Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 30 November 2019

INVESTASI: Berapakah Kekayaan Bersih Anda (PRITA HAPSARI GHOZIE)


ARSIP PRIBADI

Prita H. Ghozie

Pernah mendengar istilah high net worth individual? Ini merupakan istilah di dunia keuangan untuk mengklasifikasikan seseorang yang memiliki nilai kekayaan tertentu, biasanya di atas Rp 10 miliar untuk aset likuid saja.

Meskipun terlihat fantastis, sebenarnya net worth adalah ukuran yang sangat penting bagi siapa pun agar dapat mengetahui seberapa baik kemampuannya dalam mengelola keuangan. Daripada sibuk membicarakan kekayaan orang lain, mari kita mencoba mengukur angka diri sendiri. Berapakah net worth atau kekayaan bersih Anda?

Net worth atau kekayaan bersih kerap disalah-artikan dengan kondisi kaya raya dan penampilan yang wah. Padahal, kekayaan bersih dalam ilmu perencanaan keuangan adalah selisih antara jumlah aset dan jumlah kewajiban. Sederhananya, kekayaan bersih adalah nilai harta yang dimiliki sebuah rumah tangga setelah dikurangi berbagai saldo pinjaman yang masih harus dibayarkan. Kekayaan bersih adalah potret yang dapat menggambarkan kondisi kesehatan keuangan sebuah rumah tangga.

Sebagai perencana keuangan yang sudah melayani sejak tahun 2009, banyak sekali kesimpulan yang dapat saya tarik dari setiap sesi konsultasi hanya dengan mengetahui kekayaan bersih seseorang.

Pernah saya dapati rumah tangga dengan penghasilan puluhan juta rupiah setiap bulan memiliki kondisi kekayaan bersih yang lebih buruk daripada rumah tangga yang berpenghasilan Rp 8 juta per bulan. Dengan demikian, akan lebih mudah untuk memberikan jawaban atas permasalahan keuangan yang sedang dihadapi.

Untuk menghitung kekayaan bersih, setiap rumah tangga dapat memulai dari catatan aset dan catatan kewajiban. Catatan aset adalah nilai aset yang dimiliki per tanggal tertentu dalam satuan rupiah. Setiap rumah tangga umumnya memiliki tiga jenis aset.

Pertama, aset kas atau tunai. Jenis aset ini umumnya berbentuk kas di tangan dan saldo rekening tabungan di bank.

Kedua, aset investasi. Apabila sebuah rumah tangga memiliki aset yang tidak digunakan, tetapi aset tersebut berpotensi memiliki kenaikan nilai atau memberikan penghasilan, aset itu dapat dikategorikan sebagai aset investasi. Jenis aset ini umumnya berbentuk logam mulia, properti yang tidak dihuni, tetapi disewakan, reksa dana, produk berpendapatan tetap, dan saham.

Ketiga , aset konsumsi. Umumnya jenis aset ini menjadi aset terbesar dalam rumah tangga yang belum memiliki kesadaran untuk mempersiapkan masa depan. Jenis aset konsumsi dapat berbentuk properti yang dihuni, kendaraan yang dipakai, furnitur, gawai, perhiasan emas, dan lainnya.

Pahami bahwa meskipun aset konsumsi juga masih dapat dijual, mungkin Anda harus membeli lagi dengan harga lebih tinggi. Contohnya rumah tinggal yang 20 tahun lalu dibeli dengan harga Rp 500 juta, tahun ini dapat dijual dengan harga Rp 3 miliar. Namun, saat rumah tangga harus membeli rumah tinggal baru dengan nilai Rp 3,5 miliar, maka tidak ada keuntungan yang diperoleh, bukan?

Aset vs kewajiban

Setelah menghitung jumlah aset, berikutnya adalah membuat catatan kewajiban. Pertama, pinjaman jangka pendek yang akan jatuh tempo alias harus dibayarkan di bawah satu tahun. Jika rumah tangga memiliki saldo pinjaman online, saldo utang kartu kredit, dan saldo kredit tanpa agunan, maka inilah jumlah pinjaman jangka pendek.

Kedua, pinjaman jangka panjang. Saldo pinjaman ini umumnya masih berdurasi di atas satu tahun seperti pinjaman rumah, pinjaman kendaraan, dan pinjaman perusahaan. Pahami, catatan pinjaman hanya mendata saldo pinjaman yang masih harus dibayarkan saja.

Setelah mencatat aset dan kewajiban, kekayaan bersih dapat dihitung. Apabila selisih antara jumlah aset dikurangi jumlah kewajiban masih positif, maka rumah tangga memiliki kekayaan bersih atau net worth.

Namun, apabila hasilnya negatif, artinya sayang sekali rumah tangga belum memiliki net worth. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa jumlah penghasilan tinggi sekalipun tidak berkorelasi langsung dengan nilai kekayaan bersih sebuah rumah tangga apabila tidak ada pengelolaan keuangan yang baik.

Rumah tangga dapat dikatakan sehat secara keuangan apabila beberapa ukuran ini terpenuhi. Pertama, memiliki kekayaan bersih yang positif. Hal ini tentu saja menandakan bahwa nilai aset lebih besar dibandingkan nilai pinjaman yang masih harus dibayarkan.

Kedua, jumlah kewajiban maksimal 50 persen atau setengah dari nilai aset. Logikanya, apabila aset yang dimiliki masih dibantu oleh pinjaman dengan nilai hingga 80 persen, potensi bangkrut sebuah rumah tangga menjadi lebih tinggi.

Ketiga, memiliki aset kas untuk membiayai sedikitnya tiga kali pengeluaran rutin bulanan. Misalnya, jika pengeluaran rutin adalah Rp 5 juta per bulan, aset kas yang sehat setidaknya berjumlah Rp 15 juta.

Mengetahui kekayaan bersih merupakan bagian dari upaya menuju kemerdekaan finansial. Harap dipahami bahwa langkah paling awal untuk mencapai merdeka finansial adalah dengan mengetahui dan memahami kondisi rumah tangga sendiri.

Idealnya, setiap tahun kekayaan bersih seseorang terus meningkat, setidaknya 10 persen dari tahun sebelumnya, apabila rumah tangga masih produktif. Namun, di masa pensiun, kemungkinan nilai kekayaan bersih akan menurun karena perlahan-lahan aset investasi akan ditarik untuk mendanai kehidupan.

Dengan mengetahui kekayaan bersih, setiap rumah tangga dapat menyusun perencanaan keuangan yang lebih tepat untuk mencapai kondisi yang lebih sejahtera di masa depan. Live a Beautiful Life!

Kompas, 30 November 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger