang Tuhan dalam agama Yahudi, yakni Yahweh. Saya baru tahu dari kolom Samsudin bahwa tulisan aslinya, YHWH, disakralkan kaum Yahudi untuk tak diucapkan selama ribuan tahun.

Kolom itu juga menjelaskan bahwa orang Arab Kristen menolak nama "Isa karena tanda 'ain-nya ada di depan huruf I. Mereka menyebut Yesus Kristus dengan Yasu' atau Yasua'. Alhasil, kolom itu amat elok sebagai sumber pengetahuan.

Suyadi Prawiro s

Selakopi, Bogor,Jawa Barat

Kompas, 1 Maret 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger