Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 30 November 2019

BAHASA: ”Lebih” yang Menimbulkan Salah Persepsi (DIDIK DURIANTO)


KOMPAS/SRI REJEKI

Penggunaan adjektiva "lebih" yang tidak tepat dapat menimbulkan salah persepsi.

"Kadang repot. Foto lama dengan situasi baru kadang beda. Gedung ini sudah bertahan lebih 200 tahun."

Kutipan pernyataan seorang kurator Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, itu sekilas tidak ada persoalan dari perspektif kegramatikalan. Pernyataan itu terkait gedung sekolah dokter Bumiputera.

Walakin, berita di harian Kompasterbitan akhir 2018 bertajuk "Rasa Militer di Lantai STOVIA" itu mendedahkan persepsi.

Pertama, bisa saja pembaca menangkap, usia gedung tersebut minimal 200 tahun. Kedua, tidak ada informasi pasti usia gedung di atas.

Tidak ada kejelasan soal usia gedung itu. Bisa saja timbul perkiraan umur bangunan itu 500 tahun atau bahkan 1.000 tahun. Hanya saja, diwartakan bangunan yang kini bernama Museum Kebangkitan Nasional itu telah bertahan 200-an tahun.

KOMPAS/LASTI KURNIA

Museum Kebangkitan Nasional (STOVIA) di Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (15/12/2018). Perencanaan pembangunan gedung ini dimulai sejak 1808 dan baru mulai dilaksanakan pada awal 1900.

Ketidakjernihan kalimat tersebut disebabkan adjektiva lebih yang diposisikan secara tidak tepat. BukuTata Bahasa Baku Bahasa Indonesia(Hasan Alwi, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton M Moeliono, 2003) mendefinisikan adjektiva sebagai kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat.

Keterangan itu dapat mengungkapkan suatu kualitas atau keanggotaan dalam suatu golongan. Terdapat pen-taraf-an dalam adjektiva, yaitu tingkat kualitas dan tingkat bandingan.

Tingkat kualitas, misalnya terdapat pada kalimat berikut: "Kondisi perumahan kini sudah tenang. Petualangan di tempat itu sungguh mendebarkan".

Sementara tingkat bandingan misalnya tersua pada kalimat-kalimat berikut:  (1) "Rosdi secantik ibunya"; (2) "Kabupaten Karanganyar sama ramainya dengan Kota Solo".

KOMPAS/SRI REJEKI

Penggunaan kata "lebih" sebagai adjektiva yang kurang tepat dapat menimbulkan salah persepsi.

Contoh kalimat tersebut tergolong dalam klasifikasi adjektiva tingkat ekuatif, yakni mengacu ke kadar kualitas atau intensitas yang sama atau hampir sama.

(1) Bonusnya kalah besar daripadayang saya dapatkan.
(2) Ia sudah kuberi lima puluh ribulebih.

Contoh kalimat di atas tergolong dalam klasifikasi adjektiva tingkat komparatif, yakni mengacu ke kadar kualitas atau intensitas yang lebih atau yang kurang.

Penjabaran ringkas tersebut bisa mendeteksi persoalan ketidakjernihan pada kalimat, (3) "Kadang repot. Foto lama dengan situasi baru kadang beda. Gedung ini sudah bertahan lebih 200 tahun."

Agar kalimat ketiga itu tidak menimbulkan beberapa asumsi, katalebih sebaiknya ditempatkan di depan frasa 200 tahun, yang menyiratkan makna 'lebih dari jumlah yang dinyatakan oleh kata atau frasa di belakangnya' (Gedung ini sudah bertahan 200 tahun lebih.)

KOMPAS/LASTI KURNIA

Halaman di bagian dalam kompleks Museum Kebangkitan Nasional (STOVIA) di Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (15/12/2018). Gedung ini mulai dibangun pada awal 1900.

Apabila konstruksi kalimat ingin tetap dipertahankan, di depan katalebih dapat dibubuhi partikel darisebagai bentuk komparatif: Gedung ini sudah bertahan lebih dari 200 tahun.

Informasi pada dua kalimat di atas menjelaskan secara tepat bahwa gedung itu berusia lebih dari dua ratus tahun.

