Prabowo sudah resmi masuk Kabinet Indonesia Maju. Bersama para pejabat kabinet lainnya, Prabowo dilantik Presiden Joko Widodo sebagai menteri pertahanan. Sebelumnya ia bersafari silaturahmi, menyambangi para ketua umum partai koalisi Jokowi.
Dengan demikian, kisah nyata Lincoln-Stanton berulang di Indonesia. Edwin McMasters Stanton (1814-1869) adalah politikus dan ahli hukum yang getol sekali mencermati langkah-langkah Abraham Lincoln dan mengecamnya dengan keras. Namun, oleh Presiden Lincoln (1861-1865), Stanton justru diangkat menjadi Menteri Peperangan (Secretary of War) dalam Perang Sipil (1861-1865).
Lincoln akan selalu dikenang sebagai "Great Emancipator" karena ia sangat mendukung upaya untuk menghentikan perbudakan di Amerika Serikat. Sementara Stanton membuktikan kehebatannya sebagai nasionalis dan negarawan yang setia kepada kepala negaranya.
L WilardjoKlaseman, Salatiga
Sumpah Pemuda
Hari Sumpah Pemuda baru saja berlalu. Masih hangat dalam ingatan, ketika pada 28 Oktober 1928—dalam Kongres Pemuda II—para pemuda yang sebagian berpendidikan Belanda mengikrarkan Sumpah Pemuda: "Bertanah air satu, tanah air Indonesia, berbangsa satu, bangsa Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia".
Sebelumnya, ada polisi Politieke Inlichtingen Dienst (PID), orang Belanda, mengingatkan agar tidak berpolitik. Seorang wakil pemuda bertanya: "Apa itu politik?"
Maka selamatlah kongres. Para peserta bersemangat, tidak mengharapkan honor atau hadiah, fokus pada tanah air dan bangsa. Beberapa lama kemudian, teman-teman menamakan tanah air kita sebagai Ons Zonneland (tanah air kita yang bermandikan sinar matahari). Alangkah indahnya.
Titi SupratiqnyoTangerang Selatan
Makam Imam Al-Bukhori
Menarik membaca tulisan Arbain Rambey berjudul "Uzbekistan di Pusaran Sejarah" (Kompas, 20 Oktober 2019). Berdasarkan kisah dari pemandu wisata di Tashkent, diceritakan peran Presiden Soekarno memperkenalkan Makam Imam Al-Bukhori di Samarkand yang nyaris terlupakan dalam sejarah. Kisah Soekarno dimulai ketika dalam kunjungan ke Moskwa minta diantar ke makam Imam Al-Bukhori.
Menurut buku The Uncensored of Bung Karno, Misteri Kehidupan Sang Presiden tulisan Abraham Panumbangan (2016, halaman 190-193), "Pada tahun 1961 pemimpin tertinggi partai Komunis Uni Soviet sekaligus penguasa tertinggi Uni Soviet Nikita Sergeyevich Khruschev mengundang Bung Karno ke Moskwa. Sebenarnya Khruschev ingin memperlihatkan pada Amerika bahwa Indonesia adalah negara di belakang Uni Soviet".
Karena sudah lama ingin berziarah ke makam Imam Al-Bukhori, Bung Karno mensyaratkan itu sebelum berangkat ke Soviet. Pontang-pantinglah pasukan elite Khruschev mencari makam Iman Al-Bukhori yang lahir pada tahun 810 Masehi.
Ketika akhirnya ditemukan, makam itu dalam keadaan tidak terawat. Posisinya memang di kawasan terpencil, jauh dari hunian penduduk. Menurut Arbain, sedikit banyak, hal ini membenarkan paparan Khodirov tentang Soekarno, yang di Indonesia malah diragukan kebenarannya.
Khruschev kemudian memerintahkan untuk membersihkan dan memugar makam tersebut. Ketika Bung Karno jadi berkunjung ke Moskwa, tanggal 12 Juni 1961 ia menyempatkan diri ke Samarkand. Sehari sebelumnya, puluhan ribu orang telah menyambut Bung Karno di Tashkent, ibu kota Uzbekistan.
Menurut teman-teman yang bertugas di KBRI Tashkent, orang Indonesia yang berziarah ke makam Imam Al-Bukhori sangat dihormati oleh penjaga makam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar