Kebakaran meluas ke beberapa provinsi di Sumatera dan Kalimantan, selain di Sulawesi Tenggara dan Papua. Sejumlah sekolah sudah meliburkan siswanya akibat asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) memburuk. Penerbangan di Bandara Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat, terganggu akibat tebalnya asap kebakaran yang membuat jarak pandang di Pontianak hanya sekitar 500 meter.

KOMPAS/RHAMA PURNA JATI

Pantauan Menggunakan Helikopter milik APP Sinar Mas memperlihatkan, kebakaran lahan di Desa Muara Medak, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, masih berlangsung, Rabu (21/8/2019). Pemadaman melalui udara dan darat serta pembangunan sekat bakar masih terus berlangsung. Kebakaran ini membuat membuat sejumlah masyarakat harus mengungsi karena terdampak asap.

Kebakaran sulit dipadamkan akibat luasnya daerah kebakaran dan banyaknya titik api. Di Sumatera Selatan saja luas lahan yang terbakar hingga kemarin mencapai 2.200 hektar dengan titik panas mencapai 367 buah.

Musim kemarau panjang dan kering menyebabkan tersedianya biomassa yang mudah terbakar. Sebagian penyebab kebakaran adalah pembukaan lahan dengan cara membakar meskipun cara ini dilarang dan pelaku dikenai sanksi pidana.

Dengan perkiraan musim kemarau akan berlangsung hingga awal Oktober, harus ada langkah segera untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan. Apalagi kebakaran di lahan gambut dapat berlangsung lama dan lebih sulit dipadamkan.

Karhutla menimbulkan banyak kerugian. Produktivitas warga menurun karena aktivitas sehari-hari terganggu dan terjadi gangguan saluran napas, sementara dampak jangka panjang pada kesehatan belum diketahui. Asap kebakaran juga berpotensi mengganggu negara tetangga dan menimbulkan keberatan karena dianggap mengganggu kesehatan.

Kita juga kehilangan plasma nutfah dari hutan sebagai kekayaan yang manfaatnya secara penuh belum kita ketahui. Hilangnya biomassa di hutan akan menurunkan kemampuan hutan Indonesia sebagai paru-paru dunia.

KOMPAS/RHAMA PURNA JATI

Pantauan Menggunakan Helikopter milik APP Sinar Mas memperlihatkan, kebakaran lahan di Desa Muara Medak, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, masih berlangsung, Rabu (21/8/2019). Pemadaman melalui udara dan darat serta pembangunan sekat bakar masih terus berlangsung. Kebakaran ini membuat membuat sejumlah masyarakat harus mengungsi karena terdampak asap.

Yang memprihatinkan karhutla terjadi setiap tahun sebagian karena ada yang membakar hutan dan lahan. Meskipun pemerintah memberi sanksi keras untuk para pembakar hutan dan lahan, praktik yang sama terulang di berbagai tempat. Pelakunya, seperti laporan wartawan Kompas, ada anggota masyarakat, tetapi juga ada titik panas terdeteksi di lahan konsesi perusahaan besar.

Kita tidak ingin karhutla yang terjadi tahun 2015 terulang ketika lebih dari 2,6 juta hektar hutan dan lahan terbakar.

Menghadapi karhutla saat ini tidak ada cara lain kecuali memadamkan hutan dan lahan yang terbakar serta melokalisir agar kebakaran tidak meluas. Rumah sakit dan klinik perlu segera disiapkan, terutama bagi orang tua, ibu hamil dan menyusui, anak balita, serta mereka yang memiliki masalah dengan kesehatan pernapasan.