Contoh lain

Berikut ini disajikan beberapa contoh kalimat yang memperlakukan adjektiva komparatif lebih secara tidak tepat.

(1) Lebih 70 persen responden yakin Presiden Jokowi mampu menciptakan birokrasi yang efektif serta mewujudkan visi dan misinya, lebih 60 persen responden yakin Presiden Jokowi mampu menyelesaikan beragam persoalan. Hasil lain, lebih 60 persen responden meyakini Menteri Agama, meski berlatar belakang militer, mampu menangani radikalisme, intoleransi, dan meningkatkan layanan haji ("Joko Widodo Tiwikrama?", Kompas, 4/11/2019).

KOMPAS/RENY SRI AYU

Sebuah perahu padewakang yang baru selesai dibuat ditarik ke laut, di Tanaberu, Bontobahari, Bulukumba, Sabtu (9/11/2019). Kapal ini berukuran panjang 14 meter, lebar 4 meter, dan tinggi lebih dari 2 meter.

(2) Kapal berukuran panjang 14 meter, lebar 4 meter, dan tinggi lebih 2 meter ini berkapasitas sekitar 40 gros ton. ("Menghidupkan Kembali Padewakang, Sang Legenda Laut", Kompas, 18/11/2019).

(3) Tujuan pertama membuat yang gulita jadi terang tercapai karena elektrifikasi menyentuh lebih 98 persen. ("Listrik, Logistik, dan Produktivitas Ekonomi", Kompas, 16/11/2019).

(4) Pertemuan yang digelar dalam rangka peringatan 25 tahun ICPD Kairo ini dihadiri sekitar 6.000 orang dari lebih 160 negara. ("Penuhi Hak Perempuan", Kompas, 14/11/2019)

Jika dicermati, kalimat (1), kalimat (2), kalimat (3), dan kalimat (4) di atas menimbulkan multitafsir.

KOMPAS/M ZAID WAHYUDI

Direktur Eksekutif Badan Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa Natalia Kaneem memberikan sambutan dalam pembukaan Pertemuan Tingkat Tinggi Nairobi ICPD25 di Nairobi, Kenya, Selasa (12/11/2019). Acara ini diikuti oleh peserta lebih dari 160 negara.

Pada kalimat (1) pembaca tidak segera mendapatkan informasi mengenai persentase responden yang yakin Presiden Jokowi mampu menciptakan birokrasi yang efektif serta mewujudkan visi dan misinya, yang yakin Presiden mampu menyelesaikan beragam persoalan, dan yang meyakini Menteri Agama, meski berlatar belakang militer, mampu menangani radikalisme, intoleransi, dan meningkatkan layanan haji.

Pada kalimat (2) informasi itu sekadar mengesankan sisi lebih, yaitu kelebihan 2 meter, dari ukuran tinggi kapal sehingga menjadi kabur.

Ketaksaan pada kalimat (3) juga karena memperlakukan adjektiva lebihsecara kurang pas. Terkesan hanya kelebihan yang disampaikan, yaitu 98 persen, dari angka elektrifikasi listrik.

Demikian juga keambiguan pada kalimat (4) mengesankan peserta pertemuan yang berlebih, yaitu lebih 160 negara.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Joko Widodo dan Ma'ruf Amin seusai dilantik sebagai Presiden-Wakil Presiden, Minggu (20/10/2019). Hasil jajak pendapat Kompas menyebutkan, lebih dari 70 persen responden yakin Presiden Jokowi mampu menciptakan birokrasi yang efektif.

Supaya kalimat-kalimat di atas menjadi efektif, adjektiva lebihdiposisikan dengan baik, yaitu diletakkan di depan frasa 70 persendan 60 persen atau memunculkan partikel dari di depan kata lebih pada kalimat (1); menempatkan adjektivalebih di depan frasa 2 meter atau menghadirkan partikel dari di depan kata lebih pada kalimat (2); memosisikan adjektiva lebih di depan frasa 98 persen atau menghadirkan partikel dari setelah kata lebih pada kalimat (3); dan menaruh adjektivalebih di depan frasa 160 negara atau menambahkan partikel dari di antara kata lebih dan 160 negara pada kalimat (4).

(Didik Durianto, Penyelaras BahasaKompas)

Kompas, 30 November 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger